Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Daffa Berlian Prameswari

Keluar dari Zona Nyaman: Bukan Soal Mampu, Tapi Soal Mau

Eduaksi | 2025-11-26 21:33:15

Pernahkah kamu berfikir bahwa “kok orang-orang kayak mudah banget ya ambil langkah baru?!” sementara kamu merasa “saya nggak bisa” Padahal belum tentu kemampuanmu yang kurang, tapi yang terjadi sebenarnya adalah “kesadaran” kamu ini yang belum mau sepenuhnya. Zona nyaman memang terasa aman, tapi di sana juga potensi untuk berkembang akan tertahan.

Secara psikologis, zona nyaman (comfort zone) merupakan kondisi ketika kita beroperasi dalam rutinitas yang dikenal oleh diri, minim risiko serta tantangan, dan merasa cukup aman secara emosional. Dalam artikel penelitian yang ditulis oleh Marco Van Gelderen dengan judul Using a comfort zone model and daily life situations to develop entrepreneurial competencies and an entrepreneurial mindset, ditemukan fakta bahwa ketika seseorang “keluar” dari zona nyaman maka seseorang tersebut akan mulai menjumpai berbagai tantangan serta pembelajaran tidak terduga.

Sumber : karir.bca.co.id

Jika kita ingin berkembang, sudah sepantasnya kita sadar bahwa, sisi “aman” dari zona nyaman bukan sesuatu yang selalu positif. Hal ini dapat disimpulan bahwa meskipun zona nyaman ini penuh dengan ketenangan dan kedamaian, namun faktanya zona nyaman juga dapat menghambat perkembangan

Kenapa terasa “Saya yang tidak bisa”?

Banyak dari kita merasa “kok saya belum bisa” atau “kok rasanya saya tertinggal dari yang lainnya ya” dan perasaan negatif lain semacam ini. Hal tersebut terjawab dalam jurnal penelitian yang dituliskan oleh Mark L. Learly seorang Psychology & Neouroscience yang menyoroti bahwa orientasi terhadap zona nyaman (comfort zone orientation) berkaitan erat dengan motivasi seseorang untuk melakukan hal baru di luar dari zona nyamannya selama ini, efikasi diri, dan bagaimana orang tersebut mampu mengelola emosi yang muncul jika melakukan hal baru. Jadi, bukan hanya berhubungan dengan kemampuan melainkan lebih ditekankan pada “keinginan” dan “kesadaran” bahwa keluar dari zona nyaman adalah bagian dari proses untuk berkembang serta bertumbuh.

Ayo mulai pelan-pelan: berdamai dan berteman dengan ketidaknyamanan

Keluar dari zona nyaman tidak berarti langsung lompat ke hal ekstrem atau tanpa persiapan. Banyak saran dari ahli menunjukkan bahwa kita bisa mulai dengan langkah kecil yang menantang tapi masih wajar sesuai dengan bidang yang kita inginkan. Misalnya si "A" ini sangat pemalu tetapi dia sadar harus keluar dari zona pemalu ini untuk bisa meraih banyak kesempatan, dia juga sudah sadar sepenuhnya serta berkomitmen dengan kesadarannya bahwa dia mampu untuk keluar dari zona pemalu tersebut. Lalu apa yang si "A" lakukan? Ia mulai dengan langkah kecil seperti berbicara satu menit di depan teman baru atau orang asing walaupun hanya dengan berkenalan saja dan dilanjut dengan mulai menghadiri diskusi yang isinya orang asing. Apa hasil yang si "A" dapatkan? seiring berjalannya waktu kebiasaan ini berhasil mengikis rasa malu dalam diri si "A". Melalui artikel “How to Leave Your Comfort Zone and Enter Your ‘Growth Zone’” dijelaskan bahwa zona nyaman adalah “ruang aman” dengan sedikit risiko, sedangkan zona pertumbuhan (growth zone) muncul ketika kita mau menghadapi tantangan dan belajar dari titik itu dan hal tersebut bisa dilatih dengan pembiasaan secara rutin serta didorong oleh efikasi diri (keyakinan akan kemampuan sendiri). Yang mana lama kelamaan akan “menggeser” batas zona nyaman mereka.

Sumber : Sonora.id

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya bukan kamu yang tidak bisa, melainkan kesadaranmu yang belum mau sepenuhnya mengambil langkah untuk “berteman” dengan ketidaknyamanan. Perlu ditekankan pada diri bahwa dalam proses pergerakan ini, diperlukan komitmen yang kuat. Komitmen bukan berarti harus besar dan dramatis, tapi titik pentingnya disini adalah konsisten. Contohnya ketika kita membuat janji pada diri sendiri, “Minggu ini saya akan mencoba hal kecil yang berbeda dari kebiasaan saya.” Dan kemudian, lakukan refleksi: “Bagaimana rasanya?Apa yang saya pelajari?” Studi dari Walden University menyarankan bahwa kita memang perlu “memperluas” zona nyaman secara sadar serta mengakui penuh bahwa zona nyaman bisa menjadi jembatan kita untuk tumbuh.

Jadi, jika suatu perasaan seperti “kok saya masih nggak bisa keluar dari situ?” ini muncul, mungkin yang perlu ditanya bukan “Apa saya kurang kemampuan?” tetapi “Apakah saya sudah mau sepenuhnya mengambil langkah kecil ini?” Sebab Ketika kita perlahan berdamai dengan ketidaknyamanan, maka keberanian ini akan perlahan terbangun, memperkuat efikasi diri, dan membuka ruang untuk bertumbuh serta berkembang. Karena sesungguhnya, pertumbuhan tidak terjadi di titik zona nyaman, melainkan saat kita berani berjalan sedikit ke luar dan menyadari bahwa kita mampu lebih dari yang kita pikirkan.

Penulis : Daffa Berlian Prameswari (Mahasiswa Universitas Airlangga)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image