Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fall Season07

Inspirasi Ketangguhan Generasi Gaza di Tengah Kondisi Perang Vs Fenomena Duck Syndrome

Agama | 2025-09-14 09:09:31

Kondisi Gaza saat ini masih berada dalam desakan zionis Israel. Penjajah masih berupaya untuk mengosongkan Gaza dengan berbagai cara, mulai dari pengeboman pusat pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik. Hal ini menyebabkan kondisi Gaza semakin memburuk setiap harinya. Akan tetapi, kondisi semacam ini sama sekali tidak melunturkan semangat anak-anak Gaza yang tetap teguh untuk belajar dan berprestasi demi meraih cita-citanya.

Hal ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi mahasiswa negeri kita yang terlihat penuh dengan tekanan dengan berbagai penyebab. Seperti stress karena biaya UKT yang tinggi, tekanan keluarga, atau kondisi mental yang tidak stabil. Hal inilah yang disebut dengan fenomena duck syndrome yang menjangkit pada diri generasi muda. Duck syndrome merupakan istilah psikologis yang diibaratkan sama seperti kondisi bebek yang sedang berenang tampak tenang di permukaan namun di dalamnya sangat sibuk megayuh agar tetap bisa berenang. Kondisi semacam ini nyatanya juga berjangkit pada mahasiswa di kampus-kampus seluruh dunia, termasuk juga kampus lain di Indonesia yang di mana rata-rata mahasiswa masih memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Psikolog dari Unit Pengembangan Karier dan Kemahasiswaan (UKK) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Anisa Yuliandri menjelaskan istilah duck syndrome pertama kali digunakan untuk menggambarkan mahasiswa Universitas Stanford yang tampak tenang tetapi sebenarnya sedang berada di bawah tekanan besar. Menurut Yuliandri juga ada beberapa penyebab yang membuat mahasiswa mengalami hal tersebut, antara lain keseimbangan psikologis seseorang dapat terganggu ketika pilihan hidup tidak lagi didorong oleh keinginan pribadi mereka melainkan oleh tekanan eksternal. Selain itu, ekspektasi budaya untukt selalu terlihat baik-baik saja menyebabkan mahasiswa menekan atau menyembunyikan emosi mereka yang sebenarnya.

Generasi muda Gaza mampu bertumbuh menjadi pribadi yang tangguh tidak semerta-merta terjadi dengan instant, melainkan karena adanya pembentukan dari orangtua bahkan generasi-generasi sebelumnya yang memberikan pengajaran dan diskusi serta pendidikan yang islami pada anak-anak Gaza. Pendidikan Qur’ani inilah yang akan membentuk generasi yang berkepribadian Islam sebagai penjaga Al Aqsa. Anak-anak bahkan tetap mampu melakukan kewajiban mereka dalam kondisi perang. Maka perang bukanlah alasan bagi mereka untuk berhenti belajar, bahkan walaupun dalam kondisi tidak didampingi oleh orangtua mereka yang telah syahid.

Hal ini sangat berbeda dengan kondisi mahasiswa yang berada dalam tekanan sistem Kapitalisme. Sistem kapitalisme memberikan tekanan kehidupan ekonomi yang sulit terutama untuk kaum menengah ke bawah. Ditambah dengan tuntutan hidup perfeksionis yang menekanan anak-anak muda dengan kehidupan ala sekuler kapitalis yang menyebabkan mereka semakin stress dalam menjalani hidup. Belum lagi dengan keimanan yang lemah, bahkan tidak memahami hakikat kehidupan, prioritas amal, sampai rendahnya kesadaran politik menyebabkan mahasiswa semakin buta arah dan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Hal ini merupakan gambaran sistem kapitalisme yang menyebabkan krisisnya anak muda dalam memahami multidimensi kehidupan sehingga tidak mampu menjalani hidup dengan tepat.

Akan tetapi, memang tidak dipungkiri kondisi perang di Gaza tidak akan mampu diatasi tanpa adanya kekuatan yang setara dan dapat merebut kembali wilatyah Gaza. Maka dibutuhkan penyatuan kekuatan kaum muslimin untuk mengakhirinya, yang akan mampu mengomando tentara kaum muslimin untuk berjihad demi mangkhiri Zionis AS. Apabila hal tersebut diwujudkan, anak-anak Gaza pun akan dapat merasakan kembali kehidupan yang indah dalam naungan syariat islam, mendapatkan fasilitas yang mumpuni serta kehidupan yang damai sejahtera. Oleh karena itu, hal ini hanya bisa diwujudkan dengan adanya perjuangan untuk menegakkan khilafah. Perjuangan ini tidak dapat dilakukan sendiri melainkan memerlukan dukungan umat termasuk para pemuda/mahasiswa muslim.

Ketangguhan anak-anak Gaza yang tetap mampu menjalani harinya dengan totalitas dalam kondisi perang harus menjadi inspirasi bagi kita yang masih terkena duck syndrome, karena ketangguhan merekalah bukti nyata ketinggian Islam dalam membina generasi. Mahasiswa dan pemuda hanya dapat terlepas dari duck syndrome apabila dapat memahami hakikat identitas kita sebagai seorang muslim serta menyadari bahwasanya saat ini kita hidup dalam sistem kapitalisme yang tidak ideal, yang dimana membuat tekanan hidup semakin berat, stress, bahkan merusak dan menjerumuskan karakter generasi muda. Maka agar permasalahan ini dapat terselesaikan dengan tuntas dibutuhkan penyadaran politik dan mengadopsi sistem Islam sebagai solusi krisi multidimensi termasuk juga demi membebaskan Palestina dari cengkeraman Zionis.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image