Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhevy Hakim

Komunikasi Terputus, Derita Gaza Belum Putus

Agama | 2025-10-20 22:00:22

Komunikasi Terputus, Derita Gaza Belum Putus

Oleh: Dhevy Hakim

Sejak tanggal 18 September 2025, jalur Gaza terputus komunikasi dengan dunia luar akibat pemadaman total listrik, internet, dan telekomunikasi. Kondisi ini membuat 800.000 warga terisolir dari dunia luar. (SINDOnews.com, 19/09/2025)

Situasi ini bukan sekadar gangguan teknis, melainkan sebuah blokade informasi yang memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah. Ribuan tank Israel dikerahkan, mengepung kota dan menimbulkan ketakutan mendalam di antara warga sipil yang terjebak di tengah konflik.

Bisa dibayangkan bagaimana kondisi muslim di Gaza dengan keadaan terisolir. Suara-suara Gaza menjadi sunyi. Keluarga terpisah tanpa bisa saling menghubungi. Lembaga kemanusiaan kesulitan menjangkau mereka yang membutuhkan bantuan mendesak, dan rumah sakit berjuang untuk berkoordinasi dalam mengevakuasi pasien. Banyak warga Gaza terpaksa mencari sinyal lemah melalui e-SIM, menantang bahaya dengan naik ke tempat-tempat tinggi hanya untuk mengirim pesan singkat yang penuh kecemasan.

Lumpuhnya layangan Komin di Gaza menurut Perusahaan Telekomunikasi Palestina (Paltel) disebabkan oleh pengeboman yang menargetkan rute jaringan inti. Serangan ini, yang diduga kuat dilakukan bersamaan dengan manuver darat. Hal ini sungguh menunjukkan upaya sistematis untuk melumpuhkan komunikasi di pusat-pusat pengungsian.

Sekalipun negara-negara di dunia mengecam dan mengembargo, Israel tetap bergeming. Seperti yang dilakukan oleh Belgia yang menerapkan larangan impor dari Israel. Spanyol mengubah embargo senjata de facto yang berlaku saat ini menjadi undang-undang, dan melarang kapal dan pesawat yang membawa senjata ke Israel untuk berlabuh di pelabuhan Spanyol atau memasuki wilayah udaranya. Norwegia akan melakukan divestasi dari perusahaan -perusahaan yang terdaftar di Israel.

Uni Eropa, berencana memberi sanksi kepada menteri sayap kanan dan menangguhkan sebagian elemen perdagangan dari perjanjian dengan Israel. Di Hollywood, surat penyeruan boikot terhadap perusahaan, festival, dan penyiaran Israel, telah ditandatangani oleh lebih dari 4.000 orang dalam sepekan. Demikian juga di bidang olahraga (balap sepeda dan catur). Bahkan, sekjen PBB mengingatkan Dunia tak boleh terintimidasi oleh Israel. Namun sayangnya segala kecaman maupun embargo yang dilakukan oleh berbagai negara seolah-olah tidak berarti apa-apa bagi Israel.

Sikap Israel tetap tidak bergeming dengan gelombang boikot dikarenakan tujuan akhir yang ditetapkan di Protokol Zionis yaitu membangun Negara Israel Raya dengan menjadikan Palestina sebagai pusat kekuasaannya. Lebih-lebih dalam mewujudkan tujuan akhirnya mereka mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat. AS sebagai negara adidaya yang saat ini memimpin perpolitikan di dunia tentunya memiliki power sehingga wajar jika Israel menjadi kepala batu.

Sepanjang sejarah Islam, Yahudi adalah kaum yang paling keras permusuhannya kepada kaum muslimin. Allah jelaskan dalam QS Al-Maidah: 82 “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik."

Oleh karenanya satu-satunya solusi untuk menghadapi Israel adalah dengan menghadirkan kekuatan yang minimal imbang dengan negara adidaya yang mendukung Israel. Jelas cara boikot tidak mempan. Gaza sungguh membutuhkan bantuan berupa kehadiran tentara Islam di bawah komando Khalifah.

Dengan demikian kaum muslimin terutama para penguasanya segera menyadari akan pentingnya persatuan umat di bawah kepemimpinan Islam. Khilafah sebagai perisai umat lah yang nantinya akan membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel. Wallahu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image