Cinta Tanah Air Tak Selalu di Medan Perang, Kadang Ada di Museum
Sejarah | 2025-12-15 12:25:01
Di tengah perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, generasi muda Indonesia menghadapi tantangan dalam mempertahankan rasa cinta tanah air. Arus budaya asing yang mudah diakses melalui media digital sering kali membuat sejarah dan nilai kebangsaan semakin terpinggirkan. Kondisi ini menunjukkan pentingnya upaya nyata untuk menumbuhkan kembali kesadaran kebangsaan melalui media yang relevan dan bermakna. Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui Project Kebangsaan dengan mengunjungi Museum De Javasche Bank Surabaya.
Museum De Javasche Bank merupakan salah satu bangunan bersejarah yang menyimpan perjalanan panjang sistem ekonomi dan perbankan di Indonesia. Museum ini tidak hanya menampilkan benda-benda peninggalan kolonial, tetapi juga menyajikan narasi sejarah tentang bagaimana bangsa Indonesia pernah berada di bawah dominasi ekonomi kolonial hingga akhirnya berjuang menuju kedaulatan ekonomi nasional. Melalui Project Kebangsaan ini, museum menjadi ruang pembelajaran yang mempertemukan sejarah dengan nilai cinta tanah air.
Saat memasuki area museum, pengunjung disuguhkan dengan suasana kantor bank pada masa kolonial. Tata ruang seperti loket pelayanan teller, ruang tunggu, dokumen autentik, serta koleksi uang dari masa penjajahan hingga masa modern memberikan gambaran konkret mengenai sistem perbankan yang pernah diterapkan di Indonesia. Pengalaman ini membantu pengunjung memahami sejarah tidak hanya secara teoritis, tetapi juga secara visual dan kontekstual.
Museum De Javasche Bank Surabaya memiliki peran penting dalam sejarah ekonomi nasional. Gedung ini dahulu berfungsi sebagai salah satu pusat kegiatan perbankan yang mendukung ekspor dan impor di Surabaya. Seiring berjalannya waktu, De Javasche Bank mengalami perubahan fungsi hingga akhirnya menjadi bagian dari sejarah lahirnya Bank Indonesia. Proses transisi tersebut mencerminkan perjuangan bangsa Indonesia dalam membangun kemandirian dan kedaulatan ekonomi, yang merupakan bagian penting dari identitas nasional.
Melalui Project Kebangsaan ini, pemahaman tentang sejarah ekonomi bangsa tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga sebagai warga negara Indonesia. Melihat secara langsung bukti-bukti sejarah perjuangan ekonomi bangsa menumbuhkan kesadaran bahwa kemerdekaan yang dinikmati saat ini merupakan hasil dari proses panjang dan penuh tantangan. Kesadaran inilah yang menjadi dasar tumbuhnya rasa cinta tanah air.
Museum juga berperan sebagai sarana internalisasi nilai-nilai Pancasila. Nilai persatuan, kemandirian, dan tanggung jawab tercermin dalam narasi sejarah yang disajikan, khususnya dalam perjalanan bangsa Indonesia melepaskan diri dari sistem ekonomi kolonial. Dengan demikian, museum tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga sebagai media pendidikan karakter kebangsaan.
Di era modern, museum sering kali dianggap sebagai tempat yang kurang menarik bagi generasi muda. Namun, pengalaman melalui Project Kebangsaan ini menunjukkan bahwa museum justru memiliki potensi besar sebagai ruang refleksi kebangsaan. Ketika sejarah disampaikan secara kontekstual dan dikaitkan dengan kehidupan masa kini, museum dapat menjadi media yang efektif untuk menumbuhkan kembali rasa nasionalisme.
Pada akhirnya, Project Kebangsaan di Museum De Javasche Bank Surabaya memberikan pemahaman bahwa cinta tanah air tidak selalu diwujudkan melalui perjuangan fisik atau simbol-simbol besar. Cinta tanah air juga tumbuh melalui kesadaran sejarah, penghargaan terhadap perjuangan bangsa, serta pemahaman akan pentingnya menjaga kedaulatan ekonomi dan identitas nasional. Dari museum ini, generasi muda dapat belajar bahwa menjadi warga negara yang baik dimulai dari mengenal dan menghargai sejarah bangsanya sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
