Pendidikan yang Diserang: Peradaban Bisa Tumbang
Sejarah | 2025-09-07 08:07:02
Kawasan kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) di Jalan Tamansari, Kota Bandung, dipenuhi asap gas air mata. Rektor Unisba, Harits Nu’man, menjelaskan bahwa peristiwa tersebut merupakan lanjutan dari kejadian sekitar pukul 17.00 WIB. Pada saat itu kampus sedang sibuk memberikan pertolongan medis karena unisba dijadikan posko Kesehatan kepada mahasiswa yang membutuhkan malah di serang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal serupa terjadi di Universitas Pasundan (Unpas), di mana asap dari tembakan gas air mata di kawasan Tamansari, Bandung, Jawa Barat, turut masuk dan menyelimuti area kampus.
Penyerangan di manapun bukanlah hal yang dibolehkan apalagi hal tersebut terjadi di ruang pendidikan, akhir-akhir ini Indonesia terjadi chaos di berbagai daerah disebabkan adanya demo besar-besaran dimulai dari 25 Agustus 2025 kemarin, kejadian ini menjadi bola panas hingga kini yang menyebabkan kericuhan di sebagian tempat, dan yang menjadi sorotan yang terjadi di ruang pendidikan di Bandung dalam hal ini terjadi di Universitas Islam Bandung dan Universitas Pasundan.
Hal diatas pastinya sangat disayangkan, seharusnya kampus menjadi ruang yang aman untuk berpikir, berdiskusi, serta mencari perlindungan, bukan malah berubah menjadi tempat pengepungan. Masyarakat menilai peristiwa ini sebagai peringatan serius bahwa ruang akademik di Indonesia sudah tidak sepenuhnya bebas dari potensi tindakan represif. Bandung pun menjadi pusat perhatian nasional, sekaligus simbol perlawanan mahasiswa dan cerminan kegelisahan terhadap terancamnya kebebasan berekspresi dilingkungan pendidikan.
Zaman dahulu ada Kerajaan yang begitu maju yang dipimpin Dinasti Abbasiyah. Pada puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah, Baghdad berperan penting bukan hanya sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai sentra ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan. Kota ini bahkan dijuluki sebagai ibu kota dunia pada abad pertengahan. Selain masyhur sebagai pusat peradaban manusia sejak era Mesopotamia kuno hingga masa pemerintahan Abbasiyah, wilayah subur ini senantiasa menjadi incaran dan perebutan berbagai kekuatan asing.
Tapi siapa sangka dinasti ini runtuh disebabkan di serangnya pusat pendidikan yang ada disana. Kota ini telah lama menjadi pusat peradaban sekaligus kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Sebagai pusat intelektual, Baghdad memiliki berbagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu yang paling terkenal adalah Baitul Hikmah, sebuah lembaga keilmuan yang berfungsi sebagai pusat penelitian, penerjemahan, dan pengkajian berbagai disiplin ilmu.
Seluruh kejayaan dan kemegahan Baghdad kini tinggal sejarah. Kota itu luluh lantak dan hampir tidak menyisakan apa-apa setelah diserang serta dibumihanguskan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Perpustakaan yang menyimpan ribuan buku sebagai pusat ilmu pengetahuan pun ikut dibakar, sehingga hilanglah sebagian besar khazanah intelektual yang pernah menjadi kebanggaan dunia.
Sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan, runtuhnya Baghdad tentu membawa dampak besar bagi sejarah umat Islam. Kejatuhan kota ini tidak hanya menandai berakhirnya kekuasaan Khilafah Abbasiyah, tetapi juga menjadi titik awal kemunduran dunia Islam. Bersamaan dengan kehancuran Baghdad, berbagai khazanah ilmu pengetahuan yang tersimpan di sana pun turut musnah.
Walaupun penyerangan yang dilakukan di Kampus di Indonesia belum sampai pada perusakan fasilitas yang ada pada kampus-kampus diatas, sejarah ini mestinya menjadi sebuah peringatan keras bahwasannya ruang pendidikan mestinya menjadi tempat yang aman dari tindak kekerasan. Kampus tidak boleh dijadikan sasaran serangan dalam bentuk apa pun, sebab ia merupakan pilar penting bagi lahir dan berkembangnya peradaban. Di dalamnya tersimpan ruang kebebasan berpikir, kebebasan berdiskusi, serta kebebasan menuntut ilmu yang menjadi fondasi kemajuan suatu bangsa. Sejarah telah menunjukkan bahwa setiap peradaban besar lahir dari tradisi keilmuan yang tumbuh subur di lembaga-lembaga pendidikan.
Jika kampus ternodai oleh kekerasan, maka yang hancur bukan hanya gedung dan fasilitasnya, melainkan juga harapan, pengetahuan, serta masa depan generasi. Menyerang kampus sama halnya dengan menyerang peradaban itu sendiri, sebab dari kampuslah lahir gagasan, inovasi, dan nilai-nilai yang menjaga martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, kampus harus tetap dijaga sebagai ruang aman, netral, dan suci dari tindakan represif, agar ia terus dapat melahirkan cahaya peradaban.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
