Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Admin Eviyanti

Aura Farming Pemuda Akhir Zaman

Politik | 2025-07-22 05:58:35

Oleh Aizarafafa

Penggiat Literasi

Apa Itu Aura Farming?

Secara harfiah, aura farming bisa diartikan sebagai ‘bertani aura’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 'aura' berarti energi yang terpancar dari seseorang, benda, atau tempat, sedangkan 'bertani' identik dengan proses menanam dan menuai.

Tapi dalam bahasa gaul Gen Z dan Gen Alpha, maknanya jauh dari sekadar definisi kamus. Aura farming lebih ke soal gimana kamu bisa memancarkan versi terbaik dari diri kamu — terlihat keren, effortless, dan autentik, tanpa harus ngoyo buat jadi pusat perhatian.

Contohnya? Anak pacu jalur yang lagi joget santai di ujung perahu panjang itu. Gerakannya mungkin sederhana, tapi justru di situlah magisnya — dia terlihat keren tanpa usaha berlebihan. Itulah aura yang tumbuh alami: hasil dari aura farming.

Mirisnya di era sistem sekuler ini, banyak generasi yang jauh dari ketaatan dan syariat Islam, mereka bangga akan aura faming mereka dengan berjoget ria, berjudi online, tawuran, pacaran, berzina, aborsi, mencuri, tawuran, pecandu narkoba.

Bagaimana mungkin bangsa ini mampu mewujudkan visi besar “Indonesia Emas 2045” yang selama ini digaungkan pemerintah, jika generasi mudanya justru berada dalam kondisi yang kian memprihatinkan?

Bisakah kita berharap negeri ini berdiri tegak sebagai negara berdaulat dan mandiri, ketika calon-calon pemimpinnya rapuh secara moral dan visi?

Realitas ini menunjukkan gagalnya peran negara dalam mengatur kehidupan.

Mari kita fleshbeck gambaran pemuda di zaman Rasulullah swa., yaitu Abdullah bin Mas’ud. Dia adalah salah satu sahabat Rasulullah ﷺ yang terkenal dengan keberanian dan kecintaannya pada Al-Qur’an. Di masa awal dakwah Islam, saat umat Muslim masih tertindas di Makkah, Abdullah bin Mas’ud menjadi orang pertama yang berani membacakan Al-Qur’an dengan lantang di depan Ka'bah, di hadapan kaum Quraisy.

Dengan lantang ia membacakan Surah Ar-Rahman, meski tahu akan disiksa. Kaum Quraisy pun marah dan memukulinya hingga wajahnya berdarah. Namun, Abdullah bin Mas’ud tidak gentar. Ia berkata, "Sekarang aku tahu bahwa musuh-musuh Allah tidak sekuat yang kami kira."

Keberaniannya bukan sekadar aura faming, lebih dari itu keberaniannya menjadi simbol kekuatan iman dan keteguhan dalam menyampaikan kebenaran yang ia contoh dari pribadi Rasulullah saw., meski harus menghadapi risiko besar.

Remaja butuh lingkungan yang baik, sosok orang tua yang shalih, dan negara yang tak abai menjaga mereka dari arus maksiat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image