Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rohmah Elfrida

Hidup Tak Selalu Butuh Jawaban

Curhat | 2025-10-17 16:16:34

Di masa ketika segalanya harus dijelaskan dengan logika, manusia seolah kehilangan kemampuan untuk tenang dalam ketidaktahuan. Kita selalu ingin mengetahui alasan di balik setiap peristiwa, makna dari setiap kehilangan, bahkan sebab kecil mengapa sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Padahal, hidup tidak selalu meminta untuk dipahami—terkadang ia hanya ingin dijalani dengan hati yang pasrah.

Hal-hal tak terduga sering kali membuat kita gelisah. Hujan yang turun tiba-tiba di tengah hari cerah, rencana yang gagal di detik terakhir atau kabar yang tak sesuai harapan. Semua ingin kita tafsirkan, seolah ada yang perlu diperbaiki. Padahal, boleh jadi hal-hal yang terasa mengganggu justru merupakan cara lembut Tuhan menata jalan hidup kita.

Ilustrasi Foto Lorong : Pixabay

Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, seluruh urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur; jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Dan itu semua baik baginya.” (HR. Muslim)

Hadis ini bukan sekadar penghiburan bagi hati yang terluka, tetapi pelajaran besar tentang makna ketenangan. Bahwa setiap takdir yang datang padamu telah ditakar dengan kasih dan kebijaksanaan. Apa yang tampak salah di matamu belum tentu keliru di sisi Allah.

Namun manusia modern sering kali lebih sibuk menuntut penjelasan daripada menumbuhkan penerimaan. Kita ingin Tuhan menjawab semua “mengapa”, seolah iman hanya sah bila disertai kepastian. Padahal, iman sejati justru tumbuh di tengah misteri ketika hati tetap percaya meski logika belum menemukan jawabannya.

Mereka melangkah bukan karena tahu arah takdirnya, melainkan karena yakin siapa yang menuntun langkah itu.Hidup sejatinya adalah latihan untuk menerima bahwa tidak semua hal perlu kita kuasai. Ada saat di mana kebijaksanaan tertinggi bukanlah mencari penjelasan, tetapi menundukkan kepala dalam pasrah. Sebab di balik segala yang tampak acak, ada tangan Tuhan yang menata dengan rapi—hanya saja, sering kali mata kita terlalu sibuk mencari pola hingga lupa melihat kasih.

Jalaluddin Rumi pernah menuliskan:

“Jangan biarkan akal yang kecil menolak rencana Tuhan yang besar.”

Ketenangan sejati tidak lahir dari pengetahuan, melainkan dari kepercayaan. Kita bisa memahami ribuan teori hidup, tetapi tidak akan benar-benar damai sampai kita belajar berkata,“Tuhanku, aku tidak tahu kenapa. Tapi aku percaya Engkau tahu. Maka biarlah aku belajar mencintai apa yang terjadi, sebagaimana aku mencintai-Mu”.

Mungkin rahasia hidup bukanlah teka-teki untuk dipecahkan, melainkan kidung yang harus didengarkan dengan hati. Sebab ada bahasa yang tidak bisa diterjemahkan oleh logika, hanya bisa dimengerti oleh jiwa yang pasrah.Seperti firman-Nya:

Dan di sisi-Nya lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia...” (QS. Al-An’am [6]: 59)

Maka mungkin tugas kita bukan mencari tahu rahasia semesta, tapi menjadi bagian dari irama rahasia itu bergerak sebagaimana daun mengikuti angin. Tidak selalu mengerti, tapi selalu dalam genggaman. Sebab hidup bukan untuk dijelaskan. Hidup, pada akhirnya, adalah untuk dihidupi dengan hati yang percaya, meski mata masih bertanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image