Menata Ulang Pendidikan Islam: Dari Tekstualitas Menuju Transformasi Nilai dan Kemandirian
Eduaksi | 2025-09-06 10:10:25Menata Ulang Pendidikan Islam: Dari Tekstualitas Menuju Transformasi Nilai dan Kemandirian
(oleh: Dr. Hisam Ahyani, Lektor Kepala Institut Miftahul Huda Al Azhar, Kota Banjar)
Pendidikan Islam di Indonesia hari ini tumbuh dengan sangat pesat dalam aspek kelembagaan dan jumlah peserta didik. Namun, di tengah kemajuan itu, terdapat ironi dalam kualitas substansi pendidikan yang masih belum ideal. Kurikulum di banyak lembaga pendidikan Islam masih berfokus pada hafalan, pembacaan literal teks, dan pengulangan dogma, tanpa mengembangkan aspek konteks sosial, ekonomi, dan budaya (H. Ahyani et al., 2023). Padahal esensi pendidikan Islam adalah transformasi peradaban dan pembentukan insan kamil, bukan sekadar transfer informasi keagamaan.
Problem utama dalam pendidikan Islam kontemporer terletak pada ketidaksesuaian antara tujuan ideal dan implementasi di lapangan. Pendidikan masih terlalu berorientasi pada aspek ritual dan legalistik, namun kurang menyentuh dimensi keberdayaan sosial dan ekonomi. Dalam kerangka maqāṣid asy-syarī‘ah, pendidikan seharusnya diarahkan untuk menjaga akal, jiwa, harta, agama, dan keturunan (H. Ahyani et al., 2025). Oleh karena itu, perlu pendekatan baru dalam merancang kurikulum yang berbasis pada nilai-nilai kehidupan yang aktual.
Pola tekstualistik yang masih dominan menunjukkan bahwa pembelajaran agama belum bertransformasi menjadi praktik kehidupan yang relevan. Peserta didik seringkali diajarkan “apa yang harus dihafal,” bukan “bagaimana memahami dan memanifestasikan.” Gagasan pendidikan holistik berbasis karakter yang diterapkan di Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Kota Banjar menjadi contoh bagaimana pendidikan Islam dapat bergerak dari dogmatisme menuju penghayatan nilai yang menyeluruh (H. Ahyani et al., 2023).
Di sisi lain, dunia pendidikan Islam juga dihadapkan pada tantangan ideologis, berupa menguatnya konservatisme dan semangat keberagamaan yang rigid. Pendidikan semestinya menjadi jalan untuk memperkuat moderasi, bukan instrumen politisasi identitas. Tradisi keilmuan Nahdlatul Ulama yang mengedepankan tawassuth, tawazun, dan tasamuh sudah seharusnya dijadikan model pendidikan Islam yang inklusif dan kontekstual (H. Ahyani, 2025b). Pendidikan NU adalah pendidikan yang tidak sekadar mengajarkan kitab, tapi juga membentuk jiwa rahmah dalam keragaman.
Tantangan lain yang mendesak adalah ketertinggalan lembaga pendidikan Islam dari dunia teknologi dan digitalisasi. Era Revolusi Industri 5.0 bahkan kini menuju masyarakat 6.0, di mana kecerdasan buatan dan integrasi data menjadi hal pokok. Lembaga Islam tidak bisa lagi bergantung pada cara-cara lama. Mereka harus segera mentransformasikan metode pembelajaran, manajemen lembaga, dan strategi dakwah dengan pendekatan digital (H. Ahyani, 2025b; Hamzah et al., 2025).
Dalam konteks ini, maqāṣid asy-syarī‘ah bukan hanya konsep normatif, tetapi harus menjadi landasan kerja praktis pendidikan. Pendidikan Islam bukan hanya bertujuan menjaga agama (ḥifẓ al-dīn), tapi juga menjaga nalar, martabat manusia, dan keadilan ekonomi (H. Ahyani, 2025a). Ketika nilai-nilai maqāṣid menjadi dasar kebijakan dan kurikulum, pendidikan Islam tidak hanya mencetak lulusan religius, tetapi juga sosial, intelektual, dan produktif.
Transformasi juga menuntut perbaikan sistem manajemen dan pembiayaan lembaga. Banyak pesantren masih menggantungkan hidupnya dari bantuan eksternal. Padahal, pendekatan berbasis kemandirian seperti wakaf produktif, koperasi syariah, dan unit usaha mandiri dapat dikembangkan sebagai solusi (H. Ahyani et al., 2021). Syariah sebagai sistem tidak hanya mengatur halal-haram, tetapi juga menjadi basis pemberdayaan ekonomi umat.
Metode pengajaran pun harus bergeser dari model ceramah satu arah menuju pembelajaran aktif, partisipatif, dan berbasis proyek. Dalam pendekatan Syariah 7.0, generasi Z harus dilibatkan dalam pemahaman agama yang relevan dengan realitas digital, ekonomi kreatif, dan dinamika masyarakat global (H. Ahyani, 2025b; Rahim & Ahyani, 2025). Nilai-nilai Islam harus disampaikan melalui dialog, bukan dogma; melalui kreativitas, bukan pemaksaan.
Tradisi Nahdlatul Ulama di Pulau Jawa adalah contoh nyata keberhasilan pendidikan Islam yang menggabungkan spiritualitas, nilai lokal, dan keterbukaan intelektual. Kolaborasi antara pesantren tradisional dan perguruan tinggi Islam menjadi kunci dalam pengembangan model pendidikan Islam yang berwawasan luas dan berkonteks kebangsaan (H. Ahyani, 2025a; Assoc. Prof. Dr. H. Ahyani, 2024). Di sinilah pentingnya kemitraan dan kebijakan kolaboratif yang menjembatani tradisi dan inovasi.
Sudah saatnya pendidikan Islam mengambil peran strategis sebagai agen transformasi sosial dan peradaban. Bukan hanya memproduksi lulusan yang taat secara ritual, tetapi juga adaptif, kritis, dan solutif dalam menghadapi tantangan global. Dengan pendekatan maqāṣid, integrasi teknologi, kemandirian ekonomi, dan nilai-nilai lokal seperti dalam tradisi NU, pendidikan Islam dapat menjadi pilar utama kebangkitan umat yang berkeadaban (Hamzah et al., 2025; H. Ahyani, 2025a).
Alhasil : Pendidikan Islam kontemporer perlu direvitalisasi dari pendekatan tekstual dan normatif menuju model yang transformatif, kontekstual, dan berbasis maqāṣid asy-syarī‘ah. Dengan memadukan nilai-nilai tradisi Nahdlatul Ulama yang moderat, pendekatan sosiokultural, serta pemanfaatan teknologi digital, pendidikan Islam dapat mencetak generasi yang religius sekaligus adaptif terhadap tantangan zaman. Transformasi ini mencakup pembaruan kurikulum, inovasi metodologi, dan kemandirian ekonomi lembaga, sehingga pendidikan Islam tidak hanya membentuk pribadi taat, tetapi juga manusia merdeka dan solutif dalam membangun peradaban.
Daftar Rujukan
Ahyani, Assoc. Prof. Dr. H. (2024, September 12). UIN Sumatera Utara Cetak dan Promosikan 4 Doktor Hukum Islam. Retizen. https://retizen.republika.co.id/posts/330113/uin-sumatera-utara-cetak-dan-promosikan-4-doktor-hukum-islam
Ahyani, H. (2025a). Membumikan Syariah: Pendekatan Fikih Keluarga dan Ekonomi Menuju Kesejahteraan Sosial (N. Mutmainah, Ed.). Widina Bhakti Persada.
Ahyani, H. (2025b, August 13). Syariah 7.0: Jalan Tengah Generasi Z dalam Revolusi Industri 6.0 dan Masyarakat 5.0. Retizen. https://retizen.republika.co.id/posts/698520/syariah-7-0-jalan-tengah-generasi-z-dalam-revolusi-industri-6-0-dan-masyarakat-5-0
Ahyani, H., Abduloh, A. Y., & Tobroni, T. (2021). Prinsip-prinsip dasar manajemen pendidikan Islam dalam Al-Qur’an. ISEMA: Islamic Educational Management, 6(1), 37–46. https://doi.org/10.15575/isema.v6i1.10148
Ahyani, H., Hamzah, I., Muharir, & Lathif, A. M. M. (2025). Syariah 6.0: Reset Hidup, Unlock Rezeki! Panduan Rezeki Suami Berkah di Tengah Revolusi Digital. Widina Bhakti Persada.
Ahyani, H., Permana, D., & Abduloh, A. Y. (2020). Pendidikan Islam dalam lingkup dimensi sosio-kultural di era Revolusi Industri 4.0. Fitrah: Journal of Islamic Education, 1(2), 273–288. https://doi.org/10.53802/fitrah.v1i2.20
Ahyani, H., Putra, H. M., Mutmainah, N., & Syamsudin, S. (2023). Penerapan nilai-nilai pendidikan Islam holistik berbasis karakter di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar di era Revolusi Industri 4.0. Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 7(1). https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v7i1.5445
Hamzah, I., Muharir, & Ahyani, H. (2025). Syariah 5.0: Kajian Maqasidi atas Transformasi Wakaf, Mawarits, dan Hukum Keluarga Islam Modern. Widina Bhakti Persada.
Rahim, A., & Ahyani, H. (2025). Syariah 7.0: Reorientasi Hukum Keluarga dan Ekonomi Islam di Era Digital dan Society 5.0. CV Widina Media Utama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
