Olahraga dari Kacamata Biopsikologi
Olahraga | 2025-10-17 21:20:30Kalau dipikir pikir, olahraga itu cuma soal gerak badan, lari, push up, angkat beban, volly, sepak bola, muay thai, dan masih banyak lagi cabang olahraga lain. Tapi sebenarnya, di balik itu semua, ada hal yang jauh lebih dalam loh.... Bukan cuma otot aja yang kerja! Tapi juga otak, hormon, dan seluruh sistem tubuh ikut bekerja. Nah, maka dari itu ilmu biopsikologi berguna buat nyambungin antara tubuh (biologi) dan pikiran (psikologi). Dari sudut pandang ini, olahraga itu nggak cuma bikin badan sehat guys, tapi juga bisa mengatur emosi, pikiran, bahkan cara kita merasa bahagia
Olahraga Nggak Cuma Soal Keringat, Tapi Juga Otak dan Perasaan
Ngomongin soal manfaat olahraga, pasti banyak orang langsung mikir soal badan yang sehat atau mungkin berat badan ideal. Padahal nih ya, efek ke mental juga besar banget. Orang yang rutin olahraga biasanya lebih tenang, nggak gampang cemas, terus tidurnya tuh lebih nyenyak. Otak mereka juga jadi lebih "plastis", artinya lebih gampang beradaptasi dan belajar hal baru. Pernah denger nggak, kalau olahraga bikin bahagia? Yappp itu karena adanya "hormon endorfin" yang dihasilkan saat berolahraga. Tapi pernah gak sih kepikiran, kenapa ya cuma jalan kaki 15 menit aja bisa bikin mood naik? Jawabannya nggak sesederhana keringat atau otot yang bergerak, Di balik semua itu, ada kerja sama antara tubuh, otak, dan perasaan kita nih guys (hal yang dijelaskan dari sudut pandang BIOPSIKOLOGI)
Tubuh Gerak, Otak Ikut Sibuk
Tiap kali kita olahraga, otak langsung bereaksi. Aliran darah ke otak meningkat, jadi oksigen dan nutrisi lebih banyak masuk. Ini bikin sel- sel otak kerja lebih baik. Makanya, orang yang rutin olahraga biasanya lebih fokus dan punya ingatan yang lebih tajam. Ada penelitian yang bilang kalau bagian otak yang namanya hipokampus yang mengatur memori bisa jadi lebih besar karena olahraga. Selain itu, olahraga juga bikin otak ngeluarin zat kimia kayak dopamin, serotonin, dan endorfin. Tiga zat ini sering disebut "hormon bahagia". Dopamin bikin kita termotivasi, serotonin bikin mood stabil, dan endorfin ngurangin rasa sakit. Itu sebabnya setelah olahraga, meskipun capek, kita justru ngerasa senang dan lebih tenang. Jadi, rasa "enak" setelah olahraga itu bukan halusinasi, melainkan efek nyata dari reaksi kimia di otak.
Olahraga, Obat Anti Stres yang Gratis
Kehidupan sekarang kadang nyebelin banget ga sih? kerjaan numpuk, tugas kuliah belum kelar, sosial media rame drama. Semua itu bisa bikin stres numpuk dan hormon kortisol di tubuh naik. Kalau dibiarin, bisa bikin gampang marah, susah tidur, bahkan nurunin imun. Nah, olahraga bantu nurunin kadar kortisol itu. Dengan bergerak, tubuh seolah ngasih “ventilasi” buat lepasin tekanan. Sesudahnya, hormon bahagia naik dan pikiran jadi lebih tenang. Nggak heran banyak orang bilang olahraga itu kayak terapi murah meriah. Nggak perlu ke psikolog guys, cukup keluar rumah, jalan kaki, atau naik sepeda keliling kompleks. Itu kenapa banyak orang bilang olahraga bikin pikiran lebih enteng. Dari sisi biopsikologi, hal ini nunjukin kalau emosi dan tubuh memang saling nyambung, apa yang kita rasain bisa dipengaruhi oleh gerakan fisik yang kita lakuin.
Nggak Semua Orang Sama, dan Itu Nggak Apa-Apa
Menarik banget nih guys, dari sisi biopsikologi, ternyata ada faktor genetik juga yang bikin orang beda beda soal olahraga. Ada yang semangat banget tiap kali olahraga karena otaknya cepat merespon dopamin. Tapi ada juga yang hutuh waktu lama buat ngerasain "efek bahagia". Jadi kalau kalian nggak langsung jatuh cinta sama olahraga, bukan berarti kalian lemah kok guys, mungkin tubuh kalian cuma punya ritme beda.Selain itu, kondisi tubuh juga beda beda. Ada yang punya otot cepat, ada juga lebih cocok buat olahraga ketahanan. Jadi kalau ada orang yang lebih sukka jogging daripada angkat beban, itu bukan cuma soal selera, tapi juga ada pengaruh biologinya. Biopsikologi ngelihat hal ini sebagai bukti kalau perilaku olahraga itu hasil campuran antara faktor fisik dan psikologis.Yang penting mulai aja dulu. Karena makin sering tubuh bergerak, makin terbiasa juga otak ngeluarin zat-zat positif itu. Lama- lama, olahraga bukan lagi kewajiban, tapi kebutuhan.
Olahraga Itu Investasi ke Diri Sendiri
Dari kacamata biopsikologi, olahraga itu ibarat kayak tombol "reset" buat tubuh dan pikiran. Gerakannya memang fisik, tapi dampaknya ke otak dan emosi luar biasa besar. Dengan olahraga, kita bukan cuma menjaga bentuk badan, tapi juga menjaga keseimbangan dalam diri.Jadi, kalau besok kalian ngerasa suntuk, stres, atau overthinking, coba deh keluar sebentar. Jalan santai, naik sepeda, atau mungkin main bola bareng temen. Karena ternyata, cara paling sederhana buat ngerawat pikiran adalah dengan bikin tubuh berkeringat.
"aku percaya kalau kebahagiaan bisa dimulai dari sepatu olahraga yang berdebu"
Dan buat aku pribadi, olahraga bukan tentang siapa yang paling kuat atau paling rajin. Tapi tentang gimana sih caranya nyembuhin diri sendiri lewat gerakan kecil. Kadang, satu putaran lari di perkampungan, bisa lebih menenangkan ketimbang ribuan kata motivasi di internet. Karena di situ, kita benar benar hadir, bareng nafas, bareng detak jantung, dan bareng diri sendiri.
Olahraga Juga Bisa Bikin Sakit
Ya walaupun olahraga menyehatkan tubuh, tapi banyak cedera yang terjadi kalau nggak hati-hati. Bisa karena kurang pemanasan atau ceroboh. Contohnya jari kelingkingku yang cedera karena kejatuhan dummbell, guys. Melakukan hal apapun, walau itu hal yang menyehatkan, harus tetap hati-hati biar nggak ngalamin cedera kayak gini ya, guys. yaaa ini buat pembelajaran aku, biar lain kali lebih hati-hati lagi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
