Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azrillia Nurul Sabila

Pasar Halal di Era Digital: Mekanisme Syariah di Tengah E-Commerce

Agama | 2025-06-30 22:04:44
Sumber: https://pin.it/7hSh0xTM3

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang , dan para syuhada.”(HR. Tirmidzi)

Era Digital dan Wajah Baru Pasar

Hari ini, kita hidup dalam dunia yang segalanya bisa dibeli tanpa perlu keluar rumah. Pasar telah berubah wujud. Tak lagi berupa deretan lapak di bawah terik matahari, tapi hadir dalam bentuk aplikasi dan website dengan desain yang memanjakan mata. Inilah wajah baru pasar digital. Namun, di balik kenyamanan yang ditawarkan, ada pertanyaan besar yang perlu diajukan: apakah mekanisme pasar hari ini masih mencerminkan nilai-nilai Islam?

Pasar dalam Islam: Lebih dari Sekadar Transaksi

Pasar dalam Islam bukan sekadar tempat jual beli. Ia adalah ruang interaksi sosial, ladang keberkahan, sekaligus ujian moral. Dalam sejarah Islam, Rasulullah ﷺ pernah mendirikan Pasar Madinah—pasar yang bebas dari praktik monopoli, penipuan, dan intervensi harga yang merugikan. Di pasar itu, berlaku prinsip dasar yang hingga kini tetap relevan: keadilan, transparansi, dan kejujuran.

Etika sebagai Pilar Mekanisme Pasar Syariah

Mekanisme pasar Islam berangkat dari satu nilai utama: etika. Islam tidak menolak sistem pasar bebas, tapi membingkainya dengan nilai-nilai syariah. Tidak ada larangan menjadi untung, tapi keuntungan tidak boleh dibangun di atas kebohongan. Tidak dilarang beriklan, tapi dilarang mengelabui. Tidak haram berkompetisi, tapi diharamkan mematikan pesaing secara curang.
Prinsip ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesama kamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu."(QS. An-Nisa: 29)

Tantangan Pasar Digital: Ketika Etika Terkikis Algoritma

Namun, realita pasar digital hari ini justru membuka ruang-ruang “batil” yang tersamarkan oleh algoritma. Kita menyaksikan bagaimana iklan dibuat seolah produk adalah yang terbaik, padahal penuh manipulasi. Ada diskon palsu yang menaikkan harga sebelum diturunkan. Ada sistem paylater dengan bunga terselubung. Ada reseller yang menimbun produk demi mengontrol harga pasar. Bahkan, ulasan produk bisa dibeli, rating bisa dimanipulasi. Inilah wajah “pasar modern” yang—tanpa disadari—kian menjauh dari nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah.

Solusi Islam: Membingkai Digital dengan Nilai Syariah

Islam tidak anti-modernitas. Justru, nilai-nilai syariah itu adaptif dan visioner. Pasar digital bisa tetap halal jika mekanismenya diperbaiki:
1. Gunakan akad yang jelas, bahkan dalam transaksi daring—misalnya, informasi harga, ongkir, dan deskripsi produk harus transparan.
2. Hindari riba dalam sistem cicilan. Gantikan dengan akad murabahah atau ijarah.
3. Tampilkan testimoni asli, bukan yang direkayasa.
4. Hindari penipuan stok dan pengaburan asal-usul barang.
5. Gunakan konsep halal supply chain, terutama untuk produk makanan, obat, dan kosmetik.

Beberapa startup dan UMKM sudah mulai melangkah ke arah ini. Platform seperti HijrahMart, Umma Market, dan sejumlah fintech syariah mulai mengintegrasikan nilai-nilai syariah dalam sistem e-commerce. Mereka bukan hanya menjual barang, tapi menawarkan kepercayaan.

Pasar yang Diberkahi: Bukan Sekadar Untung, Tapi Amanah

Lebih dari sekadar aturan, mekanisme pasar Islam adalah jalan menuju keberkahan. Sebuah sistem di mana produsen tidak menzalimi konsumen, dan konsumen tidak memeras penjual. Di mana transaksi menjadi ibadah, bukan hanya bisnis.
Di tengah dunia yang semakin cepat, Islam justru menawarkan jalan untuk melambat—untuk menimbang kembali: apakah yang kita beli, jual, dan tawarkan hari ini sudah jujur? Sudah adil? Sudah diberkahi?

Penutup: Saatnya Pasar Kembali Bernilai

Pasar halal bukan tentang membatasi, tapi menjaga. Ia bukan tentang kaku, tapi tentang arah. Maka, sudah saatnya kita bertanya: apakah kita hanya ingin untung, atau kita ingin untung yang halal dan tayyib?
Karena keberkahan tak lahir dari omzet besar, tapi dari transaksi yang diridhai Allah.Dan sungguh, pasar yang jujur lebih dibutuhkan dunia saat ini daripada pasar yang cepat.






Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image