Sejarah Berdirinya Muhammadiyah Bentengmati, Mijen, Demak
Agama | 2025-10-26 14:34:32
Sejarah Muhammadiyah di Welahan: Dari Penolakan Hingga Diterima Masyarakat
Welahan, Jepara — Jamaah dan warga Muhammadiyah Bentengmati menggelar kegiatan refleksi sejarah berdirinya Muhammadiyah di daerah tersebut pada dibahas cerita pada pengajian ahad pagi, Ahad, 26 Oktober 2025, bertempat di Masjid At-Taqwa, Welahan. Acara ini menjadi momentum penting untuk mengenang perjuangan para pendiri Muhammadiyah di Bentengmati yang sempat mengalami masa penolakan dan kesalahpahaman dari sebagian masyarakat.
Dalam kegiatan yang dihadiri puluhan warga dan simpatisan, narasumber utama Bapak Abbas dari Kodam Bintal Jawa Tengah menyampaikan kisah bagaimana awal mula Muhammadiyah hadir di wilayah Bentengmati, salah satu daerah di Kecamatan Welahan. Menurutnya, sejarah panjang itu bermula dari peristiwa sederhana namun bermakna, yakni sebuah acara pernikahan anak salah satu warga Muhammadiyah.
“Awal mula Muhammadiyah dikenal di Bentengmati bukan lewat pengajian besar, melainkan dari sebuah acara keluarga. Saat itu, saya diundang untuk memberikan ceramah dan memperkenalkan ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan sunah,” tutur Abbas dalam sambutannya di hadapan jamaah.
Namun, pada masa itu sebagian warga setempat belum memahami ideologi dan pandangan keagamaan Muhammadiyah secara menyeluruh. Muncul anggapan keliru bahwa gerakan ini membawa ajaran baru yang berbeda dengan kebiasaan masyarakat sekitar. Akibatnya, penolakan terjadi di berbagai bentuk, bahkan sempat disertai tindakan tidak menyenangkan.
“Waktu itu, suasana sempat memanas. Ada sebagian warga yang melempari tempat acara dengan batu dan petasan sebagai bentuk penolakan. Namun para tokoh Muhammadiyah tetap bersikap sabar dan memilih untuk berdialog,” jelas Abbas.
Meski sempat menghadapi situasi sulit, semangat dakwah warga Muhammadiyah di Welahan tidak pernah padam. Mereka terus berusaha menjelaskan tujuan gerakan Muhammadiyah yang sesungguhnya, yaitu memperjuangkan kemurnian ajaran Islam dan meningkatkan pendidikan serta kesejahteraan masyarakat.
Salah satu jamaah, Sutarmo (52), menyampaikan bahwa perjuangan para pendahulu Muhammadiyah menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda. “Kami belajar bahwa dakwah tidak selalu diterima dengan mudah. Tapi dengan sabar, niat baik akhirnya akan dimengerti,” ujarnya kepada wartawan.
Kini, Muhammadiyah telah menjadi bagian penting dalam kehidupan keagamaan masyarakat Welahan. Masjid, sekolah, dan kegiatan sosial yang dikelola oleh Muhammadiyah berkembang pesat dan menjadi tempat belajar bagi warga sekitar. Menurut data lokal, jumlah anggota dan simpatisan Muhammadiyah di Welahan terus meningkat setiap tahun.
Abbas menambahkan, semangat para pendiri Muhammadiyah di Welahan patut diteladani oleh generasi saat ini. “Perjuangan mereka bukan hanya tentang mendirikan organisasi, tetapi juga tentang mengubah pola pikir masyarakat agar lebih terbuka terhadap pembaruan Islam yang murni,” tuturnya menegaskan.
Kegiatan refleksi sejarah ini diakhiri dengan doa bersama dan harapan agar Muhammadiyah terus berperan aktif dalam membangun masyarakat Welahan yang beriman, berilmu, dan berkemajuan.
Dengan semangat “menyebarkan kebaikan tanpa kekerasan”, sejarah Muhammadiyah di Welahan menjadi bukti nyata bahwa setiap perjuangan yang dilandasi keikhlasan pada akhirnya akan menemukan jalannya menuju penerimaan dan kemajuan bersama
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
