Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Widdy Nuril Ahyar

Urgensi Materi Lingkungan pada Mata Pelajaran Sejarah

Guru Menulis | 2025-09-20 20:19:54

Kita hidup di tengah paradoks. Pemerintah sering berbicara tentang keberlanjutan, tetapi di lapangan tambang ilegal marak, konsesi pertambangan dibagi tanpa rem, sementara dokumen amdal bisa diatur sesuai pesanan. Akibatnya, hutan terkikis, sungai tercemar, dan ekosistem semakin rapuh.

Persawahan yang semakin sempit di Kota Bogor dengan latar belakang Gunung Salak. Foto: Dokumentasi penulis.
Persawahan yang semakin sempit di Kota Bogor dengan latar belakang Gunung Salak. Foto: Dokumentasi penulis.

Di sekolah, isu lingkungan biasanya hanya disentuh dalam pelajaran IPA atau Geografi. Padahal, sejarah justru menyimpan kunci penting untuk memahami bagaimana manusia membangun relasi dengan alam. Dari irigasi tradisional yang menopang peradaban agraris, aturan adat seperti sasi di Maluku, hingga kerusakan lingkungan akibat eksploitasi kolonial—semua adalah bagian dari perjalanan bangsa.

Sayangnya, narasi ini jarang hadir di kelas sejarah. Akibatnya, generasi muda tumbuh tanpa kesadaran bahwa perusakan lingkungan hari ini hanyalah ulangan dari kesalahan masa lalu.

Mengintegrasikan materi pelestarian lingkungan dalam pelajaran sejarah adalah langkah strategis. Melalui sejarah, siswa bisa melihat bagaimana kebijakan ekonomi dan politik selalu meninggalkan jejak ekologis. Mereka akan memahami bahwa tambang ilegal bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi ancaman bagi warisan ekologis bangsa. Bahwa konsesi tambang yang sembrono bukan hanya soal izin, melainkan soal masa depan air, tanah, dan udara yang mereka hirup.

Sejarah yang berwawasan lingkungan akan melahirkan generasi yang peka, kritis, dan berani menuntut perubahan. Generasi yang menyadari bahwa menjaga bumi bukan sekadar pilihan, melainkan syarat agar bangsa ini tetap bertahan.

Mengabaikan sejarah lingkungan sama saja dengan mengabaikan masa depan. Jika masa lalu sudah cukup memberi pelajaran pahit, mengapa kita tega membiarkan anak-anak kita mewarisi kerusakan yang sama?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image