Maulid Jepara: Simbol Hidup Harmoni dalam Keberagaman
Pendidikan dan Literasi | 2025-05-23 09:54:49
Jepara - Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran digital, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menyimpan sebuah warisan budaya yang tak lekang oleh waktu yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Maulid di Jepara adalah refleksi dari kehidupan sosial yang penuh makna, di mana agama, budaya, dan nilai-nilai toleransi hidup berdampingan secara damai.
Tradisi yang Menyatukan
Perayaan Maulid di Jepara bukanlah seremoni formal belaka. Di berbagai penjuru kota ukir ini, masyarakat berkumpul dalam suasana hangat membaca Al-Barzanji, melantunkan shalawat, dan membagikan ambengan berupa nasi berkat dan lauk-pauk yang disantap bersama. Momen ini menjadi ruang terbuka untuk bertemu, berbagi cerita, dan mempererat tali persaudaraan.
"Yang paling berkesan itu makan bareng setelah acara. Rasanya seperti kembali ke masa kecil, hangat dan penuh tawa," ungkap Slamet, warga Mayong.
Media Dakwah
Tradisi Maulid di Jepara juga menjadi wahana dakwah yang merangkul semua kalangan. Bukan hanya melalui ceramah, namun juga lewat musik hadrah, simbol makanan, dan kebersamaan sosial. Nilai-nilai agama tidak dikhotbahkan secara eksklusif, melainkan dihayati dalam tindakan nyata.
Seorang tokoh agama di Jepara mengatakan, “Dakwah itu bisa lewat rasa. Lewat rebana, lewat nasi, itu juga mengajarkan akhlak dan kebersamaan.”
Ruang Belajar Toleransi
Menariknya, di balik kekhidmatan tradisi ini, terselip potret keberagaman internal umat Islam di Jepara. Warga Nahdlatul Ulama (NU) merayakan Maulid sebagai ekspresi cinta kepada Nabi, sementara sebagian warga Muhammadiyah memilih tidak merayakannya. Namun perbedaan itu tidak pernah menjadi sumber konflik.
“Di sini, berbeda itu wajar. Tapi tetap guyub. Dari situ kami belajar toleransi secara nyata,” ujar Yani, tokoh masyarakat Kecamatan Mlonggo.
Pendidikan Kewarganegaraan Multikultural
Pandangan ini sejalan dengan gagasan James A. Banks tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan multikultural. Tradisi seperti Maulid di Jepara mengajarkan nilai global: toleransi, gotong royong, empati, dan keterbukaan terhadap perbedaan. Bahkan dalam konteks “cosmopolitan citizenship”, perayaan ini menguatkan identitas lokal sekaligus membentuk karakter warga dunia yang humanis.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Di luar nilai spiritual, Maulid juga memberi dampak ekonomi nyata. Pasar tradisional ramai, pedagang makanan laris, dan pengrajin alat musik hadrah mendapat pesanan. Tradisi ini menjadi penggerak ekonomi kerakyatan yang menghidupkan denyut komunitas lokal.
“Kalau pas Maulid, dagangan saya habis. Alhamdulillah, bisa ikut rezeki,” tutur Bu Minah,
Merawat Warisan, Merangkul Masa Depan
Maulid di Jepara adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan mempertemukan nilai-nilai warisan dengan tantangan zaman. Dalam kebersamaan yang terwujud saat perayaan Maulid, kita melihat harapan: bahwa keberagaman bukan ancaman, tetapi kekuatan yang menyatukan.
Daftar Pustaka
Banks, J. A. (Ed.). (2004). Diversity and Citizenship Education: Global Perspectives. San Francisco: Jossey-Bass.
Fatmawati, F. (2020). Nilai Dakwah dalam Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW pada Jama’ah Masjid Al-Huda Desa Karang Joho Kecamatan Badegan. JCD: Journal of Community Development and Disaster Management.
Hendrianto Attan. (2021). Strategi Pengembangan Nilai-Nilai Toleransi dalam Relasi Sosial Sunni-Syi’ah di Perkampungan Candi Desa Banjaran–Jepara. Islamic Review: Jurnal Riset dan Kajian Keislaman.
Muisy Shofi. (2022). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi Komparasi Pendapat Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Desa Mayong Lor Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara). Skripsi. IAIN Kudus.
Starkey, H. (2008). Review of Diversity and Citizenship Education: Global Perspectives, edited by James A. Banks. London Review of Education.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
