Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ladya Ananta

Ketika Talas Naik Kelas: Dari Umbi Tradisional Menjadi Dimsum Modern

Kuliner | 2025-11-01 16:49:09
Sumber: atravel.blog

Siapa yang tak kenal makanan satu ini?

Dimsum menjadi salah satu makanan yang semakin populer di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Hidangan yang berasal dari Tiongkok ini muncul pertama kali di Indonesia pada tahun 1990-an di restoran asal Tiongkok yang ada di Kota Bandung. Siapa sangka, masyarakat Indonesia ternyata sangat menggemari makanan ini. Kini, dimsum sangat mudah ditemui di berbagai tempat, seperti restoran, kafe, food stall, hingga jajanan kaki lima. Kreativitas masyarakat dalam membuat berbagai kreasi dimsum juga sangat berkembang pesat. Seperti yang saat ini sedang populer adalah dimsum mentai, dimsum goreng mozarella, dan dimsum bakar yang telah menjadi favorit berbagai kalangan.

Umumnya, dimsum dibuat menggunakan campuran tepung dan daging ayam atau ikan sebagai bahan utama. Namun, di tengah tren inovasi kuliner, muncul pertanyaan seperti: apakah dimsum hanya sebatas itu? Bagaimana jika tepung sebagai bahan utama diganti menjadi talas? Mungkinkan hidangan tersebut dikembangkan hingga menjadi salah satu hidangan favorit masyarakat saat ini?

sumber: halodoc.com

Salah satu bahan yang cukup jarang tersentuh oleh masyarakat modern adalah talas. Talas (Colocasia esculenta) merupakan salah satu tanaman umbi hasil kekayaan alam Indonesia yang jumlahnya sangat melimpah. Namun, konsumen talas ini biasanya hanya orang-orang tua, karena talas masih sering dianggap “kuno” oleh para generasi muda. Biasanya talas hanya direbus, dijadikan keripik atau digunakan sebagai bahan kue tradisional. Padahal talas ini sangat layak untuk dikonsumsi karena mengandung serat yang baik untuk pencernaan dan menjaga kadar gula darah, vitamin C dan E, dan mineral yang sangat melimpah. Talas juga mampu melawan radikal bebas dalam tubuh karena kaya akan antioksidan. Menurut beberapa studi, talas berpotensi mencegah kanker karena mengandung senyawa bioaktif.

Namun, tantangannya adalah generasi muda yang belum bisa menerima talas karena dianggap kurang menarik, tidak kekinian, dan tidak mengikuti tren cita rasa saat ini. Oleh karena itu, olahan tradisional perlu mengalami transformasi agar tetap relevan dengan era saat ini.

Dari gagasan tersebut, muncul ide untuk membuat inovasi sederhana yaitu mengolah talas menjadi dimsum. Ide ini kami gali dalam rangka menyelesaikan tugas proyek mata kuliah Pengantar Kolaborasi Keilmuan di kampus saya Universitas Airlangga, yang mendorong mahasiswa untuk menghasilkan ide bisnis yang kemudian akan direalisasikan.

Sumber: dokumentasi pribadi

Pada awalnya, kami cukup skeptis dan meragukan rasa dari dimsum tersebut. Namun tak disangka, setelah mencoba dimsum talas tersebut, respon positif muncul dari teman-teman yang mencoba. Menurut mereka, rasanya tidak beda jauh dengan dimsum yang menggunakan tepung sebagai bahan utamanya. Talas tidak mempengaruhi rasa dari dimsumnya, namun dimsum yang menggunakan talas memiliki tekstur yang berbeda dibandingkan dengan talas yang terbuat dari tepung.

Tekstur dari dimsum talas tersebut terasa lebih lembut dan memiliki cita rasa khas tersendiri. Dan inovasi ini kami kembangkan lagi dengan memberi saus pedas pada dimsum. Selain itu juga dimsumnya kami sajikan setelah dibakar. Dimsum talas terasa smoky dan memiliki sensasi pedas yang sangat menggugah selera. Perpaduan cita rasa modern dengan bahan lokal ini tidak hanya menambah daya tarik, tetapi juga membuka peluang nilai tambah pada talas sebagai bahan pangan.

sumber: dokumentasi pribadi
sumber: dokumentasi pribadi

Saya yakin bahwa inovasi terhadap pangan lokal merupakan langkah strategis untuk menjawab kebutuhan kuliner masa kini. Ketika bahan lokal dapat diolah menjadi menu kekinian, maka tidak hanya menghasilkan makanan enak, tetapi juga turut melestarikan dan memajukan potensi kuliner Indonesia. Lalu, siapkah kita untuk memberi ruang bagi pangan nusantara untuk tampil lebih kreatif dan modern?

_Ladya Ananta, Mahasiswa Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image