Jejak Sejarah Masjid Babul Maghfirah
Sejarah | 2025-08-07 07:56:50
Masjid Babul Maghfirah di Gampong Tanjong Seulamat, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, bukan sekadar tempat ibadah biasa. Masjid ini adalah cerminan semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat yang telah mengakar kuat selama puluhan tahun.
Berdiri megah di atas tanah wakaf seluas 1.728 m² -- Sertifikat Wakaf -- dengan kapasitas mencapai 1.500 jamaah, Masjid Babul Maghfirah yang kini sudah terdaftar di Ditjen Bimas Kementerian Agama RI dengan No. ID MASJID 01.4.01.06.12.00, memiliki sejarah panjang yang bermula dari sebuah meunasah sederhana.
Lantas bagaimana sebenarnya dinamika pembangunan masjid tersebut? Berikut informasi yang terungkap berdasarkan hasil sebuah FGD.
Menurut Drs. Amiruddin Yacob, yang merupakan salah satu tokoh masyarakat dan pernah menjabat sebagai Ketua Panitia Pembangunan periode ke-3, sejarah masjid ini dimulai pada tahun 1947. "Dulu, ini hanya meunasah kecil yang dibangun di atas tanah wakaf dari Tgk. H. Mahmud Bin Makam dan Teuku Hamzah, saat itu keuchik Gampong Tanjong Selamat dijabat oleh Keuchik Syeh," ujarnya.
Ia menambahkan, "Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan masjid yang lebih besar semakin mendesak. Puncaknya, pada tahun 1994, kami memulai pembangunan masjid ini secara masif dengan semangat swadaya masyarakat. Pembangunan ini juga didukung oleh waqaf dari Tgk. Razali Usman berupa dua bidang tanah untuk tempat wudhu dan area di belakang masjid."
Peletakan batu pertama pembangunan masjid dilakukan Tgk. Ilyas Yatim yang ditunjuk sebagai Ketua Panitia Pembangunan periode ke-I, yang menjabat dari tahun 1994 s.d 2002.
Pembangunan masjid ini merupakan pembangunan monumental yang menyatukan seluruh elemen masyarakat. Setelah tujuh tahun penuh perjuangan, bangunan masjid akhirnya rampung pada tahun 2001. "Shalat Jumat perdana di masjid ini dilaksanakan pada Januari 2002, khathib Prof. Dr. Tgk. Rusydi Ali Muhammad, Imam Drs. Tgk. Ibrahim Bin Ismail, dan Muazzin Drs. Tgk M. Aji Adam. Itu adalah momen yang sangat mengharukan bagi kami semua," kenang Amiruddin Yacob.
Nama "Babul Maghfirah", yang berarti "Pintu Ampunan", ternyata juga memiliki cerita menarik. Menurut Wirzaini Usman, S.HI., M.I.Kom., Ketua Umum BKM Babul Maghfirah yang pertama, nama tersebut diusulkan oleh Prof. Daniel Juned dalam sebuah musyawarah tokoh gampong dan ulama. "Nama itu dipilih karena penuh makna filosofis dan spiritual, harapan kami masjid ini menjadi pintu ampunan bagi seluruh jamaah," jelas Wirzaini.
Wirzaini menjelaskan bahwa peran BKM tidak hanya terbatas pada pemeliharaan fisik bangunan, tetapi juga menjadi motor penggerak berbagai kegiatan yang memperkaya kehidupan beragama dan sosial masyarakat. "Kami ingin masjid ini menjadi pusat kegiatan yang dinamis, bukan sekadar tempat shalat lima waktu, tetapi pusat peradaban Islam," tambahnya.
Beberapa program unggulan BKM yang dipaparkan oleh Wirzaini antara lain Daurah Alquran, Tahfidz Non Karantina bagi anak-anak, Pelatihan Public Speaking untuk remaja masjid, serta berbagai kegiatan sosial seperti penyaluran bantuan saat Covid-19 untuk warga yang membutuhkan dan penggalangan dana untuk Palestina, dan menggalang donasi untuk berbagai kegiatan keagamaan serta pembangunan merupakan implementasi dari semangat peradaban tersebut.
"Saat ini, kami terus berupaya meningkatkan fasilitas, salah satunya pembangunan tempat wudhu dua lantai yang sedang berlangsung. Ini adalah bukti komitmen kami untuk terus melayani jamaah dengan lebih baik," ujar Wirzaini.
Tongkat estafet pembangunan kini diteruskan oleh kepengurusan baru. Zia Ul Azmi, S.H., M.H., Ketua Panitia Pembangunan periode ke-IV, menegaskan komitmennya untuk melanjutkan dan menyempurnakan fasilitas masjid.
"Kami menyadari bahwa kebutuhan jamaah terus berkembang. Untuk itu, kami saat ini sedang fokus pada pembangunan tempat wudhu dua lantai," ujar Zia Ul Azmi. "Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kenyamanan jamaah, terutama saat salat Jumat atau hari raya, di mana jumlah jamaah sangat banyak."
Zia Ul Azmi juga menyoroti pentingnya program-program komunitas. "Bersama BKM, Remaja Masjid dan Pemuda Tanjong Seulamat, kami meluncurkan kegiatan 'Beut Seumeubeut' untuk meningkatkan literasi Al-Qur'an di kalangan masyarakat terutama anak-anak dan usia remaja. Animo peserta terus meningkat, ini menunjukkan betapa besar semangat belajar agama di gampong ini," tambahnya.
Selain kepengurusan, peran Imam Besar Masjid saat ini, Drs. Tgk. H. M. Aji Adam, juga sangat sentral. Beliau memimpin ibadah dan menjadi panutan bagi seluruh jamaah. " Tgk. M. Aji Adam adalah sosok ulama yang dihormati, beliau terus membimbing kami semua dalam menjalankan syariat Islam," tandas Zia Ul Azmi.
"Kami sangat bersyukur memiliki Imam Besar yang berdedikasi seperti Bapak Tgk M. Aji Adam," ungkap Zia Ul Azmi. "Beliau tak hanya memimpin shalat, tetapi juga terus memberikan bimbingan dan nasihat keagamaan kepada kami semua, memastikan bahwa masjid ini tidak hanya makmur secara fisik, tetapi juga spiritual."
Masjid Babul Maghfirah kini tengah berupaya mendokumentasikan sejarahnya secara komprehensif. Upaya ini ditandai dengan diselenggarakannya sebuah diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) yang dipimpin langsung oleh Wirzaini Usman bertujuan untuk menyusun profil dan sejarah masjid secara akurat dan terverifikasi.
FGD tersebut diadakan pada Senin, 25 September 2023, bertempat di Gedung Tuha Peut Gampong Tanjung Selamat. Acara yang berlangsung dari pukul 20.30 hingga 23.00 WIB ini mempertemukan berbagai tokoh penting.
Hadir dalam diskusi tersebut antara lain Keuchik Salamun, SH, Ketua Tuha Peut H. Syamsul Bahri Ys, MA, dan Imam Besar Masjid Drs. Tgk. H. M. Aji Adam, Drs. Amiruddin Yacob, Tgk Murdani, M. Yunus, Razali Usman, Wirzaini Usman, S, HI.,M.I.Kom, Zia Ul Azmi, SH.,M.H., Husaini Abdullah, Tgk Marzuki, Sekdes Miswar, M. Ag., Mukhlis, SH.
Selain itu, Pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Babul Maghfirah, Sekretaris Umum BKM Rabiuddin, SE., Bendahara Hamdani, Perwakilan Remaja Masjid, dan Marbot juga turut berpartisipasi aktif membantu lancarnya FGD.
Tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang selama ini belum terorganisir dengan baik. Para peserta bersepakat untuk menghasilkan dokumen profil masjid yang tidak hanya informatif, tetapi juga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya yang dimulai dari sejarah pendiriannya.
Sebagai hasil dari FGD ini, maka diperoleh data dan informasi yang terkumpul menjadi sebuah dokumen resmi sejarah masjid yang dapat diakses oleh masyarakat luas. Dengan adanya dokumentasi ini, diharapkan sejarah dan peran Masjid Babul Maghfirah dapat terwariskan dengan baik dari generasi ke generasi.
Terakhir, sejarah dan perkembangan Masjid Babul Maghfirah adalah kisah tentang bagaimana kebersamaan dan tekad kuat masyarakat dapat mewujudkan sebuah pusat ibadah yang tak hanya megah secara fisik, tetapi juga kaya akan makna dan manfaat bagi komunitasnya []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
