Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Risa Deninta Irawan

Nasib PTM: Guru Khawatir, Murid Senang, Bunda Pusing

Lomba | 2022-02-28 23:05:15
Sumber Gambar: Popmama dan Klikdokter - Diedit Oleh Risa Deninta Irawan

Sejak penyebaran COVID-19 pada tahun 2020 silam terus bermutasi, kegiatan belajar-mengajar di sekolah terpaksa harus dihentikan untuk menghindari penyebaran virus tersebut. Selanjutnya digantikan dengan pelajaran via online atau yang sekarang lebih lumrah disebut ‘daring’.

Siapa yang menyangka jika orang tua akhirnya harus ikut berperan aktif dalam membantu pembelajaran daring tersebut agar tetap berjalan efektif. Khususnya untuk anak-anak sekolah yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Dasar (SD).

Aduh Bunda... Udah pusing mikirin kompor di dapur, eh sekarang harus ikut bantuin si adek ngitung 2 kali 2 berapa.

Nyatanya tidak sedikit dari para orang tua merasa berat menjalani kebiasaan baru semasa pandemi ini. Tentu saja, karena mereka harus tetap memikirkan ekonomi keluarga yang ikut goyah akibat pandemi, dan mau-tidak mau harus terlibat dalam membantu sekolah anak-anaknya di rumah.

Anak Paham, Orang Tua Juga Harus Paham

Memang menjadi orang tua tidak akan lepas dari namanya ‘mendidik’ anak. Namun pada kondisi ini, mereka dipaksa juga harus ikut mengerti semua materi yang juga harus dimengerti oleh sang anak.

Selain itu, faktanya pembelajaran daring ini tidak selalu menjadi efektif untuk semua anak. Pasalnya, penulis pernah saling bertukar pikiran dengan salah satu orang tua yang ikut mengajari anaknya saat pelajaran online berlangsung. Gurunya menugaskan untuk membuat sebuah video tari yang nantinya akan dikirimkan melalui grup WhatsApp kelas.

Namun sayangnya, anaknya tersebut tidak mau aktivitas tarian yang disuruh oleh gurunya itu direkam oleh orang tuanya. Hm, bundanya sudah bujuk dengan berbagai macam rayuan, namun tetap saja mendapat penolakan dari anaknya.

Berat ya, bun kalau diceritain

Tapi Lama-Lama Terbiasa Kok!

Benar sekali! Semakin hari, karena anak-anak sekolah dan orang tua sudah mulai terbiasa dengan kebiasaan baru di masa pandemi, akhirnya kendala-kendala pada aktivitas tersebut mulai hilang dengan sendirinya.

Anak-anak mulai paham kalau kewajiban mereka setiap pagi sekarang ini hanyalah duduk di dalam rumah, aktifkan gadget (smartphone atau laptop), masuk ke laman Google Meet atau Zoom, terhubung dengan guru dan teman-teman yang lainnya, mendengarkan, memahami, dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Para orang tua juga mulai terbiasa untuk membantu tugas anak-anaknya yang dikirimkan melalui gadget mereka. Hingga pada akhirnya, berita PTM tiba

Apakah Anak dan Orang Tua Siap Menjalani PTM Sekarang Ini?

Di tengah meluasnya mutasi varian baru COVID-19, pemerintah memberikan pernyataan jika sekolah sudah mulai bisa menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Tentu saja, aktivitas pembelajaran ini tidak berlangsung seperti dahulu.

PTM yang dilakukan tidak semaksimal belajar-mengajar yang berlangsung selama 5-6 jam di sekolah. Dari yang penulis pahami, sekolah hanya membolehkan murid-muridnya berada di sekolah dalam waktu 2-3 jam saja. Itupun dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat (pakai masker dan cuci tangan).

Namun nyatanya, penyebaran varian Omicron ini semakin meluas dan sulit kali dihindarkan. Bahkan ada beberapa guru sekolah yang akhirnya harus ikut tumbang karena tertular virus Corona. Bagaimana nasib para murid?

Apakah Kembali ‘Daring’ Adalah Keputusan Yang Paling Efektif?

Penulis bisa katakan, jika dilihat dari perspektif penyebaran virus ini, tentu saja kembali daring adalah satu-satunya jalan yang paling efektif. Selain menghindari penyebaran virus, anak-anak sekolah dan para guru lebih bisa menjaga kesehatannya di rumah.

Namun jika dikembalikan lagi dengan keadaan rumah masing-masing murid, apakah ini menjadi keputusan yang paling tepat?

Hm, nyatanya selama pembelajaran daring berlangsung di beberapa bulan terakhir, masih banyak sekali keluarga yang tidak mampu menyediakan fasilitas belajar terbaik yang membantu anak-anak tetap fokus memahami pelajaran di rumah.

Tidak, fasilitas yang harus digunakan selama daring tidak hanya ‘gadget’ saja. Melainkan ada beberapa hal lain seperti ruangan yang tidak bising, meja belajar, bangku, dan juga internet.

Berbeda sekali dengan di sekolah. Anak-anak hanya tinggal datang, duduk, dan mendengarkan guru menjelaskan pelajaran. Ruangan kelas pun sudah pasti efektif untuk membantu tingkatkan fokus para murid.

Duh Bunda makin pusing deh ini. Mau anak sehat dan terhindar dari virus Coroncess, tapi harus balik lagi mikirin kompor sama bantuin adek ngitung. Apalagi sekarang ngitungnya udah sampe pembagian. Nasib Nasib

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image