Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Wildan Adinata Riswanto

Peran Komunikasi Terapeutik dalam Tugas Perawat atau Ners

Edukasi | 2025-11-10 13:14:07

Dalam ranah pelayanan kesehatan, peran seorang Ners adalah pilar yang menopang kualitas asuhan. Tugas mereka seringkali diidentikkan dengan prosedur klinis. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa peran seorang Ners sejatinya berpusat pada komunikasi kesehatan yang efektif dan terapeutik.

Source: homecare24.id [Ilustrasi Peran Perawat]

Tugas dan Peran Ners dalam Pelayanan Kesehatan

Dari pengamatan di lingkungan pelayanan, tugas dan peran Ners dapat dikelompokkan menjadi tiga pilar utama yang tak terpisahkan:

1. Peran Sebagai Pelaksana Asuhan

Ini adalah peran yang paling terlihat. Ners bertanggung jawab atas pelaksanaan tindakan medis dan keperawatan sesuai rencana.

  • Contoh Tugas: Pemberian obat, perawatan luka, pemasangan infus, dan monitoring kondisi pasien.
  • Dimensi Komunikasi: Bahkan dalam prosedur klinis, komunikasi adalah kunci. Misalnya, saat akan menyuntik, Ners harus memberikan penjelasan singkat yang menenangkan, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan memvalidasi perasaan takut atau cemas pasien.

2. Peran Sebagai Pendidik Kesehatan

Ners adalah jembatan informasi antara tim medis dan pasien/keluarga. Peran ini sangat vital untuk pencegahan dan manajemen penyakit jangka panjang.

  • Contoh Tugas: Mengajarkan cara minum obat yang benar, memberikan edukasi diet dan pola hidup sehat, atau melatih keluarga merawat luka di rumah.
  • Dimensi Komunikasi: Ini memerlukan komunikasi persuasif dan komunikasi yang aktif. Ners harus memastikan informasi disampaikan dengan metode yang sesuai karakteristik pasien, serta mendengarkan hambatan atau keluhan yang dimiliki pasien.

3. Peran Sebagai Konselor

Ini adalah peran yang menunjukkan tanggung jawab moral Ners terhadap hak pasien.

  • Contoh Tugas: Memastikan pasien memahami semua opsi pengobatan, melindungi kerahasiaan informasi pasien, dan memberikan dukungan emosional/psikologis.
  • Dimensi Komunikasi: Ners harus menggunakan komunikasi terapeutik untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang empatik. Ini melibatkan penggunaan ekspresi wajah yang mendukung, dan kemampuan untuk berempati tanpa menghakimi, membantu pasien menyalurkan kecemasan mere

Komunikasi Terapeutik, Senjata Utama Seorang Ners

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keberhasilan seorang Ners seringkali tidak hanya ditentukan oleh keahlian teknis mereka, tetapi oleh kualitas interaksi. Komunikasi Terapeutik adalah landasan dari semua peran tersebut:

  1. Fase Orientasi: Ners memulai dengan perkenalan dan penetapan tujuan interaksi, menunjukkan keterbukaan.
  2. Fase Kerja: Ners menggunakan teknik seperti klarifikasi, validasi, dan refleksi untuk menggali masalah pasien secara mendalam, memastikan bahwa pasien merasa didengar dan dipahami.
  3. Hambatan Komunikasi: Ners sering menghadapi hambatan seperti perbedaan bahasa/budaya, kondisi sakit pasien yang menghambat bicara, atau rasa takut. Seorang Ners yang terampil harus mampu mengadaptasi gaya komunikasi mereka untuk mengatasi hambatan ini (misalnya, menggunakan alat bantu visual untuk pasien lansia atau yang memiliki hambatan pendengaran).

Berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa profesi Ners adalah perpaduan antara keilmuan klinis dan keterampilan komunikasi interpersonal. Tugas dan peran Ners tidak dapat berjalan efektif tanpa adanya komunikasi yang jelas, jujur, dan empatik. Seorang Ners bukan hanya agen perubahan perilaku fisik, tetapi juga agen perubahan kognitif dan emosional melalui kekuatan interaksi manusiawi.

Oleh: Muhammad Wildan Adinata Riswanto, Mahasiswa S-1 Keperawatan Universitas Airlangga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image