Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arie Wibowo Khurniawan

Merdeka dan Berkarya: Vokasi, Nafas Baru Indonesia di Usia 80 Tahun

Pendidikan | 2025-08-27 21:05:58

Indonesia akan memasuki usia 80 tahun kemerdekaan, sebuah capaian yang tidak bisa dianggap biasa. Angka ini menandai perjalanan panjang bangsa melewati berbagai ujian, mulai dari perjuangan fisik, krisis ekonomi, hingga persaingan global yang makin ketat. Dalam setiap fase, selalu ada generasi yang tampil sebagai pelanjut perjuangan. Jika dulu para pendiri bangsa berkorban dengan darah dan air mata, maka kini pengorbanan itu menjelma dalam bentuk kerja keras dan dedikasi, terutama di kalangan anak muda.

Pelajar SMK adalah cermin nyata dari semangat itu. Mereka menghabiskan waktu di bengkel untuk menyetel mesin hingga presisi, di laboratorium komputer untuk menulis baris-baris kode, atau di dapur praktik untuk mengulang resep berkali-kali sampai sempurna. Semua ini dilakukan bukan hanya demi nilai, melainkan demi keterampilan yang kelak menjadi bekal hidup. Saat banyak orang seusia mereka memilih bersenang-senang, siswa SMK justru rela berkorban kenyamanan demi meraih kompetensi. Inilah wujud modern dari semangat “rela berkorban” yang dulu mengalir dalam diri pahlawan. Bedanya, kini perjuangan tidak lagi dengan senjata, tetapi dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan praktis.

Di balik kesungguhan mereka, tersimpan pesan penting: masa depan Indonesia tidak bisa hanya ditopang oleh semangat, tetapi juga oleh kemampuan nyata. Keuletan siswa vokasi dalam belajar adalah bukti bahwa perjuangan 80 tahun lalu belum selesai, melainkan terus dilanjutkan dengan cara yang lebih relevan dengan tantangan zaman.

SMK, Bukan Pilihan Kedua

Meski kontribusinya besar, SMK masih kerap dipandang sebelah mata. Ada anggapan bahwa pendidikan vokasi hanyalah jalur alternatif, bukan pilihan utama. Padahal, realitas global berbicara sebaliknya: yang paling dibutuhkan dunia kerja bukan hanya ijazah, melainkan keterampilan. Dalam era yang bergerak cepat ini, orang yang menguasai teknologi, desain, kuliner, kesehatan, hingga agribisnis justru menjadi tulang punggung pembangunan.

Siswa SMK berkompetisi di ASEAN Skills di Manila, Filipina 27-31 Agustus 2025

SMK sejatinya adalah kawah candradimuka pejuang modern. Dari ruang praktik sederhana lahir teknisi yang kelak mampu memperbaiki mesin industri besar. Dari layar komputer yang semula hanya dipakai untuk bermain gim, tumbuh animator dan programmer yang bisa menembus pasar internasional. Dari dapur praktik, lahir juru masak muda yang bisa mengharumkan nama Indonesia lewat cita rasa khas nusantara. Semua proses itu menunjukkan bahwa SMK bukan sekadar sekolah, tetapi pabrik keterampilan yang menyiapkan generasi untuk bersaing di tingkat global.

Namun, tantangan tetap ada. Tidak semua lulusan SMK langsung terserap dunia kerja. Sebagian keterampilan yang diajarkan belum sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri. Ada juga yang kesulitan karena terbatasnya akses modal untuk berwirausaha. Di sinilah pentingnya sinergi tiga pihak: sekolah, industri, dan pemerintah. Kurikulum perlu terus diperbarui agar sesuai dengan perkembangan teknologi. Dunia usaha harus membuka lebih banyak ruang magang. Pemerintah juga perlu memberi dukungan melalui insentif, pelatihan, dan akses permodalan. Dengan begitu, lulusan SMK tidak hanya siap bekerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja baru.

Kita juga tidak boleh melupakan sisi mentalitas. Pendidikan vokasi harus melatih keberanian mengambil risiko, daya juang, dan kreativitas. Dengan itu, lulusan SMK akan lebih percaya diri menatap masa depan. Mereka bukan hanya pekerja terampil, melainkan juga inovator dan wirausahawan muda yang siap menjadi motor pembangunan.

Pahlawan Baru, Masa Depan Indonesia

Kemerdekaan yang kita rayakan tiap tahun tidak boleh hanya dipahami sebagai pesta seremonial. Ia adalah mandat yang diwariskan dari generasi sebelumnya kepada generasi sekarang. Mandat itu menuntut tanggung jawab: melanjutkan perjuangan dengan cara yang sesuai zaman. Dan di era modern ini, tanggung jawab itu tidak lagi berupa angkat senjata, melainkan angkat karya.

Pahlawan baru lahir bukan di medan tempur, melainkan di bengkel, laboratorium, dapur, dan ladang. Mereka adalah anak-anak muda vokasi yang dengan sabar merakit mesin, memprogram aplikasi, menyiapkan hidangan, atau merawat pasien. Dari hal-hal sederhana itulah lahir kontribusi besar bagi bangsa. Seperti halnya pahlawan dulu yang berkorban demi kemerdekaan, siswa vokasi hari ini berkorban waktu, tenaga, bahkan kenyamanan demi menciptakan masa depan yang lebih baik.

Siswa SMK Tata Busana sedang beraksi pada ASEAN Skills 2025

Di tangan generasi muda vokasi, masa depan Indonesia bukan hanya dibayangkan, tetapi benar-benar dibangun. Setiap keterampilan yang mereka kuasai adalah batu bata yang menegakkan gedung bernama Indonesia Maju. Setiap inovasi yang mereka hasilkan adalah jembatan yang menghubungkan bangsa ini dengan dunia global. Dan setiap kerja keras mereka adalah bukti bahwa kemerdekaan bukan sekadar diwarisi, tetapi dijaga dan dihidupi.

Menuju 80 tahun Indonesia merdeka, sudah saatnya kita berhenti memandang vokasi sebagai jalur pinggiran. Justru di sanalah masa depan dirakit, diprogram, dan diwujudkan. Dukungan penuh kepada anak-anak muda vokasi berarti kita sedang berinvestasi pada keberlanjutan bangsa.

Maka, mari kita rayakan usia 80 tahun Indonesia dengan optimisme baru. Optimisme bahwa Merah Putih akan terus berkibar, bukan hanya sebagai simbol sejarah, tetapi sebagai tanda sebuah bangsa yang selalu bekerja, berinovasi, dan bermimpi. Di tangan para pejuang vokasi, masa depan Indonesia akan tumbuh kuat, nyata, dan membanggakan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image