Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lazuardi Garda

Membentengi Moral Anak di Dunia Digital

Parenting | 2025-11-29 15:24:27

Seiring perkembangan teknologi, game online tidak hanya menjadi sebuah hiburan, tetapi juga membentuk gaya hidup dan cara anak-anak berinteraksi. Kehadiran media sosial turut memperkuat tren ini, membuat game viral lebih cepat, dan memperluas komunitas pemain lintas daerah bahkan negara. Banyak orang tua menganggap game online sebagai hiburan biasa, padahal pengaruhnya dapat jauh lebih besar terhadap moral, kebiasaan, dan perkembangan psikologis anak.

Salah satu game online yang popularitasnya melesat pesat adalah Roblox. Roblox bukan hanya sekadar permainan, tetapi sebuah platform yang memungkinkan pengguna membuat gim mereka sendiri, berinteraksi, hingga membangun dunia virtual 3D sesuai imajinasi.

Ancaman Serius di Dunia Roblox

Di balik keseruan dunia virtual Roblox, terdapat ancaman yang serius: predator anak yang menyamar sebagai pemain biasa. Lingkungan virtual yang anonim mempermudah pelaku kejahatan memanipulasi identitas mereka. Kasus predator ini bukan lagi rumor, melainkan telah ditemukan di berbagai laporan media dan analisis keamanan digital.

Lebih miris lagi, sebagian besar pemain Roblox adalah anak-anak berusia di bawah 13 tahun. Menurut Statista (2024):

- 20% pengguna berusia di bawah 9 tahun

- 20% lainnya berusia 9–12 tahun

Artinya, hampir 40% pemain Roblox adalah anak-anak yang masih sangat rentan. Mereka belum memiliki kemampuan memadai untuk membedakan mana interaksi yang aman dan mana yang berbahaya. Ketidaktahuan anak-anak terhadap ancaman online sering dimanfaatkan predator untuk membangun kedekatan, meminta foto pribadi, bahkan melakukan grooming melalui chat game.

Kurangnya pendampingan orang tua memperbesar peluang anak terjebak dalam situasi berbahaya, terlebih jika orang tua tidak memahami cara kerja platform permainan tersebut.

Konten Tidak Sesuai Usia dan Penurunan Moral pada Anak

Penelitian oleh Andini Kusuma dkk. (2025) menyebutkan bahwa anak-anak adalah peniru yang aktif. Apa pun yang mereka lihat dalam game, baik gaya bicara, bahasa kasar, maupun perilaku, sering mereka bawa ke dunia nyata, termasuk lingkungan sekolah dan rumah.

Roblox memiliki ribuan game dengan karakteristik yang berbeda-beda. Tidak semuanya diciptakan dengan mempertimbangkan usia pemain anak-anak. Beberapa permainan mengandung:

- unsur kekerasan,

- interaksi bebas tanpa filter,

- bahasa kasar,

- konten seksual terselubung (misalnya avatar tidak pantas),

- alur cerita yang tidak sesuai perkembangan usia.

Dalam beberapa kasus, psikolog bahkan melaporkan bahwa game tertentu dapat memicu kecanduan pornografi, karena anak terpapar avatar atau interaksi yang tidak pantas dalam game tanpa pengawasan.

Jika kondisi ini dibiarkan, bukan hanya perkembangan psikologis yang terganggu, tetapi juga aspek moral dan etika anak sebagai generasi digital.

Sifat Adiktif dan Maraknya Scamming di Roblox

Selain ancaman predator, game-game tertentu dalam Roblox juga terkenal sangat adiktif. Misalnya:

- Grow a Garden

- Fish It

- Steal a Brainrot

Permainan tersebut menggunakan mekanisme yang membuat pemain mengejar item langka untuk mendapat kepuasan, status, atau pengakuan dalam komunitas. Bahkan, beberapa permainan mengharuskan pemain AFK hingga 24 jam hanya untuk mendapatkan item, dan belum tentu berhasil.

Kondisi ini memicu pola perilaku obsesif. Anak-anak rela mengabaikan makan, tidur, atau sekolah hanya demi mengejar item digital. Fenomena ini memunculkan praktik scamming, yaitu penipuan antar pemain demi mendapatkan item langka. Tanpa bimbingan, anak bisa belajar bahwa menipu adalah hal biasa dalam dunia game, lalu membawanya ke kehidupan nyata.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan gaming disorder sebagai gangguan kesehatan mental. Gangguan ini ditandai oleh:

- kehilangan kontrol terhadap durasi bermain,

- menempatkan game sebagai prioritas utama dibanding kegiatan lain,

- terus bermain meskipun sudah menimbulkan dampak negatif.

Pada anak usia dini, efek ini bisa jauh lebih besar karena otak mereka belum matang secara emosional dan kognitif.

Metode PROAKSI: Strategi Efektif Menghadapi Kecanduan Game

Untuk mengurangi dampak buruk game online dan mencegah penurunan moral anak, digunakan metode PROAKSI, yang terdiri dari tujuh langkah:

1. Pendampingan

Orang tua harus hadir sebagai pendamping, bukan pengawas yang menghakimi. Komunikasi terbuka membuat anak merasa aman untuk bercerita.

2. Rutinitas Sehat

Jadwal harian yang terstruktur mencegah anak menghabiskan seluruh waktu luang untuk bermain. Aktivitas seperti olahraga, tidur cukup, dan waktu makan teratur sangat penting.

3. Orientasi Nilai

Anak perlu dikenalkan pada nilai empati, tanggung jawab, sopan santun, dan kejujuran—bukan hanya ketika bermain game, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

4. Aktivitas Alternatif

Berbagai kegiatan non-digital dapat mengurangi ketergantungan anak terhadap game, seperti seni, musik, membaca, atau kegiatan komunitas.

5. Kontrol Digital

Fitur parental control dapat digunakan untuk membatasi akses anak terhadap konten tertentu dan memonitor aktivitas mereka.

6. Stel Waktu

Orang tua perlu membuat aturan waktu bermain yang jelas dan konsisten, misalnya 1–2 jam per hari, serta memastikan aturan tersebut dipatuhi.

7. Interaksi Positif

Lingkungan sosial yang sehat membuat anak tidak bergantung pada dunia virtual sebagai pelarian atau tempat mendapatkan validasi.

Keberhasilan PROAKSI tidak hanya bergantung pada orang tua, tetapi juga sekolah dan lingkungan sosial. Guru perlu memberikan edukasi mengenai etika digital dan bahaya internet. Teman sebaya juga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku anak, sehingga lingkungan bermain yang sehat sangat penting.

Orang tua juga harus menjadi teladan. Jika orang tua sendiri kecanduan gadget, anak akan meniru. Keteladanan lebih efektif daripada sekadar aturan.

Fenomena penurunan moral akibat game online, khususnya Roblox, bukan hanya disebabkan oleh konten dalam game, tetapi juga oleh kurangnya pengawasan, pendampingan, dan edukasi di rumah. Roblox dapat menjadi ruang yang aman sekaligus edukatif jika dikelola dengan benar. Sebaliknya, platform ini dapat menjadi ruang yang berbahaya bagi moral dan psikologis anak jika dibiarkan tanpa kontrol.

Metode PROAKSI menjadi solusi yang komprehensif dalam menghadapi ancaman digital ini. Dengan konsistensi orang tua, komunikasi yang hangat, dan lingkungan yang mendukung, dunia digital bukan lagi ancaman, melainkan dapat menjadi ruang pembelajaran yang positif bagi anak di era teknologi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image