Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Harmoni Geologi dan Peradaban: Peran Cendekiawan Muslim di Rumah Geopark

Agama | 2025-09-13 07:18:50
Pengukuhan Pengurus ICMI (Photo Republika)

Ismail Suardi Wekke (Wakil Sekretaris ICMI Maros 2025-2030)

Kisah Awal ICMI dan Visi Strategis Bangsa

Pada dekade 90-an, di tengah pergolakan politik yang mendesak perubahan, sekelompok tokoh intelektual merasa perlu adanya wadah untuk menggerakkan pemikiran strategis bangsa. Berawal dari obrolan santai di rumah Dr. Ing. B.J. Habibie di Jerman, terbersitlah sebuah gagasan besar: mendirikan sebuah organisasi yang bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga motor penggerak keilmuan dan pembangunan.

Ide ini kemudian diwujudkan melalui serangkaian pertemuan yang intensif, hingga akhirnya melahirkan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) pada 7 Desember 1990. Momen ini menjadi tonggak bersejarah yang mengukuhkan komitmen untuk mengintegrasikan keilmuan modern dengan nilai-nilai Islam demi kemajuan Indonesia.

Geopark: Mengungkap Jendela Sejarah Bumi

Geopark, atau taman bumi, adalah sebuah kawasan dengan warisan geologi bernilai internasional. Ia bukan sekadar tempat wisata, melainkan sebuah museum alam raksasa yang menyajikan narasi panjang evolusi Bumi. Di dalamnya, kita bisa menemukan bukti-bukti fisik tentang proses geologi, seperti pembentukan pegunungan, aktivitas gunung berapi purba, dan perubahan iklim yang terjadi jutaan tahun lalu.

Geopark memiliki tiga pilar utama: konservasi, edukasi, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Ketiga pilar ini saling terhubung erat, menjadikan pelestarian bentangan alam sebagai dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Geopark berfungsi sebagai arsip alam yang merekam bentangan alam prasejarah. Di dalamnya, terdapat jejak-jejak purba seperti fosil, formasi batuan unik, dan sisa-sisa gunung api purba yang menjadi saksi bisu sejarah Bumi.

Aset-aset ini tak ternilai harganya karena menceritakan bagaimana rupa planet kita di masa lalu. Contohnya, Geopark Ciletuh di Jawa Barat menampilkan batuan yang berusia ratusan juta tahun, sementara Geopark Batur di Bali memperlihatkan kaldera raksasa akibat letusan gunung api purba yang dahsyat.

Peran Sentral Kecendekiaan Muslim dalam Sains

Dalam sejarah peradaban Islam, terdapat masa keemasan di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Para cendekiawan Muslim seperti Al-Khwarizmi dan Ibnu Sina tidak hanya mengadopsi ilmu dari peradaban lain, tetapi juga mengembangkannya secara inovatif. Mereka memahami bahwa sains dan agama adalah dua sisi yang saling melengkapi. Sains membantu manusia memahami ciptaan Tuhan, sementara agama memberikan panduan untuk menggunakan pengetahuan tersebut demi kemaslahatan umat.

Sayangnya, semangat integrasi ini mulai memudar seiring berjalannya waktu, menyebabkan banyak cendekiawan Muslim kehilangan peran sentral dalam pengembangan ilmu pengetahuan alam. Padahal, warisan intelektual mereka sangat kaya dengan pemikiran saintifik. Sebagai contoh, Al-Biruni telah mengukur keliling Bumi dengan akurasi yang menakjubkan, dan Ibnu Haitham dikenal sebagai bapak optik modern berkat eksperimen-eksperimennya yang canggih.

Menyatukan Geopark dan Visi Keilmuan Islam

Mungkin terlihat tidak berhubungan, namun Geopark, bentangan alam prasejarah, dan kecendekiaan Muslim memiliki benang merah yang kuat. Geopark menyajikan bukti nyata tentang kebesaran ciptaan Tuhan yang sejalan dengan ajaran dalam Al-Qur'an. Banyak ayat yang mendorong manusia untuk merenungkan fenomena alam, seperti pembentukan gunung dan sejarah kehidupan di planet ini.

Dengan demikian, geopark bisa menjadi alat pendidikan yang efektif bagi cendekiawan Muslim. Melalui geopark, mereka tidak hanya mempelajari sains, tetapi juga dapat merenungkan tanda-tanda kebesaran Tuhan (ayat-ayat kauniyah). Sebagai contoh, penemuan fosil di geopark dapat menjadi pengingat tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang menceritakan tentang penciptaan dan kehancuran masa lalu.

Peran cendekiawan Muslim di sini sangat krusial. Mereka dapat menjadi jembatan yang menghubungkan sains geologi modern dengan ajaran Islam. Dengan pendekatan ini, geopark tidak hanya menjadi situs konservasi, tetapi juga ruang dakwah ilmiah yang mengajak masyarakat untuk kembali kepada Al-Qur'an dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang alam semesta.

Kolaborasi antara ahli geologi, cendekiawan Muslim, dan pemerintah dapat menghasilkan program edukasi inovatif, seperti "studi geologi berbasis Al-Qur'an," yang akan mengembalikan semangat ilmiah peradaban Islam dan menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam integrasi sains dan agama demi memajukan bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image