Ketika Kegagalan Menjadi Irama Kemenangan Yasmin Faiza
Lomba | 2025-10-27 19:54:50
Di balik wajah lembut dan pembawaannya yang kalem, Yasmin Faiza, siswi kelas 8A SMP Mekar Arum, menyimpan semangat besar dalam dunia tarik suara. Ia baru saja mengharumkan nama sekolah dengan meraih Juara 2 Nembang Pupuh Putri dalam Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Subrayon 05.
Lomba tersebut dilaksanakan pada Sabtu (30/08/2025) di SMPN 5 Cileunyi, dan menjadi bukti bahwa bakat musik tradisional masih hidup di hati generasi muda. Yasmin tampil anggun dengan suara khasnya yang bening, membawakan Pupuh Sunda dengan penuh penghayatan.
Ketertarikan Yasmin pada dunia menyanyi sudah muncul sejak kecil. Sejak duduk di kelas 2 SD, ia mulai berani tampil di depan teman-temannya dan mengikuti berbagai lomba di sekolah.
“Sebenernya dari kecil udah suka nyanyi, dari kelas dua SD,” ujar Yasmin Faiza, pada Senin (27/10/2025).
Kecintaannya terhadap Pupuh Sunda muncul karena pelajaran di sekolah yang memperkenalkan lagu-lagu tradisional tersebut. Dari sanalah Yasmin mulai memahami makna dan keindahan bahasa Sunda yang menjadi bagian dari jati dirinya.
“Soalnya waktu itu emang diajarnya buat pupuh Sunda,” kata Yasmin
sambil tersenyum kecil mengenang awal mula perjalanannya.
Sejak saat itu, ia mulai rutin berlatih dan menekuni lagu-lagu Pupuh dengan penuh kesungguhan hingga mampu tampil di berbagai ajang lomba, dari tingkat sekolah hingga antar subrayon. Dalam setiap penampilannya, Yasmin tak hanya bernyanyi, tetapi juga berusaha menjiwai setiap bait lagu yang ia bawakan.
Namun, perjalanan menuju panggung kemenangan tidak selalu mudah. Yasmin pernah mengalami kegagalan, tetapi hal itu tidak membuatnya menyerah. Ia justru menjadikan pengalaman itu sebagai bahan evaluasi untuk berlatih lebih keras.
“Kalau kalah ya latihan lagi. Konsisten, jangan gampang nyerah,” ungkap Yasmin.
Dari kegagalan itu, Yasmin belajar memperbaiki banyak hal mulai dari penghayatan lagu, pengaturan napas, hingga keberaniannya tampil di depan publik. Ia percaya bahwa setiap kekalahan adalah kesempatan untuk tumbuh lebih baik.
Dalam prosesnya, Yasmin mendapatkan banyak dukungan, baik dari keluarga maupun pihak sekolah. Ia bahkan sering mendapat dispensasi waktu untuk latihan menjelang lomba.
“Support orang tua sama sekolah itu penting banget. Aku sering dikasih dispen buat latihan,” jelas Yasmin.
Di sekolah, ia juga dibimbing oleh Pak Azmi, guru vokal, yang membantu memperkuat teknik bernyanyi serta menumbuhkan rasa percaya diri di atas panggung.
Meski kini tampil penuh percaya diri, Yasmin mengaku pernah merasa gugup dan kurang yakin pada kemampuannya.
“Setiap kalau kalah tuh dievaluasi sama guru, katanya aku kurang pede,” ujar yasmin.
Namun seiring berjalannya waktu, ia belajar bahwa keberanian menjadi kunci penting dalam bernyanyi.
“Kalau udah berani, suara juga keluar lebih bebas,” ujar Yasmin sambil tersenyum percaya diri.
Selain menekuni Pupuh Sunda, Yasmin juga mulai menyalurkan minatnya pada genre lain seperti pop. Ia mengaku ingin fokus mengembangkan bakatnya agar bisa menjadi penyanyi profesional suatu hari nanti.
“Mau difokusin nyanyi, pengen kayak Tiara Andini,” kata Yasmin penuh semangat.
Penyanyi muda Tiara Andini menjadi sosok yang menginspirasinya karena memiliki suara khas dan kepribadian kuat di atas panggung. Yasmin pun bercita-cita untuk bisa mengikuti jejak idolanya itu.
“Kalau bisa sih pengen ikut Indonesian Idol,” ujar Yasmin
sambil tertawa kecil, menyiratkan harapan besar yang ia simpan dalam hati.
Bagi Yasmin, setiap perlombaan bukan sekadar ajang mencari kemenangan, melainkan perjalanan untuk belajar dan membangun karakter. Ia percaya bahwa konsistensi, latihan, dan dukungan orang-orang terdekat adalah kunci utama menuju kesuksesan.
Dengan suara lembut dan tekad yang kuat, Yasmin Faiza terus melangkah menjaga warisan budaya Sunda, sekaligus menyiapkan langkah menuju panggung yang lebih besar di masa depan.
Reporter : Saninatun Nazwa Slamet
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
