Belajar Dewasa dari Kejujuran yang Disalahpahami
Curhat | 2025-10-15 22:22:41Belajar Dewasa dari Kejujuran yang Disalahpahami
Kadang, niat baik tidak selalu dipahami dengan cara yang sama oleh orang lain. Kita bisa bermaksud jujur, terbuka, bahkan ingin membantu agar situasi menjadi jelas, tetapi justru dianggap berbeda oleh sebagian orang. Dari sana, kita belajar bahwa kejujuran saja tidak cukup — ada waktu dan cara yang juga perlu kita perhatikan.
Aku pernah mengalami situasi di mana aku hanya ingin meminta penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Aku berpikir, dengan bertanya langsung, semuanya bisa jadi lebih jelas dan tidak menimbulkan kebingungan. Namun ternyata, tindakan itu justru dipahami berbeda. Ada yang merasa aku terlalu terbuka, ada juga yang menganggap aku seharusnya menahan diri. Saat itu, aku merasa kecewa dan bertanya-tanya, apakah aku yang salah?
Setelah direnungkan, aku menyadari satu hal penting: menjadi dewasa bukan berarti selalu benar, tapi tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam.
Kejujuran tetap penting, tapi menyampaikannya dengan empati dan waktu yang tepat juga bagian dari kebijaksanaan. Kita tidak bisa mengontrol cara orang memahami kita, tapi kita bisa belajar mengontrol cara kita menyampaikan sesuatu.
Dari pengalaman itu, aku belajar untuk:
1. Tidak langsung menyalahkan diri sendiri. Niat baik tetaplah niat baik, meski kadang disalahpahami.
2. Belajar memahami sudut pandang orang lain. Mungkin orang lain punya pengalaman berbeda yang membuat mereka sensitif terhadap topik tertentu.
3. Menjadi lebih hati-hati tanpa kehilangan ketulusan. Menyaring kata bukan berarti berpura-pura, tapi bentuk menghargai orang lain.
4. Menerima bahwa salah paham adalah bagian dari proses tumbuh. Semua orang pernah disalahpahami, tapi dari situlah kita belajar memperbaiki cara berkomunikasi.
Dari kejadian itu, aku tidak ingin menyesali kejujuranku. Aku hanya ingin belajar bagaimana menjadi pribadi yang tetap tulus, tapi juga bijak dalam menyampaikan sesuatu. Karena kedewasaan bukan tentang seberapa sering kita tidak disalahpahami, tapi seberapa tenang kita menghadapi salah paham dengan hati yang tetap baik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
