Negara di Mata Generasi Muda
Teknologi | 2025-06-12 20:35:40
Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang kian pesat, wajah dunia terus berubah. Dalam dinamika ini, muncul pertanyaan besar: Bagaimana generasi muda memandang negaranya? Apakah negara masih dianggap penting di mata mereka? Ataukah hanya sekadar simbol dalam buku pelajaran PPKn yang mulai kehilangan makna? Generasi muda adalah tulang punggung bangsa.
Tidak hanya karena jumlah mereka yang dominan, tetapi karena mereka adalah pemegang estafet masa depan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 60% penduduk Indonesia berada pada usia produktif (15–64 tahun), dan sekitar 29% merupakan usia muda (16–30 tahun). Ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada dalam masa bonus demografi. Namun, tantangan juga mengintai. Tingkat pengangguran terbuka untuk usia muda masih tinggi, angka partisipasi politik di kalangan muda cenderung rendah, dan ketertarikan mereka terhadap isu-isu kebangsaan makin memudar.
Krisis Kepercayaan terhadap lembaga negara berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia tahun 2023, hanya sekitar 33% anak muda yang percaya terhadap partai politik, dan kurang dari 50% yang puas terhadap kinerja DPR dan institusi pemerintah lainnya. Hal ini menunjukkan adanya krisis kepercayaan antara negara sebagai institusi dan generasi muda sebagai warga negara. Dan partisipasi politik masih rendah karena dalam Pemilu 2019, meskipun suara pemilih muda (17–35 tahun) mendominasi, partisipasi aktif mereka dalam politik seperti menjadi anggota partai atau ikut diskusi kebangsaan masih tergolong rendah.
Menurut LIPI, hanya sekitar 7% anak muda yang aktif dalam organisasi politik. Meningkatnya aksi sosial dan kewirausahaan sosial, di sisi lain generasi muda justru sangat aktif di sektor non-formal. Banyak anak muda yang terlibat dalam kegiatan sosial, komunitas lingkungan, edukasi, hingga start-up sosial. Misalnya, gerakan seperti Indonesia mengajar, gerakan mari berbagi, dan EcoNusa menjadi ruang baru anak muda untuk mencintai negaranya lewat aksi nyata.
Negara dalam pandangan generasi muda sebagian besar generasi muda hari ini, bukan lagi sesuatu yang kaku atau jauh. Mereka tidak selalu mengenal negara melalui jalur formal seperti politik atau birokrasi. Mereka melihat negara sebagai sistem yang semestinya hadir dan adil: memberikan pendidikan berkualitas, menciptakan lapangan kerja, menjamin kebebasan berpendapat, dan melindungi hak-hak dasar warganya. Namun, ketika negara dianggap gagal dalam hal-hal tersebut, maka muncul rasa kecewa, sinis, bahkan apatis.
Banyak anak muda yang merasa tidak didengar, atau tidak diberi ruang untuk terlibat dalam pembangunan. Inilah saatnya generasi muda mengambil posisi sebagai subjek, bukan objek dalam perjalanan negara. Jangan menunggu negara sempurna untuk mulai peduli. Kepedulian tidak harus dimulai dari panggung besar. Bisa dimulai dari memilih pemimpin yang baik, melawan hoaks, peduli lingkungan, hingga membantu sesama di sekitar. Jangan apatis. Negara ini milik kita. Kalau kita terus diam, maka suara kita akan digantikan oleh mereka yang tidak peduli.
Kalau kita terus berpangku tangan, masa depan bangsa akan ditentukan oleh segelintir orang yang mungkin tak punya visi kebangsaan. Maka, mari ambil bagian! Jadilah pemilih cerdas saat pemilu, ikut organisasi kemahasiswaan atau komunitas sosial, suarakan aspirasi lewat cara damai dan cerdas dan gunakan media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai positif dan nasionalisme. Negara bukan hanya soal siapa yang duduk di pemerintahan. Negara adalah semua unsur yang membentuk kehidupan bersama: hukum, rakyat, nilai, dan masa depan.
Jangan pernah menganggap dirimu terlalu muda untuk membangun bangsa. Perubahan besar selalu dimulai dari semangat anak muda yang tidak menyerah. Seperti kata Bung Karno: “Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncangkan dunia!”. Maka, mari jadikan dirimu satu dari sepuluh itu. Jadilah generasi muda yang peduli, kritis, dan bertanggung jawab terhadap negara. Karena masa depan Indonesia ada di tanganmu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
