Potensi Diri Ditengah Lingkungan Besar: Berkembang atau Terhambat?
Humaniora | 2025-12-09 11:16:21
Kehidupan tidak akan pernah luput dari perlombaan, setiap insan memiliki jiwa kompetitif untuk menjadi Nomor 1. Dimulai dari mendapatkan Sekolah atau Universitas Top, Perusahaan Multinasional bahkan Internasional, sampai Kota Metropolitan tentunya adalah mimpi semua orang. Namun, pernahkah kita bertanya, Akankah saya masih menjadi bintang disana? Tentu, kita akan terus menerus berlomba menjadi yang terbaik, baik secara diri sendiri maupun dalam suatu lingkungan. Setiap insan yang terlahir dari segala lapisan masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi seorang bintang tanpa harus membandingkan dirinya dengan diri lain.
Lingkungan besar adalah pedang bermata dua; ia bisa menjadi labirin yang menghambat, namun pada dasarnya, ia adalah katalis yang memaksa potensi diri untuk beradaptasi dan meledak. Sistem akademis yang ketat, birokrasi yang keras, sampai budaya yang melekat dengan kuat, seringkali menjadi 2 kubu yang membingungkan seseorang, Berkembang atau Terhambat? Setiap kita berkompetisi untuk mendapatkan lingkungan tersebut, tanpa disadari sering kali diri kita yang sebenarnya belum siap akan skala dan kompleksitas lingkungan tersebut. Hal ini lah yang menjadi dasar kita terhambat untuk mengembangkan potensi diri dalam lingkaran tersebut.
Terbiasa menjadi terbaik dalam lingkungan kecil tentunya bukanlah hal yang sama dengan menjadi terbaik di lingkungan yang besar. Penilaian lingkungan sampai stigma masyarakat menjadi aspek utama yang mampu membelah rasa kepercayaan diri kita.
Selain itu, berbagai aspek pendukung juga menjadi tantangan besar, seperti :1. Kekalahan MentalMemasuki lingkungan dengan jangkauan lebih luas tidak memungkiri kita bertemu dengan orang yang setingkat bahkan bertingkat-tingkat diatas kita. Ketidaksiapan mental untuk bersaing diiringi dengan penurunan rasa percaya diri menjadi penutup pintu utama untuk berkembang, lama kelamaan seseorang akan merasakan Sindrom Impostor, ditandai dengan rasa rendah diri yang ekstrim dan pertanyaan "Apakah aku masih pantas disini?" "Aku bukan tandingannya disini" yang mulai menghantui kepala.2. Kehilangan Arah dan kurangnya motivasiBertemu dengan banyak orang yang memiliki keahlian yang bervariatif seringkali memecah fokus utama kita untuk berkembang. Timbul rasa penasaran dan ingin mencoba yang terlalu banyak belum tentu menjadi hal yang baik dilakukan. Kembali mempertanyakan diri sendiri "Disini saya mau apa"3. Networking yang gagalJika penurunan rasa percaya diri sudah mulai menyelimuti, seringkali kita merasa tidak pantas untuk membangun relasi dengan siapapun. Kegagalan dalam membangun relasi inilah yang berdampak mulai dari hilangnya teman berbagi sampai tidak adanya teman untuk berkembang. Merasa harus dan hanya bisa berdiri diatas kaki sendiri yang bahkan belum tentu kuat untuk berpijak ke langkah selanjutnya.
Saat hal-hal itu terjadi, turunnya keyakinan dan kegigihan ambisi menjadi hal yang lumrah untuk dirasakan, terkadang kita tidak mampu dalam mengatasi hal tersebut, bukan tidak bisa, tapi karena belum terbiasa. Hal mengganjal yang dirasakan, sering menjadi alasan terbesar untuk memilih mundur dan tidak mengembangkan potensi diri yang sebenarnya sangat disayangkan jika tidak dikembangkan. Terdengar seperti karangan, tetapi bagi sebagian orang hal ini dirasakan nyata oleh mereka yang tidak mampu untuk memasang potensi dirinya untuk bersaing. Mereka memilih untuk kalah dan mengubur potensi dirinya dilingkungan besar untuk menjual potensinya dalam lingkup yang lebih kecil.
Di sisi lain, seseorang akan menjadikan pacuan lingkungan besar sebagai penerapan mindset Aku harus berkembang disini. Pemikiran itu bukan hanya sekedar penanaman prinsip saja, tetapi sebagai bahan bakar semangat dengan memberdayakan segala hal baru sebagai suatu pencapaian yang dapat diraih oleh dirinya. Organisasi global, kota metropolitan, sampai institusi terkemuka dapat menjadi sebuah batu loncatan bagi seseorang yang ingin mengeksplorasi lebih terkait potensi dirinya. Sering kali seseorang dapat menemukan bakat terpendam atau potensinya ketika bertemu dengan hal pemancing di lingkungan besar.
Lingkungan besar akan memaksa individu memulai untuk beradaptasi, berjuang, bertahan, dan berkembang. Meskipun hal tersebut belum tentu dirasakan oleh semua individu karena tergantung bagaimana seseorang menanggapi suatu pandangan. "The moment we accept our problems as a challenge, we open the doors to growth and self-discovery”- M. Scott Peck.
Dari lingkungan besar tidak dapat dipungkiri bahwasannya kita akan mendapatkan tekanan yang lebih besar, tetapi kita dapat menjadikan sebuah tekanan sebagai peluang untuk diri sendiri bekerja secara cepat, cermat, dan tanggap. Memiliki akses seorang ahli dalam suatu bidang tentu menjadi keunggulan yang dapat dirasakan jika kita tergabung dalam lingkungan besar seperti memiliki mentor atau senior yang sudah lebih unggul dalam bidang tersebut.
Tanpa disadari hal seperti ini yang membawa pengetahuan kita akan berkembang tanpa adanya tekanan untuk belajar. Bertemu dengan orang lain yang memiliki level jauh diatas kita juga dapat menjadi suatu poin positif untuk membangun sebuah koneksi yang menjadi gerbang untuk membangun hubungan yang berkembang dan kolaboratif.
Seorang individu mampu memilih dan mengarahkan bagaimana arah yang akan diambil untuk membangun dirinya sendiri. Tidak jarang hal tersebut memiliki pintu utama berupa mindset dan cara pandang terhadap suatu persepsi. Bagaimanakah kamu akan mengarahkan dirimu?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
