Membedah Persaingan Pemasaran Antar Pedagang
Bisnis | 2025-11-06 18:53:57
Menurut Philip Kotler, pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dari pihak lain. Pasalnya, di era sekarang, pemasaran bukan hanya tentang bagaimana menjual produk, tetapi juga bagaimana menciptakan hubungan yang baik dengan konsumen, memahami kebutuhan pasar, hingga menjaga eksistensi bisnis dalam persaingan yang ketat.
Menurut Andini dan Aditiya (2002),persaingan adalah usaha untuk memperhatikan keunggulan masing-masing yang dilakukan perseorangan atau badan hukum dalam bidang perdagangan, produksi, dan pertahanan.Persaingan pemasaran antar pedagang mempunyai banyak sekali contoh studi kasus.Kita ambil saja yang marak terjadi saat ini yaitu persaingan dalam cara pedagang memasarkan produk yang akan dijual,mereka bersaing dengan membuat promosi semenarik mungkin , memberikan harga yang murah tapi produk tetap berkualitas karena konsumen menyukai harga murah,semakin kreatif membuat produk – produk baru,membuat konten – konten di media sosial untuk menarik perhatian konsumen (semakin kreatif dan menarik konten yang dibuat,maka semakin banyak konsumen yang tertarik membeli produk yang dijual,tidak hanya itu antar pedagang bersaing “siapa yang memberikan diskon lebih besar atau pun promo,maka konsumennya lebih banyak”).
Kemudian ada studi kasus yaitu mengenai pedagang kecil (tradisional) yang kurang mengenal dunia digital . Rendahnya literasi pemasaran digital di kalangan pedagang tradisional menjadi faktor kunci penurunan daya saing. Data menunjukkan bahwa perkembangan social commerce telah membuat banyak pedagang kalah bersaing dengan ritel yang aktif memanfaatkan media sosial, terutama untuk produk pakaian dan kelontong di wilayah seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, yang secara langsung berdampak pada penurunan omzet mereka (Harian Jogja, 2023).
Saat ini, tren pemasaran tahun 2025 mengalami perkembangan pesat dengan meningkatnya penerapan kecerdasan buatan (AI) dan analisis data dalam memahami perilaku konsumen. Pelaku usaha yang mampu beradaptasi dengan teknologi tersebut akan memiliki keunggulan dalam menarik perhatian pelanggan serta membangun loyalitas mereka. Selain itu, strategi seperti memanfaatkan micro influencer dan melakukan personalisasi konten menjadi langkah efektif untuk memperkuat hubungan antara merek dan konsumen di tengah persaingan digital yang semakin ketat.
Teknologi seperti AI dan personalisasi konten memang membuka peluang besar bagi dunia pemasaran. Namun, tidak semua pedagang memiliki kemampuan yang sama untuk memanfaatkannya. Banyak pedagang kecil terkendala oleh modal yang terbatas, fasilitas digital yang kurang memadai, serta minimnya pengetahuan teknologi. Akibatnya, muncul jurang digital antara usaha besar dan kecil yang membuat persaingan di pasar semakin tidak seimbang.
"Namun, fenomena persaingan ini menimbulkan pertanyaan krusial: Sejauh mana persaingan pemasaran ini sehat?. Di tengah adaptasi digital yang cepat, persaingan pemasaran saat ini sangat asimetris dan didominasi modal besar, sehingga mendesak perlunya intervensi regulasi dan perubahan strategi total bagi pedagang kecil untuk bertahan secara berkelanjutan."
Banyaknya kendala dalam pemasaran menyebabkan persaingan antar pedagang, contohnya seperti strategi pemasaran yang kurang matang, branding yang kurang kuat, keterbatasan budget marketing, tidak melakukan marketing mix secara optimal, lambat dalam menerapkan transformasi digital, cara promosi yang tidak tepat, dan lainnya.
Solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan riset pasar untuk memahami dengan baik kebutuhan dan preferensi konsumen. Gunakan channel pemasaran yang tepat seperti media sosial yang sedang tren (TikTok, Instagram, YouTube, maupun lainnya) dengan sering membuat ide-ide konten yang menarik perhatian konsumen, rajin riset hasil konten, sering upload konten, dan melakukan evaluasi. Selalu perhatikan feedback dari pelanggan (riset hal apa yang masih perlu diperbaiki atau dievaluasi). Bangun identitas brand secara konsisten, mulai dari logo, tagline, hingga tone of voice di media sosial. Fokus pada strategi berbiaya efisien seperti inbound marketing, content marketing, dan program referral. Gunakan reward atau loyalty program untuk memperkuat promotion, mempercepat process, dan mengapresiasi people (baik karyawan maupun pelanggan). Selalu perhatikan apa yang dilakukan pesaing dan amati strategi mereka dalam menerapkan marketing mix dan cari peluang untuk membuat produk yang berbeda. Adopsi strategi digital secara bertahap: mulai dari SEO, social media ads, hingga email marketing. Bangun sistem manajemen data pelanggan yang rapi dan terintegrasi. Gunakan pendekatan yang lebih ramah dan berempati terhadap customer.
Dalam pandangan saya, persaingan di bidang pemasaran memiliki dua sisi. Di satu sisi, persaingan dapat menjadi dorongan bagi pelaku usaha untuk terus berinovasi. Namun di sisi lain, persaingan juga berpotensi menciptakan ketidakadilan apabila tidak diimbangi dengan strategi dan peluang yang sama. Kondisi ini dapat disebut sebagai bentuk persaingan yang sehat sekaligus tidak sehat.
Persaingan sehat adalah jenis persaingan yang terjadi di pasar terbuka dan bebas di mana terdapat persaingan yang adil antara perusahaan pesaing berdasarkan beberapa parameter seperti kualitas, harga, layanan pelanggan, dan lain-lain. Sementara persaingan tidak sehat menurut Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999, merupakan persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Persaingan dalam dunia pemasaran akan selalu menjadi bagian dari perjalanan setiap pelaku usaha. Namun, cara setiap pedagang menyikapinya adalah hal yang membedakan hasil akhirnya. Dengan semangat belajar yang terus tumbuh, kemauan untuk berkolaborasi, serta keberanian dalam berinovasi, pedagang kecil pun memiliki peluang besar untuk tetap eksis di tengah derasnya arus digitalisasi. Pada akhirnya, persaingan yang sehat bukan semata tentang siapa yang menang, tetapi tentang bagaimana semua pihak dapat berkembang bersama secara berkelanjutan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
