Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Waluyo,S.E.,M.E.

Pajak: Syukur Membuat Negeri Menjadi Makmur

Agama | 2025-10-08 14:26:49

Syukur

Syukur secara bahasa berasal dari bahasa Arab (asy-syukr), yang berarti “berterima kasih” atau “menghargai”. Dalam konteks Islam, syukur adalah rasa terima kasih kepada Alloh SWT atas segala nikmat yang diberikan, baik nikmat lahiriah seperti kesehatan, harta, maupun nikmat batiniah seperti iman, ketenangan, dan hidayah. Syukur adalah salah satu konsep mendasar dalam ajaran Islam yang berkaitan dengan rasa terima kasih dan penghargaan kepada Alloh SWT atas segala nikmat yang diberikan. Syukur tidak hanya berupa ungkapan lisan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan serta pengakuan hati akan segala nikmat yang datang dari Allah.

Dalam Al-Qur'an, Alloh SWT berkalam, "Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat pedih'" (QS. Ibrahim: 7).

Manfaat Bersyukur

Syukur tidak hanya merupakan bentuk ketaatan kepada Alloh SWT, tetapi juga memiliki banyak manfaat baik dari segi spiritual maupun kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari sikap syukur:

1. Meningkatkan / Menambah Nikmat

Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ibrahim: 7, bersyukur akan menyebabkan nikmat yang kita miliki bertambah. Nikmat ini tidak selalu berupa harta atau kekayaan, tetapi juga berupa kebahagiaan, ketenangan hati, kesehatan, dan keberkahan hidup.

2. Membuat Hati Lebih Tenang dan Bahagia

Orang yang bersyukur cenderung memiliki hati yang lebih lapang dan bahagia. Mereka tidak mudah merasa iri atau dengki terhadap orang lain karena mereka fokus pada nikmat yang telah Allah berikan, bukan pada apa yang belum dimiliki. Hal ini membawa kedamaian dalam hidup dan menjauhkan dari penyakit hati seperti iri dan kesombongan.

3. Mendekatkan Diri kepada Alloh SWT

Syukur adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT. Dengan bersyukur, seorang hamba mengakui kekuasaan Alloh SWT dan ketergantungannya kepada-Nya. Hal ini akan memperkuat hubungan antara hamba dan Tuhannya.

4. Menghindarkan dari azab / siksa Alloh SWT

Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ibrahim: 7, orang yang tidak bersyukur akan menghadapi azab Allah yang sangat pedih. Dengan bersyukur, kita menjaga diri dari murka Allah dan mendapatkan perlindungan serta ridha-Nya.

Cara Bersyukur

Syukur dapat diwujudkan melalui tiga bentuk utama: syukur dengan hati, syukur dengan lisan, dan syukur dengan perbuatan.

1. Syukur dengan Hati

Syukur dengan hati adalah pengakuan dalam hati bahwa segala nikmat yang kita miliki berasal dari Alloh SWT. Seorang muslim harus menyadari bahwa semua yang dimilikinya, baik dalam bentuk harta, kesehatan, keluarga, maupun ilmu, adalah anugerah dari Allah. Kesadaran ini akan membuat hati selalu bersyukur, tidak sombong, dan merasa cukup.

2. Syukur dengan Lisan

Syukur dengan lisan adalah mengucapkan terima kasih kepada Alloh SWT secara lisan. Kalimat-kalimat seperti “Alhamdulillah” (Segala puji bagi Alloh SWT) adalah bentuk syukur yang paling sederhana namun sangat bermakna. Rasulullah saw bersabda: “ Ucapan yang paling disukai Allah adalah ‘Alhamdulillah’.” (HR. Muslim). Selain itu, bersyukur dengan lisan juga bisa diwujudkan dengan berterima kasih kepada sesama manusia yang telah memberikan bantuan atau kebaikan.

3. Syukur dengan Perbuatan

Syukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang telah Alloh SWT berikan untuk hal-hal yang baik dan sesuai dengan perintah-Nya. Misalnya, seseorang yang diberikan nikmat harta bisa bersyukur dengan cara bersedekah dan membantu orang lain yang membutuhkan. Mereka yang diberi nikmat ilmu bisa mengajarkannya kepada orang lain, dan yang diberi nikmat kesehatan bisa memanfaatkannya untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Alloh SWT berfirman: “Beramallah, hai keluarga Daud, sebagai tanda syukur (kepada Alloh).” (QS. Saba: 13). Ayat ini menegaskan bahwa syukur harus diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan hanya sekadar ucapan lisan.

Makmur

Makmur dapat dimaknai sebagai kondisi yang serba berkecukupan serta tidak kekurangan (KBBI). Dalam kerangka kehidupan bernegara, kemakmuran ditandai dengan keadaan dimana rakyat dalam sebuah negara dapat tumbuh berkembang, menoreh kebahagiaan secara jasmani dan rohani sebagai akibat dari kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi, hal ini merupakan perjuangan dan pergerakan kemerdekaan para pendahulu di negeri ini yang bukanlah semata guna tiba pada pintu gerbang kemerdekaan, lebih dari itu, kemerdekaan dipupuk dengan membangun sebuah masyarakat yang adil dan makmur.

Dalam perspektif ekonomi, makmur dimaknai sebagai terpenuhinya kebutuhan secara material, sehingga bila hal tersebut tidak terwujud, maka disebut miskin (kemiskinan) (Susanto, 1984). Negara Indonesia sendiri sejak awal sebetulnya hadir dan merdeka semata-mata guna melahirkan suatu tatanan masyarakat yang makmur untuk semua, semua untuk makmur.

Secara konstitusional, dambaan untuk menghadirkan sebuah negara yang makmur itu sebangun dengan upaya membumikan amanat pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menjelaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam rangka usaha mewujudkan kemakmuran bagi seluruh warganya, negara membutuhkan pendanaan, salah satu pendanaan utama berasal dari pajak, hal ini disadari oleh para pendiri negeri ini, sehingga terkait pajak dicantumkan dalam Pasal 23A UUD 1945 yang menyatakan “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.”

Pajak : Syukur Membuat Negeri Menjadi Makmur

Pajak dapat dianggap sebagai salah satu sarana untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Alloh SWT, seperti nikmat hidup, kesehatan, dan rezeki. Dengan membayar pajak, kita dapat berkontribusi pada pembangunan negeri dan kesejahteraan masyarakat serta kebaikan bersama.

Penggunaan Pajak harus diperuntukan untuk kebaikan, dimana pajak yang dibayarkan dapat digunakan untuk membiayai berbagai program dan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Peningkatkan kesadaran dan kepedulian pajak juga dapat menjadi salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan kepada kita semua. Dengan memahami pentingnya pajak dan kewajiban sebagai wajib pajak, kita dapat lebih termotivasi untuk memenuhi hak dan kewajiban pajak serta berkontribusi pada pembangunan, sehingga negeri yang sangat kita cintai menjadi makmur.

Payo kito tunaikan hak dan kewajiban perpajakan sebagai wujud rasa syukur agar negeri menjadi makmur.

Pajak Kuat APBN Sehat, Indonesia Sejahtera.

Pajak Tangguh Indonesia Tumbuh

*) Praktisi Pepajakan pernah tinggal di Palembang

**) Ini adalah pandangan pribadi tidak mewakili institusi tempat penulis bekerja.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image