Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ariefdhianty Vibie

Moderate Millennial Agent: Proyek Pembajakan Potensi Pemuda

Humaniora | 2025-08-06 08:54:58
SUMBER GAMBAR: UNSPLASH

Oleh : Desti Kurniawati (Aktivis Muslimah Bandung)

Kementerian Agama Republik Indonesia resmi mengukuhkan Moderate Millennial Agent (MMA) sebagai mitra strategis dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama. Pelantikan dan pengukuhan MMA berlangsung pada Rabu (11/06/2025) di Hotel Movenpick, Jakarta, dihadiri peserta dari 34 provinsi se-Indonesia.

Moderate Millennial Agent (MMA) adalah penyiar radio dan televisi yang diberi tugas menyampaikan pesan perdamaian dan kerukunan melalui media siar dan platform digital. Mereka dipilih sebagai duta Kemenag RI untuk memperkuat pemahaman keagamaan yang moderat di tengah masyarakat luas.

Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag RI, Dr. H. Ahmad Zayadi, M.Pd, menegaskan bahwa penguatan jaringan MMA penting sebagai bagian dari dakwah moderat yang efektif. “MMA bukan hanya simbol, tetapi komunitas aktif yang harus terus diperkuat sebagai mitra dakwah Kemenag di era digital,” ujarnya (rri.co.id)

Dalam pembentukan proyek MMA ini Kementerian Agama (Kemenag) RI melakukan kolaborasi dengan lembaga-lembaga lain. Kemenag RI sebagai inisiator utama melalui Direktorat Penerangan Agama Islam (Ditjen Bimas Islam) melakukan perancangan, pembinaan, dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan MMA, serta bertanggung jawab dalam kurikulum pelatihan, seleksi agen, dan pelaksanaan pengukuhan nasional.

Lembaga-lembaga lain yang terlibat diantaranya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ikut terlibat dalam mendampingi peningkatan kapasitas penyiar MMA, terutama dalam hal etika penyiaran, regulasi media dan teknik komunikasi publik. Selain itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) dilibatkan untuk menjaga otoritas keilmuan dan kekuatan teologis dari pesan-pesan yang disampaikan oleh para agen MMA, MUI juga membantu memastikan bahwa isi dakwah para agen MMA tidak menyimpang dari prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan tetap dalam koridor keislaman yang moderat. Kolaborasi ini dapat memperkuat landasan agama yang kokoh dalam narasi MMA.

Bahaya Program Moderasi Beragama

Moderasi beragama pada dasarnya adalah bagian dari rangkaian proses sekularisasi pemikiran Islam ke tengah umat yang diberi “warna baru”. Ide ini menyerukan semua agama sama (pluralisme) dan menyerukan untuk membangun Islam inklusif (bersifat terbuka), toleran terhadap ajaran agama lain, hingga menyusupkan paham bahwa semua agama benar (inklusivisme), serta komitmen kebangsaan yang memiliki paham menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini berarti menghargai keberagaman agama dan kepercayaan sebagai kekayaan bangsa. Sedangkan sudah sangat jelas bahwa itu semua bertentangan dengan islam, Allah Swt. telah menegaskan,

“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (TQS Ali Imran: 19).

Juga firman-Nya, “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (TQS Ali Imran: 85).

Berdasarkan dua ayat tersebut, Allah telah sangat tegas menyatakan bahwa agama yang benar dan mulia di sisi Allah hanyalah Islam, terlebih lagi adanya celaan yang bersifat jazm (pasti) bahwa tidak akan diterima agama selain Islam dan mereka tidak akan selamat di akhirat kelak. Dari sinilah kita mendapati penganut moderasi beragama memberlakukan toleransi melampaui batas yang telah digariskan oleh Islam. Tentu saja situasi ini tidak boleh kita biarkan. Harus ada upaya keras menyelamatkan umat Islam terlebih generasi mudanya dari gempuran paham moderasi beragama dengan berbagai programnya.

Agenda Global

Moderasi beragama bukanlah hal baru di tengah-tengah umat saat ini, namun agenda penjajah Barat yang terus berjalan, melihat potensi bahwa Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia yang sedang memasuki masa bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada 2030. BPS (2022) memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia pada 2045 mencapai 318,96 juta jiwa dengan sekitar 69,3 persen berusia produktif. Potensi yang sangat besar ini tentu berpeluang untuk kebangkitan Islam sekaligus juga tantangan dan ancaman bagi penjajahan negara kapitalisme.

Berbagai problematika menunjukkan kerusakan di sistem kapitalisme ini membuat penjajah Barat (musuh islam) telah menyadari bahwa umat sudah mulai melirik dan sadar dengan Islam kaffah sebagai sistem shahih yang mampu membawa umat keluar dari keterpurukan, terutama lagi dakwah Islam kaffah ini sudah menyentuh generasi-generasinya.

Penjajah Barat berusaha keras agar potensi pemuda Muslim dalam genggamannya. Salah satu caranya dengan proyek moderasi beragama. Moderasi beragama digagas oleh RAND Corporation (salah satu lembaga Amerika) sebagai bagian dari rekayasa global. Proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek war on terror (WoT) yang sejatinya merupakan perang melawan ideologi Islam dan para pengembannya. Melalui proyek ini, mindset umat Islam diubah agar tidak lagi berpandangan buruk terhadap Barat beserta nilai-nilainya. Sebaliknya, umat kehilangan kepercayaan diri sebagai muslim yang selalu terikat pada agamanya dan siap memimpin dunia. Itulah sebabnya hari ini banyak pemuda muslim yang bangga dengan identitas muslim moderat dan inklusif. Mereka rela berkompromi dengan kekufuran dan kebatilan, bahkan menjadi pelakunya. Namun pada saat yang sama, sangat anti terhadap ajaran Islam kaffah dan pengembannya.

Mereka menyebut Islam yang dimoderasi sebagai Islam ramah, inklusif, dan berkemajuan. Sementara Islam Kaffah distigma sebagai Islam marah, eksklusif, dan terbelakang. Padahal, proyek moderasi Islam justru menjadi pengukuh kerusakan dan penjajahan.

Pembajakan Potensi Pemuda Nyata Adanya

Proyek Moderate Millennial Agent (MMA) menyasar pada kaum pemuda karena mereka memiliki jangkauan luas dalam menyebarkan pesan keagamaan, sehingga dipandang penting untuk membumikan nilai-nilai moderasi beragama. Sepintas proyek moderasi seolah-olah memberi angin segar bagi para pemuda dengan melibatkan mereka dalam dakwah, terlebih lagi dengan cara yang mereka sukai, misal melalui siaran radio, televisi maupun konten di media sosial. Namun, sesungguhnya para pemuda ini disasar menjadi aktor dalam program global moderasi beragama yang telah jelas bertentangan dengan Islam. Oleh sebab itu, proyek moderasi beragama harus diwaspadai sebagai upaya pembajakan potensi pemuda muslim dalam menjalankan program para musuh Islam, sekaligus melemahkan Islam pada waktu yang sama.

Pemuda Muslim dijauhkan dari pemahaman Islam yang lurus, bahkan bisa kehilangan jati dirinya sebagai anak-anak umat yang seharusnya menjaga dan memperjuangkan Islam sebagai agamanya. Identitas pemuda sebagai agent of change (aktor perubahan) berganti peran menjadi “duta nilai-nilai sekuler” yang ada dalam moderasi beragama yaitu mengusung toleransi, pluralisme, dan nilai-nilai kebangsaan-kebudayaan. Padahal, itu semua bertentangan dengan ajaran Islam.

Peran Pemuda dalam Kebangkitan Islam

Sistematisnya problematika umat mau tidak mau membutuhkan solusi sistemis pula. Yakni dengan menghadirkan kembali sistem Islam dalam realitas kehidupan, bukan malah mengarusderaskan moderasi Islam. Sistem Islam tegak di atas paradigma sahih, yakni paradigma iman. Aturan-aturan yang lahir darinya sesuai dengan fitrah manusia dan tujuan penciptaan mereka. Yakni sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di muka bumi.

Disinilah peran pemuda sebagai agen dakwah dalam kebangkitan islam dalam menyerukan umat kepada islam kaffah dan meyakinkan umat manusia akan keberadaan Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. Tidak hanya itu, dakwah Islam juga ditujukan untuk memahamkan umat tentang wajibnya mereka taat pada seluruh aturan dan hukum Allah Swt. Banyak cara yang bisa dilakukan para agen dakwah untuk menyampaikan Islam kaffah diantaranya menggunakan platform digital, ruang diskusi, penyiar dan kegiatan bersama umat.

Dengan demikian, para agen dakwah harus berani menyampaikan semua itu, tidak boleh membatasi diri hanya menyampaikan beberapa pemikiran dan hukum Islam, lalu men-skip yang lainnya. Semua kebenaran harus disampaikan. Ikrar yang disampaikan para pemuda Muslim sebagai agen dakwah adalah ikrar untuk memegang ajaran Islam kaffah dengan teguh, ini merupakan bagian dari keimanan seorang Muslim. Bukan berikrar untuk menjalankan paham moderasi yang datang dari Barat. Sudah seharusnya, pemuda Muslim memilih Islam sebagai ideologi dan meninggalkan paham moderasi. Pemuda Muslim bangga menjadi duta Islam penerus perjuangan Rasulullah SAW.

Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image