Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kana Nilna Jannatin Alfafa

Uang Tunai vs QR: Mana yang Lebih Relevan Hari Ini?

Gaya Hidup | 2025-07-20 15:58:14
Ilustrasi Dompet Kosong Uang Tunai. (Sumber: pexels.com/Ahsanjaya)

“Bisa QR nggak, Kak?”

Sekilas terdengar modern. Tapi buat banyak dari kita—anak muda yang sudah terbiasa cashless—pertanyaan itu kadang jadi penyelamat, kadang juga jadi penyesalan.

Karena tak semua tempat paham QR. Tak semua penjual punya e-wallet. Dan tak semua kebutuhan bisa dibayar dengan saldo digital. Di momen itu, kita baru sadar: ternyata kita terlalu bergantung pada satu cara.

Dompet fisik boleh tipis. Tapi kenyataan nggak bisa selalu diswipe.

Nyaman dengan Cashless, Sampai Kehidupan Nggak Bisa Diajak Digital

Kita hidup di zaman yang serba praktis. Bayar makanan? Scan. Nonton bioskop? Tap. Sedekah di masjid? Ada barcode di kotak amalnya. Semua hal bisa dibayar tanpa uang fisik. Rasanya modern, simpel, dan efisien.

Tapi hidup tidak selalu seperti di kafe, coworking space, atau restoran.

Ada hari di mana kita mampir beli gorengan. Atau butuh bayar parkir. Atau beli air di warung kecil pinggir jalan.

Dan dunia semacam itu belum tentu tahu cara pakai QRIS.

Teknologi Bisa Canggih, Tapi Tukang Parkir Masih Terima Koin

Kita, anak-anak digital native, sering lupa bahwa tidak semua orang hidup dengan cara yang sama. Buat sebagian orang, barcode bukan solusi. Justru malah membingungkan. Dan kita, yang datang dengan dompet kosong dan aplikasi penuh saldo, cuma bisa nyengir saat dibilang, “Wah, nggak ada QR, Kak.”

Dunia kita memang sudah cashless. Tapi dunia luar belum tentu.

Dan di titik itu, kita kayak alien di planet sendiri: Modern, tapi nggak bisa bayar.

Di Balik Cashless: Panik Saat Sinyal Hilang, ATM Eror, atau Baterai Sekarat

Hidup cashless memang gampang. Selama HP nyala, sinyal kuat, dan saldo aman. Tapi gimana kalau baterai tinggal 2%? Atau sinyal hilang karena nyasar ke daerah pelosok? Atau aplikasi tiba-tiba error saat lagi antri?

Panik. Malu. Dan nggak bisa ngapa-ngapain.

Kadang bukan karena nggak mampu bayar. Tapi karena terlalu mengandalkan satu sumber.

Dan kalau semua hal disandarkan pada satu gawai, satu gangguan kecil saja bisa bikin semuanya berhenti total.

Mungkin, Bawa Uang Kertas Bukan Ketinggalan Zaman—Tapi Bentuk Antisipasi

Kita nggak harus kembali ke masa dompet tebal. Nggak juga harus simpan receh di tiap kantong. Tapi mungkin nyelipin selembar 10 ribu di tas itu bukan hal buruk.

Bukan karena kita ketinggalan zaman, tapi karena kita tahu bahwa nggak semua hal dalam hidup bisa dibayar pakai QR.

Dan kadang, satu lembar uang kecil bisa jadi penyelamat.

Jadi, Salah Kalau Kita Cashless?

Enggak. Cashless adalah bukti bahwa dunia bergerak. Tapi siap sedia adalah tanda kita tumbuh dewasa.

Karena hidup yang baik bukan soal ikut tren. Tapi soal tahu cara bertahan, kapan pun dan di mana pun.

Teknologi Bisa Bantu, Tapi Kita Harus Siap Hadapi Dunia

Nggak salah kalau lebih nyaman pakai QR. Nggak salah juga kalau semua saldo ada di e-wallet. Tapi mulai besok, coba sisipkan uang fisik sedikit di dompet. Untuk antisipasi ketika beli di warung pinggir jalan yang belum tahu apa itu barcode.

Karena kadang, yang nyelametin kita bukan teknologi, tapi kebiasaan kecil yang kita anggap sepele.

Dan siapa tahu, uang lima ribu yang diselipkan di kantong celana itu bisa jadi bentuk paling nyata dari “persiapan” hari ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image