Amaliah- Amaliah Muharram
Agama | 2025-06-28 23:39:34Aktifitas menyambut bulan Muharram sebagai awal tahun baru Islam sangat banyak. Di satu sisi, ketentuan amaliah pada bulan Muharram memang berdasar dalil dari Rasulullah. Ketika beliau hijrah ke Madinah mendapati Kaum Yahudi puasa 'Asyura sebagai peringatan Musa diselamatkan dari Fir'aun kemudian nabi menyadari bahwa puasa yang dilakukan Yahudi lebih berhak dilakukan umat islam. Di antara amaliah yang dimaksud adalah Puasa pada tanggal 9 (puasa Tâsû’ah) dan 10 (puasa ‘Âsyûrâ’) bulan Muharram
a. Dalil Puasa Tâsû’ah
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa: “Ketika Rasullullah melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk
melakukannya, pada saat itu ada yang berkata: “Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas Rasulullah bersabda: “Apabila tiba tahun depan Insya Allah kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan: “Belum sampai tahun depan, Rasulullah sudah keburu meninggal dunia.” (HR. Muslim: 1916)
b. Dalil puasa ‘Âsyûrâ
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abî Qatâdah sesungguhnya Rasulullah ditanya tentang puasa pada hari ‘Âsyûrâ’. Beliau pun menjawab, “(Puasa tersebut) melebur dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim: 1977)
Di samping amaliah-amaliah di atas, Imam Ibnu alJauzi menjelaskan ada 15 macam kebaikan yang dianjurkan untuk dilakukan pada hari Asyura’, yaitu:
a. Bersedekah kepada fakir miskin
sedekah di bulan selain Muharram terhitung ibadah. Namun amaliah ini akan lebih utama apabila dilakukan pada momen tertentu.
b. Mengusap kepala anak yatim
Mengusap kepala anak yatim dianjurkan di bulan Muharram sebagai tanda kasih sayang kepadanya. Biasanya tradisi di masyarakat dengan memberikan santunan kepada anak yatim dan fakir miskin disertai pengajian.
c. Memberi buka orang yang berpuasa
Amaliah ini pahalanya sama dengan orang yang puasa. Karena mungkin kesibukan personal sehingga ia tidak sempat berpuasa setidaknya dengan memberikan buka kepada orang yang puasa.
d. Menyiramkan air
Amaliah menyiram air cenderung dimaknai melayani ibu yang masih hidup dengan mengalirkan air wudhu kepadanya sambil mencuci kakinya. Aau pun bermakna memelihara lingkungan agar tetap harmonis dengan alam. Istilah yang lagi viral seperti yang digagas dengan penanaman pohon sebagai penguatan ekoteologi.
e. Mengunjungi saudara seagama
Amaliah ini bermakna silaturahmi untuk memperat persaudaraan atau berkunjung ke rumah masa depan sebagai kontrol terhadap nafsu yang bergejolak penuh ambisi kepada dunia.
f. Mandi
Islam mengajarkan kebersihan jasad dan ruhani. Sebab itu, kita sebelum menghadap Allah untuk shalat diwajibkan bersuci dengan wudhu atau mandi jika hadas besar. Selain sebab hadas besar, mandi dapat membuat awet muda. Apalagi dilakukan sebelum Subuh.
g. Menjenguk orang sakit
Dalam hadis qudsi diceritakan, "Aku sakit, kenapa engkau tidak menjengukku.Lantas nabi bertanya, Bukankah Engkau Tuhan semesta Alam, bisakah sakit?. Allah menjawab,"Hambaku sakit tidak engkau jenguk".
h. Memuliakan dan berbakti kepada kedua orang tua
Berbuat baik atau birrul walidain tentu bisa kapanpun. Namun pahalanya akan berbeda di bulan Muharram.
i. Menahan amarah dan emosi
Kadzmu alghaidz atau menahan amarah atau gejolak yang meronta karena tidak sesuai denga. harapannya dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak sabar dengan ketentuan Allah. Amaliah ini sangat sulit dilakukan sebab keadaan jiwa tersebut otomatis mengalami kondisi di luar kendali. ibarat bensin terkena api langsung terbakar.
j. Memaafkan orang yang berbuat aniaya pada hari Asyura’
memaafkan memang mudah tetapi melupakannya sangat sulit. Tugas manusia hanya minta maaf dan tidak mengulangi kesalahan. Apabila tidak dimaafkan, bukankan Allah Maha Pemaaf?
k. Memperbanyak shalat, do’a, dan istighfâr
Amaliah ini satu paket dalam waktu bersamaan. Kurang sempurna ibadah shalat tanpa doa. Karena doa adalah otaknya atau intinya ibadah.
l. Memperbanyak dzikir
Mengingat Allah adalah tanda atau label kekasihNya. Allah berfirman, "Ingatlah kepadaku, niscaya Aku ingat kepadamu", penggalan ayat Al-Baqarah (2:152).
m. Menyingkirkan apa saja yang mengganggu orang di jalan
Jalan merupakan akses kebutuhan setiap makhluk. Jika di tengah jalan terdapat paku, batu, duri, dan sebagainya hendaknya disingkirkan jika mampu karena menyebabkan celaka bagi pejalan. Tidak lumrah terkadang di jalan kampung dipasang portal atau polisi tidur berjarak sangat dekat dan lumayan tinggi (kurang standar) justru menyebabkan pejalan terganggu.
n. Berjabat tangan dengan orang yang djumpai
Berjabat tangan atau mushafahah semakna dengan mengucapkan salam. Biasanya hal ini diajarkan kepada anak kecil dengan bahasa 'salim'.
o. Memperbanyak membaca surat al-Ikhlash sampai seribu kali.
Faidah membaca surat al Ikhlas sekali secara kandungan pahala sama halnya membaca sepertiga Al-Qur'an. Kenapa? karena surat ini dinamai surat Tauhid yang mengandung keesaan Allah.
Muharram memang bukan bulan pertama yang dijadikan sebagai awal tahun baru Islam. Namun Muharram dikenal masa Nabi Muhammad SAW. Muharram disebut tiga ayat dalam Al-Qur'an dan merupakan asyhurul hurum, (bulan-bulan yang dimuliakan) sehingga pada bulan tersebut kaum muslimin dan kafir genjatan senjata.
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram.”
Dari ayat di atas, makna kata Muharram adalah yang dimuliakan seperti masjdil haram.
Referensi:
- Al-Qur'an
Kanzu an-Najâh wa as-Surûr fi alAd’iyah Allati Tasra’u as-Surûr, karya
Syaikh Abdul Hamid Muhammad ‘Ali
Quds
- Shahîh Muslim, karya Al-Imam Abu alHusain Muslim bin al-Hajjaj alQusyairi al-Naisaburi
- Tanbîhu al-Ghâfilîn, karya Nashr bin
Muhammad bin Ibrahim alSamarqandi
- Al-Majâlis, Ibnu al-Jauzi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
