Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Marketing DT Peduli 2

Tawa Anak Palestina, Hadiah Hari Kemerdekaan Indonesia

Filantropi | 2025-10-08 08:04:20
Relawan DT Peduli Ajak Bermain Anak-anak Palestina yang tinggal di Kamp Zhoufah di Perbatasan Jordania - Palestina (Sumber : DT Peduli)

DTPEDULI.ORG | AMMAN - Pagi itu, di kamp Zhoufah, suasana berbeda terasa. Anak-anak Palestina berlarian, tawa mereka pecah di udara. Ada yang bermain lompat tali, ada yang mencoba congklak untuk pertama kalinya, ada pula yang sibuk mengejar teman-temannya dalam permainan kucing-kucingan.

Bagi mereka, permainan sederhana itu seperti keajaiban kecil. Sejenak, bayangan kehilangan orang-orang tersayang tergantikan oleh canda tawa. Sejenak, dunia terasa ringan.

Semua itu hadir berkat uluran tangan rakyat Indonesia melalui DT Peduli, yang pada 17 Agustus 2025 mengunjungi kamp pengungsian Zhoufah. Bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, para relawan datang bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga menghadirkan kebahagiaan.

Ratusan paket pangan dan bantuan tunai langsung dibagikan kepada para keluarga. Tak ketinggalan, 100 paket berisi pakaian, alat tulis, dan mainan anak diberikan khusus untuk anak-anak yang selama ini lebih sering berhadapan dengan kesulitan hidup daripada keceriaan masa kanak-kanak.

Muhammad Ihsan, Direktur Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) DT Peduli yang ikut langsung dalam penyaluran bantuan, tak mampu menyembunyikan haru ketika melihat anak-anak tertawa.

"Di tengah keterbatasan, senyum mereka jadi semangat buat kita semua. Bersamaan dengan perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia, kami mengajak anak-anak bermain dan bergembira. Tawa mereka adalah hadiah terindah, seolah menyatukan semangat kemerdekaan Indonesia dengan harapan Palestina," ujarnya.

Bagi Ihsan, momentum ini bukan sekadar pembagian bantuan. Lebih dari itu, ia ingin mengingatkan bahwa kemerdekaan bukanlah milik satu bangsa saja. "Kemerdekaan adalah cita-cita universal: hidup damai dan bermartabat. Merdeka untuk Indonesia, merdeka juga untuk Palestina," tambahnya.

Suara Mereka

Bagi para pengungsi, bantuan itu berarti napas baru di tengah keterbatasan. Ghadah, seorang ibu yang berasal dari Tulkarem dan kini tinggal di Kamp Sukhnah, menerima bantuan dengan mata berkaca-kaca bahagia.

"Ini hanya untuk seminggu. Kami ada tujuh, delapan orang di rumah. Semoga Tuhan membebaskan kami, dan kami bisa kembali ke negara kami. Amin ya Allah. Terima kasih atas kepedulian kalian terhadap kami," ucapnya lirih.

Alya, pengungsi lain di kamp yang sama, mengungkapkan rasa syukur meski dengan kata-kata sederhanan namun penuh harap, "(Bantuan ini) luar biasa untuk empat anggota keluarga. Insya Allah kemenangan untuk Palestina. Jika ada kemungkinan kembali, insya Allah."

Bantuan yang disalurkan DT Peduli di kamp pengungsian Palestina seakan menjadi pengingat bahwa kemerdekaan dan kebebasan adalah hak semua manusia. Di tengah perayaan kemerdekaan Indonesia, tawa anak-anak Palestina menjadi jembatan emosional yang menyatukan dua bangsa dengan nasib berbeda, namun dengan cita-cita yang sama: hidup damai tanpa penjajahan.

Di balik setiap paket pangan dan mainan yang dibagikan, tersimpan doa agar Palestina segera menemukan jalannya menuju kemerdekaan. Dan di balik setiap tawa anak-anak, ada pesan mendalam: bahwa harapan tak pernah padam, meski hidup dalam pengungsian.

Agustus ini, Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-80 dan di kamp Zhoufah, kemerdekaan itu dibagi agar tetap harapan dan doa yang masih terus diperjuangkan.

Karena kemerdekaan sejatinya bukan hanya milik Indonesia, tetapi cita-cita universal yang harus dirasakan semua manusia. Indonesia merdeka, Palestina merdeka. (Agus ID/Farih)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image