Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Raffi Apriardi

Warisan Budaya yang Tetap Hidup di Tengah Modernitas Jakarta

Sejarah | 2025-11-10 22:07:28

Nama Kelompok 4 : Betawi

1. Muhammad Raffi Apriardi 24010400031

2. Dimas Aji Pamungkas 24010400027

3. Muhammad Syahid Azzam 24010400190

4. Muhammad sakhi al abrar 24010400237

5. Akhdan malka suwandi 24010400210

Jakarta dikenal sebagai kota megapolitan dengan hiruk-pikuk kehidupan modern yang cepat, padat, dan dinamis. Namun di balik gemerlap gedung pencakar langit dan jalanan yang tak pernah sepi, tersimpan akar budaya yang kuat: adat Betawi, identitas asli masyarakat Jakarta yang masih berdenyut hingga kini.

Adat Betawi bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan cermin perjalanan panjang sebuah peradaban yang terbentuk dari pertemuan banyak bangsa, agama, dan kebiasaan yang berbaur menjadi satu jati diri khas.

Asal Usul dan Sejarah Masyarakat Betawi

Suku Betawi muncul sekitar abad ke-17 di Batavia (nama lama Jakarta). Mereka merupakan hasil akulturasi berbagai etnis seperti Melayu, Sunda, Jawa, Bali, Arab, Tionghoa, India, hingga Eropa yang datang ke Batavia untuk berdagang, bekerja, dan menetap. Dari percampuran inilah terbentuk komunitas baru yang kemudian dikenal sebagai Orang Betawi.

Bahasa Betawi yang lahir dari interaksi lintas etnis itu pun mencerminkan keanekaragaman tersebut. Kata-kata seperti lu, gue, begini, atau begituan merupakan hasil asimilasi antara bahasa Melayu, Portugis, hingga Tionghoa.

Identitas Betawi semakin menguat ketika masyarakat ini menempati wilayah-wilayah sekitar Jakarta seperti Condet, Kampung Melayu, Kemayoran, dan Setu Babakan, yang kini menjadi pusat pelestarian budaya Betawi.

Nilai dan Falsafah Hidup Orang Betawi

Orang Betawi dikenal dengan karakter ramah, terbuka, santai, namun menjunjung tinggi adab dan sopan santun. Nilai-nilai ini tercermin dalam falsafah hidup mereka yang sederhana: “Hidup jangan nyusahin orang, tapi bikin seneng orang.”

Gotong royong dan kebersamaan menjadi inti dari hubungan sosial masyarakat Betawi. Hal ini terlihat dalam tradisi bantingan tangan, tolong-menolong saat hajatan, atau ngumpul di pos ronda yang masih dilakukan sampai sekarang.

Dalam budaya Betawi, agama Islam menjadi dasar kehidupan sehari-hari. Banyak nilai-nilai moral dan ritual sosial yang terinspirasi dari ajaran Islam, seperti selametan, maulid, dan tahlilan, yang dipadukan dengan kebiasaan lokal.

Upacara dan Tradisi Adat Betawi

Budaya Betawi memiliki berbagai upacara adat yang masih dijalankan hingga kini, antara lain:

1. Palang Pintu

Upacara ini menjadi bagian penting dari pernikahan adat Betawi. Tradisi ini berupa pertarungan silat dan adu pantun antara keluarga calon pengantin pria dan keluarga calon pengantin wanita.

Palang pintu bukan sekadar hiburan, melainkan simbol uji keberanian, kecerdasan, dan kesopanan seorang laki-laki Betawi sebelum resmi meminang calon istrinya.

2. Nujuh Bulanan

Upacara ini diadakan ketika usia kehamilan mencapai tujuh bulan. Tradisi ini dipenuhi dengan doa-doa keselamatan bagi ibu dan calon bayi, biasanya diiringi dengan musik gambang kromong atau marawis.

Masyarakat Betawi percaya bahwa nujuh bulanan adalah bentuk syukur sekaligus cara menjaga keseimbangan antara kehidupan spiritual dan sosial.

3. Sunatan dan Lebaran Betawi

Perayaan sunatan (khitanan) di Betawi dikenal sangat meriah. Biasanya disertai dengan arak-arakan ondel-ondel, tanjidor, dan lenong.

Sementara itu, Lebaran Betawi adalah bentuk perayaan tahunan yang kini menjadi agenda resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai wujud pelestarian budaya lokal.

Seni, Musik, dan Kesenian Tradisional

Budaya Betawi memiliki kekayaan seni yang mencerminkan perpaduan budaya timur dan barat. Beberapa di antaranya yaitu:

• Gambang Kromong, perpaduan musik Tionghoa dan Betawi yang menggunakan alat musik seperti sukong, tehyan, dan gong.

• Tanjidor, musik orkes tiup yang dipengaruhi budaya Belanda.

• Lenong, seni teater rakyat dengan dialog jenaka, sindiran sosial, dan gaya bahasa khas Betawi.

• Ondel-ondel, boneka raksasa simbol pelindung kampung yang kini menjadi ikon kota Jakarta.

• Tari Topeng Betawi dan Tari Yapong, yang menggambarkan ekspresi kegembiraan dan keramahan masyarakat Betawi.

Selain itu, kesenian sastra lisan seperti pantun Betawi dan cerita rakyat Si Jampang atau Si Pitung juga menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.

Rumah Adat dan Busana Khas Betawi

Rumah adat Betawi disebut Rumah Kebaya karena bentuk atapnya menyerupai lipatan kebaya. Rumah ini didominasi kayu dan bambu, serta memiliki teras luas sebagai tempat bersosialisasi.

Rumah Betawi mencerminkan keterbukaan sosial: siapa pun boleh datang bertamu dan berinteraksi, sesuai dengan karakter masyarakatnya yang hangat dan egaliter.

Untuk busana, laki-laki Betawi biasa memakai baju sadariah, celana batik, peci hitam, dan selendang. Sedangkan perempuan memakai kebaya encim yang dipengaruhi budaya Tionghoa, lengkap dengan kerudung tipis dan kain batik Betawi bermotif geometris atau flora.

Kuliner Khas Betawi

Kuliner adalah bagian penting dari identitas Betawi. Banyak makanan khas yang lahir dari perpaduan berbagai budaya.

Beberapa di antaranya:

• Kerak Telor, makanan ikonik yang menjadi simbol budaya Betawi.

• Soto Betawi, dengan kuah santan gurih dan daging sapi.

• Asinan Betawi, perpaduan rasa asin, asam, dan pedas.

• Kue Rangi, Dodol Betawi, dan Bir Pletok, minuman herbal khas yang dibuat tanpa alkohol.

Makanan-makanan ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga simbol kebersamaan, karena biasanya disajikan dalam acara keluarga, hajatan, dan perayaan.

Persija Jakarta: Simbol Modern dari Identitas Betawi

Di tengah arus modernitas, salah satu wujud nyata semangat Betawi yang masih hidup bisa dilihat melalui Persija Jakarta. Klub sepak bola ini bukan hanya sebuah tim olahraga, melainkan ikon kebanggaan warga Jakarta terutama masyarakat Betawi.

Bagi banyak orang Betawi, Persija adalah representasi dari semangat pantang menyerah, solidaritas, dan kecintaan terhadap tanah kelahiran. Lagu-lagu suporter Jakmania yang menggema di stadion bukan sekadar dukungan, tetapi juga ekspresi budaya dan emosi kolektif warga Jakarta yang menjunjung kebersamaan, persaudaraan, dan semangat juang khas Betawi.

Persija menjadi contoh bagaimana budaya tradisional bisa beradaptasi dan terus hidup dalam bentuk yang lebih modern. Semangat “nggak mau kalah” dan “loyal abis” yang dimiliki para Jakmania seakan memperlihatkan bahwa nilai-nilai Betawi tetap kuat meskipun dibalut gaya hidup urban.

Pelestarian dan Tantangan Budaya Betawi

Di tengah modernisasi dan arus globalisasi, adat Betawi menghadapi tantangan besar. Banyak generasi muda yang mulai melupakan bahasa dan kebiasaan asli Betawi, tergantikan oleh gaya hidup urban yang serba cepat.

Namun, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan, seperti pembentukan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, pendirian sanggar seni, serta festival tahunan seperti Lebaran Betawi dan Festival Ondel-ondel.

Media sosial dan film juga mulai berperan dalam memperkenalkan budaya Betawi secara modern. Contohnya film Si Doel Anak Sekolahan atau Lenong Rumpi, yang mengangkat kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi dengan gaya ringan namun sarat nilai budaya.

Adat Betawi adalah bukti bahwa akar budaya lokal bisa tetap hidup di tengah arus modernitas. Dari logat khas, kesenian, hingga filosofi hidupnya, semuanya menggambarkan keaslian dan semangat masyarakat Jakarta yang sebenarnya: terbuka, hangat, dan penuh toleransi.

Menjaga adat Betawi berarti menjaga identitas Jakarta — agar kota ini tidak hanya dikenal karena gedung-gedung tinggi, tetapi juga karena nilai-nilai kemanusiaan yang tumbuh dari tanahnya sendiri.

Daftar Pustaka (Sumber Referensi)

• Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. (2023). Ensiklopedia Budaya Betawi.

• Kompas.com. (2023). Mengenal Asal Usul dan Budaya Betawi di Jakarta.

• Kemdikbud. (2021). Warisan Budaya Takbenda Indonesia: Tradisi Palang Pintu dan Ondel-ondel.

• Detik.com. (2024). Lebaran Betawi dan Upaya Pelestarian Budaya Lokal di Jakarta.

• Setu Babakan Cultural Heritage Center. (2022). Panduan Budaya Betawi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image