Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lulu Nugroho

Takut Nikah, karena Takut Miskin

Agama | 2025-12-08 04:47:44

 

Anak muda sekarang merasa lebih baik tidak menikah, karena takut miskin. Fenomena ini mulai melanda akibat tekanan ekonomi yang semakin berat, menyebabkan biaya hidup tinggi seperti kebutuhan pokok, rumah, pendidikan, kesehatan, transportasi. Semua berbayar, dan harus merogoh kocek lebih dalam bila berharap kualitas prima. Akan tetapi jika rela dengan pelayanan ala kadarnya, ya siap-siap kecewa.

Bak roller coaster, biaya hidup tadi naik dengan cepat, hingg pendapatan tak mampu lagi mengejarnya. Ditambah lagi, kondisi pasar kerja pun tidak stabil, banyak pekerjaan kontrak, outsourcing, dengan gaji yang tak sebanding dengan beban hidup. Termasuk ketidakpastian masa depan, akibat inflasi, PHK, persaingan kerja, otomasi, dan sebagainya. Seluruhnya menggerus kehidupan, memaksa masyarakat bertahan di tengah terjangan badai dari segenap sisi.

Akibatnya, kemiskinan terasa sebagai ancaman nyata yang terpampang di depan mata. Maka wajar jika kaum muda menganggap bahwa menikah bukan lagi kebutuhan mendesak, bahkan hanya menjadi opsi, dan bisa dipending. Sementara karir dan pendidikan dipandang lebih penting untuk dikejar.

Takut miskin juga berhubungan dengan realitas bahwa menikah butuh biaya. Dari mulai pengurusan surat-surat hingga resepsi pernikahan, dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Kemudian setelahnya, memiliki anak pun, lebih besar lagi biayanya. Bertambah satu manusia, bertambah pula nominal beban tanggungan. Maka tak heran muncul tren child free.

Media pun turit andil menanamkan nilai baru dan mengubah cara pandang seseorang di dalam kehidupan. Tolok ukur sukses adalah kaya, mapan, terpandang, dan segala hal yang bersifat materi. Hidup lajang adalah kesempatan untuk bahagia, produktif, mandiri. Akibatnya, miskin tampak menakutkan, sedangkan tidak menikah, tampaknya bisa diatasi.

Anak muda pun berkaca dari orang tua mereka yang bekerja keras, tetapi tetap kesulitan ekonomi. Bahkan mereka tertekan menjadi generasi sandwich atau roti lapis. Mereka terjepit di antara tanggung jawab finansial dua generasi sekaligus, yaitu orang tua dan anak-anak mereka.

Maka wajar jika pernikahan menjadi begitu menakutkan, marriage is scary, sebuah istilah yang mewakili kaum muda. Takut, ragu, atau cemas yang menjadi tren. Muncul berbagai aspek akibat pernikahan, seperti tanggung jawab yang besar, perubahan hidup, dan potensi terjadi masalah misalnya perselingkuhan, percekcokan, atau perceraian.

Ketakutan finansial yang membuat seseorang meninggalkan kewajiban, atau kehilangan keberanian menata hidup, adalah buah tatanan kehidupan ala kapitalisme. Penguasa yang mengemban sistem ini mengabaikan urusan rakyat, membiarkan rakyat berjibaku sendirian. Maka wajar jika mereka merasakan sempitnya hidup. Sementara gaya hidup hedonis, hasil bentukan ekonomi kapitalistik, telah membentuk pola sikap yang baru dengan tuntutan sosial yang tidak syar’i.

Solusi Islam

Berbeda dengan Islam yang menjamin hak individu orang perorang. Negara mengatur kepemilikan, sehingga para kapital tidak dibiarkan menguasai harta publik. Seluruh kebutuhan pokok berada dalam jaminan negara. Pemuda tidak takut lagi menikah. Masa depan tak tampak suram, sebab negara bertanggung jawab terhadap urusan rakyat. Bahkan negara akan memudahkan berjalannya kehidupan umat dan memfasilitasinya.

Dalam Islam, pemuda tidak memikul beban ekonomi sebesar hari ini. Di masa Umar bin Khaththab, Umar mengirim nafkah dari baitul mal kepada rakyat yang membutuhkan. Pemuda yang baru menikah tetap mendapatkan bantuan jika mereka belum mampu mandiri. Biaya menikah pun mudah dan murah sebab syariat melarang pemborosan, sehingga tidak memberatkan pemuda, seperti pernikahan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra, mahar: baju besi milik Ali. Abdullah bin Mas’ud menikah meski hidup sederhana. Jabir bin Abdillah menikah pada usia muda untuk menjaga keluarganya. Anas bin Malik menikah ketika menjadi khadam Nabi tetapi merasa tenang bahwa Allah memberi kecukupan.

Di masa pemerintahan Utsmaniyah, para ulama dan masyarakat setempat bahkan mengumpulkan dana bagi pemuda miskin yang ingin menikah. Sistem ekonomi Islam memastikan distribusi kekayaan tersebar merata. Tanah dikelola melalui skema kepemilikan syariah. Pemuda mendapat akses kerja, punya lahan garapan, atau perdagangan yang stabil. Negara mengelola tambang, pertanian, perdagangan internasional, lumbung gandum, industri tekstil, kapal, senjata, sehingga para pemuda memperoleh kesempatan kerja.

Pada pemerintahan Abbasiyah, Kalifah al-Manshur dan Harun ar-Rasyid membuka banyak proyek pembangunan. Pemuda terlibat dalam perdagangan internasional antara Basrah–Yaman–India. Di masa Umar bin Abdul Aziz, pendapatan rakyat sangat mencukupi, sehingga pejabat zakat kesulitan mencari orang miskin mustahik zakat, sebagaimana laporan dari Afrika Utara dan Khurasan.

Negara menutup pintu zina, serta mengawasi media, sehingga menikah menjadi satu-satunya jalan halal untuk menyalurkan gharizah nau' (naluri berkasih sayang). Alhasil bentuk-bentuk pergaulan bebas serta konten pornografi dan pornoaksi tidak merebak seperti saat ini. Pemuda yang menunda menikah, tetap terjaga dan tidak akan terstimulasi oleh gaya hidup bebas.

Inilah bentuk kepemimpinan terbaik yang pernah ada, yang memastikan para pemuda siap berkontribusi terhadap perubahan. Tidak hanya memberikan nilai terbaik dari dirinya, tetapi juga memberi sumbangsih pada peradaban, melalui generasi mendatang yang lahir dari anak-anak mereka kelak. Al -Islaamu ya'lu walaa yu'la alaihi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image