Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arhafid Rizqon Annafiian

Saat Stoikisme Jadi Alasan Nggak Mau Upgrade Diri

Humaniora | 2025-11-26 07:12:44
Ilustrasi

Akhir-akhir ini, saya makin sering dengar kalimat khas anak muda: “yang penting tugas kelar aja,” atau “rezeki udah ada yang ngatur.” Kadang, pas ngerjain tugas kelompok, ada yang baru setor bagian sendiri langsung menghilang. Bantuin? “Udah bukan urusan gue.” Kalau ikut lomba, semangat di awal, tapi pas hasilnya zonk, kita gampang banget bilang, “udah usaha, belum rezeki.” Habis itu? Biasanya berhenti di situ, nggak banyak yang refleksi atau evaluasi.

Fenomena ini makin subur karena dibalut filosofi stoikisme yang konon, hidup harus slow, sabar, terima aja kenyataan. Di satu sisi, ada benarnya sih. Nggak semua hal bisa kita atur, dan menerima keadaan itu bagian dari dewasa. Tapi kalau setiap kegagalan ataupun hasil setengah-setengah selalu di-tutupin dengan “kalau takdirnya gagal yaudah,” lama-lama jadi kebal sama motivasi buat upgrade diri.

Padahal, menerima takdir itu penting, tapi jangan sampai lupa: usaha maksimal, refleksi setelah gagal, dan belajar buat berikutnya juga bagian dari proses. Kalau semua cuma “asal kelar”, kita bakal susah maju dan gampang puas di zona nyaman kita aja. Bukan soal harus ambis gila-gilaan, tapi jangan-jangan kita cuma terlalu nyaman sama alasan biar nggak repot mikirin perkembangan.

Menurut kamu gimana? Apakah wajar pola pikir “yang penting kelar” atau “takdir udah ada yang ngatur” dipakai terus? Atau justru kita harus berani jujur sama diri sendiri apakah kita udah benar-benar usaha atau cuma main aman doang?

Yuk, share pengalamanmu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image