Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Konflik Psikologi Dalam Novel 172 Days Karya Nadzira Shafa

Sastra | 2024-07-06 16:28:23

Psikologi yaitu aspek jiwa yang tergambar pada diri seseorang, dan menyebabkan kewarasan seseorang yang asal muasal nya dari sebuah permasalahan yang membuat seseorang menjadi traumatis. Konflik adalah suatu permasalahan yang mutlak sudah ada jalan takdir nya sendiri, Teori yang relevan untuk menganalisis konfik psikologis dalam karya sastra novel ini yaitu Carl Gustav Jung yaitu arketipe , yang menyoroti bagaimana penulis menyampaikan konflik psikologi yang terkandung dalam sebuah novel diantara ceritanya ialah kisah nyata kehidupan nya.

Sinopsis Singkat

Novel “172 Days” karya Nadzira Shafa ini mengisahkan kisah seorang penulis yaitu kerap dipanggil Zira yang kehilangan arah dan berhijrah, sejak kecil ia sudah ditinggal oleh Ayah kandungnya untuk selamanya. Lalu ia menikah dengan jalur ta’aruf, dan banyak sekali lika-liku yang ia hadapi bersama sang suami yaitu Bang Amer, ia menikah hanya dengan waktu singkat uaitu hanya 172 hari saja, Zira harus kehilangan suami yang sangat ia cinta. Cerita ini memperlihatkan konflik psikologi yaitu ketraumaan yang ia hadapi sendiri, serta menjelajahi cerita-cerita dengan dituliskan dari hari pertama hingga hingga terakhir ia bersama.

Keunikan Bahasa dan Alur Cerita

Nadzira Shafa menggunakan bahasa yang sederhana namun di dalam nya penuh denggan makna.sehingga memudahkan pembaca dan terhanyut akan cerita yang ia tuangkan di dalam novel nya. Kutipan yang ada di dalam novel banyak sekali konflik psikologi yang terjadi pada tokoh utama nya.

Dalam novel ini, terdapat beberapa konflik pdikologis Carl Gusta Jung di tuliskan oleh sang penulis Nadzira Shafa akan mencakup Topeng,Shadow dan Self.

1. Topeng

Zira, salah satu tokoh utama, ia ditampilkan sebagai sosok yang memiliki sifat yang kuat, dan menjalani kehidupan nya dengan ikhlas menjalani takdir. Contohnya terlihat pada ketika Amer terbaring dirumah sakit, Zira pun sebenarnya juga sakit, demam dan tidak enak badan, tetapi ia harus tetap kuat di depan Bang Amer karena ia ingin selalu bersama bang Amer untuk menemaninya dirumah sakit.

2. Shadow

Sosok Zira memang dahulunya ialah seseorang yang kehilangan arah, ia sempat ingin mengakhiri hidupnya, sempat ia menggoreskan silet ketangan kirinya, sebab ia tak sanggup dengan perjalanan hidupnya yang menyakitkan di masa lalunya.

3. Self

“Hidup aku harus hidup!” itulah kalimat yang membuat Zira bangkit dari kehilangan arah jiwa nya. Ia elangkah untuk merubah semua yang tidak aik dalam dirinya, ia harus ikhlas melepas kepergian seorang yang ia sangat cintai, kehilangan dunia nya.

Novel ini mengajak pembaca agar lebih mencoba menerima dengan ikhlas apapun takdir yang kita terima. Karena takdir memang sudah ada ketentuan nya dari Maha Kuasa. Melalui karya Nadzira Shafa ini tidak hanya keihlasan yang kita pelajari tetapi memberikan hal positif dalam mengiindpirasi banyak orang, atau pembaca di Dunia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image