Nilai-Nilai Ibadah
Agama | 2025-06-04 22:18:55
Sesungguhnya Allah swt telah mensyariatkan kepada kita ibadah-ibadah baik berupa shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan menuanikan ibadah haji. Karena memang di dalamnya terapat nilai-nilai dan manfaat yang besar sekali, arti yang luas serta hukum atau peraturan-peraturan yang luhur dan agung.
Apabila kita meresapi dan merenungi makna disyariatkannya sholat yang merupakan tiang agama, dan sebagai wasilah atau perantara antara hamba dengan Rab-nya. Kita akan mendapati rasa keikhlasan yang tulus dipersembahkan kepada Penguasa jagat raya ini dengan penuh kesantunan seraya memuliakan-Nya, memuja muji keagungan-Nya, mengadukan segala keluh kesah yang menimpa diri kita serta selalu berdoa kepada-Nya untuk kebaikan di dunia dan akhirat kelak.
Dari sini terlihat dengan jelas akan keagungan Allah swt terhadap hamba-hamba-Nya. Maka sudah selayaknyalah jika kita memuji dan mengagungkan-Nya, menyembah dan mematuhi aturan-Nya sebagaimana layaknya seorang bawahan terhadap majikannya. Maka dengan ini akan timbul pengakuan dan kesadaran dalam diri kita bahwa Allah swt adalah zat yang paling mulia dan berhak diagungkan, dipuja-puji serta disanjung dengan perkataan Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
Seorang ulama besar yang bernama Imam Syafi’i ketika ditanya:”Dengan apa engkau memulai sholat? Maka ia menjawab, dengan dua rukun dan satu sunnah, maka yang dua rukun itu adalah niat dan takbir sementara satu sunnah itu adalah mengangkat kedua tangan ketika takbir dengan sempurna seraya mengagungkan Allah swt, memuja-muji-Nya dengan apa yang menjadi hak Allah dan apa-apa yang menjadi kewajiban hamba-Nya, lebih khusus lagi ibadah adalah memohon pertolongan agar selalu diberi petunjuk dan hidayah yang lurus oleh Allah swt dan terjaga dari orang-orang sesat yang mengubah , merusak apa yang telah disyariatkan Allah swt dengan hawa nafsunya walaupun mereka sudah mengetahui sebelumnya bahwa itu adalah hak (benar).
Ketika telah tertanam di dalam jiwa akan keagungan Allah, kesucian-Nya, kemulian-Nya, maka tunduk dan sujudlah hamba tersebut kepada Allah dengan anggota tubuhnya secara keseluruhan mulai dari: dahinya, kedua tangannya, kedua lututnya, dan kedua tapak kakinya. Diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib ra Rasulullah saw bersabda:”Apabila seorang hamba bersujud kepada Allah swt maka akan sujud bersamanya 7 anggota tubuhnya: wajahnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya dan kedua tapak kakinya. (HR Muslim dan Ahmad). Ini menunjukan akan kerendahan, kehinaan sebagai seorang hamba dan keagungan Allah swt sebagai penguasa jagad raya ini.
Keutamaan sholat dilihat dari aspek agama, adanya rasa tunduk dan rendah diri serta rasa khusyu’ kepada Allah swt akan pengakuan keagungan Ilahi beserta kemuliaan-Nya. Apabila hati sudah merasakan hal tersebut maka akan terjagalah ia dari hal-hal yang diharamkan Allah swt berupa perbuatan yang keji lagi munkar, sebagaimana firman Allah swt: Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar (QS Al Ankabut: 45).
Sholat juga dapat menolong sesama hamba, baik dari segi agama yaitu akan timbul niat baik, perbuatan yang terpuji, rasa taat, ketenangan jiwa, serta mengharap pahala dan keridhaan Allah swt. Sedangkan dari segi dunia akan terbentuk sifat disiplin dalam berbagai bentuk aktifitas serta rasa sabar terhadap segala kesulitan dan cobaan dari Allah swt, karena Allah tidak akan pernah membiarkan amal dan perbuatan baik hamban-Nya sia-sia bahkan akan memberikan ganjaran yang besar sekali serta dimudahkan dalam segala urusannya. Allah swt berfirman: Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS Az Zumar: 10). Didalam sholat kita juga dianjurkan berjamaah karena didalamnya akan timbul rasa ukhuwah yang erat dan rasa tolong menolong, saling menjaga dan melindungi antar sesamanya, yang dengan sendirinya merupakan pengajaran yang praktis tentang arti dan sifat sholat itu sendiri.
Kemudian apabila kita melihat kepada nilai-nilai disyariatkannya zakat adalah merupakan pembenahan dan penyantunan terhadap fakir miskin sekaligus sebagai pembersih hati akan cinta kepada dunia, karena cinta kepada dunia akan menyebabkan kita lupa akan hari akhirat. Dunia hanyalahh sementara dan tidak kekal sementara akhirat abadi tanpa akhir.
Zakat adalah mendermakan sebagian harta yang kita miliki untuk kemaslahatan umat pada jalur-jalur yang telah digariskan agama. Sebab dari pelaksanaan zakat itu akan terbentuk akhlak yang mulia dan terpuji berupa rasa dermawan dan baik hati sehingga tersantunilah mereka-mereka yang membutuhkan.
Dengan zakat kita terjaga dari harta yang haram dan syubhat baik secara zahir ataupun batin, juga sebagai bukti rasa taat terhadap perintah-perintah agama dan sebagai bantuan untuk kaum muslimin secara keseluruhan. Sesunguhnya zakat itu adalah obat masyarakat dan pembersih jiwa sehingga tidak ada rasa kecemburuan sosial yang berlebihan yang mengakibatkan si kaya tidak merasa aman akan hartanya dan tidak tenang. Dengan zakat seseorang itu terbebas dari berbagai macam rasa takut, gelisah akan kehilangan hartanya. Sebab ketika ia mengeluarkan hartanya ia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya ia menyimpannya untuk hari depannya jauh nanti.
Dengan zakat kita terjaga dari sifat kikir, tamak, dan menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup, firman Allah swt: Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung (QS Al Hasyr: 9). Kalaulah zakat itu dikeluarkan secara rutin kepada yang berhak dan membutuhkan maka akan tertolonglah yang lemah dan membutuhkan karena nikmat itu akan bertambah bila disyukuri dan akan berkurang jika diingkari sebagaimana frman Allah swt: Apabila kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS Ibrahim: 7).
Apabila kita melihat nilai-nilai yang terkandung dari disyariatkannya puasa, kita akan dapat melihat bahwa puasa akan melatih rasa kesabaran pada diri kita. Karena rasa sabar itu adalah separuh dari iman serta membersihkan anggota tubuh dari perbuatan jahat dan munkar, juga menimbulkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin dan berlemah lembut terhadap mereka. Ketika kita merasakan lapar kita akan mengingat begitulah yang dirasakan fakir miskin, siang dan malam mereka menahan rasa lapar sehingga dengan perasaan simpati tersebut terbentuklah pribadi yang sabar, penuh kasih sayang terhadap sesamanya. Juga rasa taat serta patuh terhadap segala perintah Allah swt. Disamping itu juga terbentuk rasa saling berlomba-lomba dalam kebaikan guna mendapatkan pahala yang besar. Sebagaimana firman Allah swt: Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan (QS Albaqarah: 148).
Apabila kita melihat nilai-nilai yang terdapat dalam ibadah haji, tentunya sangat banyak sekali dan tidak terbatas. Disana termpat berkumpulnya umat islam dari penjuru dunia dalam satu tempat yaitu tanah suci mekah, bersujud dan beribadah kepada yang satu, esa, tidak ada serikat bagi-Nya. Disana tidak ada perbedaan antara raja dan hamba, atasan dan bawahan, komadan dengan prajurit, semuanya sama disisi Allah swt dengan gaun dan warna yang sama. Selain itu juga mengingatkan manusia bahwa mereka akan dikumpulkan dalam keadaan yang sama di padang mahsyar, sebagaimana firman Allah swt: Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam (QS Al Muthaffifin: 6)
Kemudian dari segi yang lain meneguhkan hati ketika harus berpisah dari keluarganya demi untuk menunaikan perintah Allah swt, karena mereka pasti akan ditinggalkan ketika ajal datang menjemput. Sebagaimana firman Allah swt: Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati (QS Luqman: 34). Dari aspek yang lain haji juga mengingatkan kita akan perjuangan Nabi Ibrahim as, Nabi Muhammad saw atas keteguhan dan keyakinan akidah mereka dalam mempertahankan risalah Ilahi. Dengan begitu akan menambah rasa keimanan dan keyakinan yang kuat, juga sebagai media pembersih hati dari jiwa yang kotor, dan membiasakan diri untuk berbuat baik dan sabar dalam berbagai masalah, meninggalan kesenangan dunia. Selain itu juga dapat berziarah kemakam Rasulullah saw dan para sahabat, serta mentadabburi perjuangan mereka serta tempat pertama kali diturunkannya wahyu sebagai sumber agama Islam.
Semua yang hendak berhaji haruslah menguasai dan mempersiapkan segala bekal yang dibutuhkannya selama melaksanakan ibadah haji, maka sudah semestinya ia harus mempersiapkan diri untuk perjalana yang lebih panjang dan kekal yaitu akhirat. Dan sebaik-baik bekal itu adalah takwa. Sebagaimana firman Allah swt: Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa (QS Albaqarah: 197).
Jadi jelas sekali bahwa dalam ibadah yang disyariatkan agama mempunyai nilai yang bisa diambil yang akhirnya nilai-nilai itu akan kembali kepada diri kita sendiri, sehingga mendapatkan balasan yang telah Allah swt janjikan kepada kita, serta dapat hidup tenang dan bahagia didunia maupun diakhirat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
