Diksi Patah Hati dalam Dinginnya Bandung Menjelang Pagi
Resensi | 2025-11-17 19:08:51Judul Buku: Bandung Menjelang Pagi
Penulis: Brian Khrisna
Penerbit: Media Kita
Tahun Rilis: 2024
Jumlah Halaman: 304 Halaman
“Bandung Menjelang Pagi” merupakan karya fiksi yang dilahirkan dengan indah oleh Brian Khrisna, seorang penulis yang dikenal mahir merangkai kata puitis menjadi rentetan emosi yang jujur dan menyentuh. Novel yang diterbitkan oleh MediaKita ini bukanlah sebuah novel tunggal dengan satu alur cerita yang panjang, melainkan kumpula cerita pendek (cerpen) yang mengangkat tema sentral yang sama mengenai romansa patah hari perpisahan dan upaya untuk melupakan masa lalu yang menyakitkan. Melalui kisah dalam novel tersebut, Brian Khrisna dengan cerdik menjadikan Kota Bandung bukan sekedar latar belakang, melainkan karakter emosional yang turut menghirup dan menjadi saksi bisu dari segala pergulatan batin para tokohnya.
Gaya penulisan khas Brian Khrisna yang puitis dan lugas, menjadi kekuatan utama yang menarik pembaca sejak halaman pertama. Dalam tulisannya, pembaca akan disuguhkan dengan kalimat kalimat indah yang akan terasa begitu dekat dengan pengalaman pribadi para pembaca. Keindahan bahasa ini menjadikan kisah yang disajikan terasa menghangatkan dan memberi penghiburan meskipun bertema kesedihan. Brian berhasil menciptakan suasana melankonis yang nyaman layaknya menikmati secangkir kopi hangat di tengah dinginnya udara pagi.
Secara keseluruhan, novel ini menjelaskan berbagai macam perasaan yang pernah dialami manusia modern, khususnya dalam konteks hubungan asmara. Setiap cerita pendek memperkenalkan tokoh-tokoh baru dengan konfliknya sendiri, mulai dari kisah cinta yang tak terbalas, sulitnya mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan yang tak lagi sehat, perjuangan untuk move on dari kenangan manis yang terus membayangi, hingga harapan baru yang muncul seiring terbitnya matahari. Salah satu cerita utama yang disorot adalah tentang Dipha dan Vinda, di mana Bandung menjadi kota yang sangat dicintai oleh Vinda, sedangkan Dipha menyadari sisi ‘bobrok’ kota tersebut, yang secara kiasan menggambarkan dualitas dalam setiap hubungan, karena ada keindahan yang harus dirayakan, namun ada pula kenyataan pahit yang harus dihadapi. Pada dasarnya, buku ini menghimpun banyak pengalaman yang terasa dekat dengan banyak orang, khususnya bagi mereka yang pernah merasakan manisnya jatuh cinta sekaligus pedihnya melepaskan.
Meski begitu, Kumpulan cerita pendek dalam buku ini memiliki 2 sisi. Di satu sisi, pembaca tidak perlu menghkawatirkan alur yang terputus atau plot cerita yang terlalu kompleks, karena novel ini cukup flexibel. Namun di sisi lain, Batasan panjang cerita membuat oenulis untuk tidak mengembangkan karakter dan alur secara mendalam. Akibatnya, beberapa tokoh terasa ‘lewat’ begitu saja, dan konflik yang ada dalam cerita pendek terkadang terasa terlalu cepat diselesaikan. Hal ini dapat membuat pembaca yang terbiasa dengan novel tunggal yang detail merasa kurang puas karena tidak adanya keterikatan emosional dengan tokoh secara mendalam.
Karena hampir keseluruhan cerita berputar di alur yang sama, yakni patah hati, kesepian, dan percintaan, buku ini bisa terasa sedikit membosankan jika dibaca tanpa jeda. Pembaca yang mencari variasi tema di luar romansa mungkin akan merasa jenuh. Namun, konsistensi tema ini justru menjadi ciri khas Brian Khrisna sebagai "penulis patah hati" yang berhasil merangkum berbagai sudut pandang kesedihan menjadi satu kesatuan yang indah di tengah latar Kota Bandung yang dingin dan syahdu.
Secara keseluruhan, "Bandung Menjelang Pagi" adalah buku yang sukses menyajikan kehangatan di balik rasa sakit. Buku ini seperti teman curhat yang baik bagi mereka yang sedang galau. Brian Khrisna seolah menawarkan sebuah bahu dan pelukan melalui cerita yang ditulisnya. Dengan gaya bahasa yang memikar dan topik yang umum, novel ini sangat layak untuk dibaca oleh penggemar kisah roman yang melankonis, terutama bagi mereka yang menikmati keindahan kata-kata. Novel ini mengajarkan kita bahwa pagi akan selalu datang membawa harapan baru, meski sebelum menikmatinya harus melewati malam yang penuh kegelisahan dan perpisahan.
Rekomendasi: Novel ini sangat dianjurkan bagi pembaca usia remaja hingga dewasa muda yang mencari buku fiksi ringan dengan kedalaman emosi yang kuat, terutama bagi penggemar yang menyukai karya-karya Brian Khrisna sebelumnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
