Nasib PTM Seperti Telur di Ujung Tanduk
Lomba | 2022-02-27 10:55:20Seluruh murid dan tenaga pendidik bergembira menyambut pembelajaran tatap muka 100 persen kembali setelah terjadi penurunan covid-19. Siswa sangat senang berjumpa langsung dengan guru-gurunya, teman akrabnya bahkan rindu dengan suasana di sekolah. Beberapa guru juga mengakui, dalam pembelajaran tatap muka, materi dapat disampaikan secara langsung dan lebih lengkap. Disamping itu, sentuhan karakter dan kasih sayang guru bisa tersampaikan di sekolah. Guru sangat mudah untuk mengontrol dan menilai sikap siswa, apakah siswanya belajar atau bermain-main pada saat materi disampaikan, karena guru dan siswanya secara langsung tatap muka. Aturan tatap muka penuh ini tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tertanggal 21 Desember 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.
Setelah ada sejumlah guru dan murid terinfeksi covid-19 varian omicron, baik di Jakarta, Medan, Surabaya maupun di daerah lain, banyak pro dan kontra terhadap PTM, apakah tetap dilaksanakan atau diberhentikan?. Menurut Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyarankan agar pembelajaran tatap muka penuh dilakukan bertahap. Di satu sisi, kebanyakan pihak orang tua/wali murid dan KPAI menyarankan pembelajaran tatap muka dievaluasi saat varian omicron meningkat. Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu mengatakan bahwa pembelajaran tatap muka sendiri sangatlah penting dan pembelajaran tatap muka saat ini sudah sekolah sudah mengikuti aturan resmi dari pusat dengan menerapkan protokol kesehatan yang ada (Bengkulunews.coid) Juma’at (04/02/2022). Di lain pihak, dari Epidemiolog, Dicky Budiman menilai tidak perlu langsung mengambil langkah darurat memberhentikan pembelajaran tatap muka saat ini. Harus ada evaluasi, ketika kondisi memang gawat, saat itulah pemerintah harus segera mencabut kembali kebijakan PTM 100 persen.
Lalu bagaimana nasib PTM? Nasib PTM menjadi dilema seperti telur di ujung tanduk. Jika PTM tetap dilaksanakan saat tren gelombang omicron meningkat, takutnya akan banyak siswa dan guru yang terpapar covid-19 varian omicron. Jika ini terjadi, maka pemerintah akan kehilangan sumber daya aset yang paling berharga yakni anak-anak Indonesia, dan di sekolah akan menjadi cluster baru dalam penyebaran virus ini.
Jika PTM ditiadakan, dan diganti menjadi pembelajaran daring. Ini juga menimbulkan masalah. Kita mengetahui bahwa selama pembelajaran daring menjadi tidak efektif. Hal ini dikarenakan jaringan internet yang belum merata ke semua daerah. Belum lagi penguasaan teknologi yang masih rendah. Tidak semua guru melek teknologi, khususnya yang lahir tahun 1980 ke bawah. Selain itu tidak semua guru dan siswa memiliki perangkat pendukung teknologi. Bukan rahasia umum, bahwa kesejahteraan guru di Indonesia masih sangat rendah, jadi jangankan untuk membeli kebutuhan pokok keluarga saja masih banyak guru yang kesulitan apalagi membeli laptop atau android. Ditambah lagi terjadi learning loss yakni penurunan semangat untuk belajar kepada siswa. Kita bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika anak-anak Indonesia kehilangan semangat untuk belajar?. Di satu sisi, Indonesia di tahun 2045, akan memasuki emasnya, 100 tahun Indonesia merdeka. Untuk menciptakan generasi emas, maka pemerintah dan seluruh elemen bangsa akan saling bahu-membahu dalam mempersiapkan generasi emas tersebut. Jika dimulai saat ini, tahun 2022, maka pelajar pada saat ini akan menjadi harapan bangsa menjadi generasi emas nantinya.
Oleh karena itu, pendidikan tidak boleh berhenti walaupun situasi lagi tidak normal. Hemat penulis, Pembelajaran Tatap Muka tetap dilaksanakan dengan pola setengah-setengah. 50 persen belajar tatap muka, 50 persen belajar dari rumah. Bagi daerah yang belum ditemukan kasus covid-19 varian omicron, sebaiknya dilaksanakan PTM. Kita tidak mau anak-anak Indonesia kehilangan semangat belajar. Anak-anak Indonesia harus sehat dan cerdas. Yang harus kita lakukan supaya PTM tetap dilaksanakan dan menghadapi kembalinya tingginya omicron adalah :
a. Memakai masker dua lapis jika keluar rumah.
Meskipun terlihat sepele, namun masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan masker. Padahal memakai masker sangat penting untuk melindungi tubuh dari virus. Dengan memakai masker, dapat memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Usahakan selalu mencuci tangan setelah menyentuh benda, seperti setelah memegang paket, setelah menekan tombol lift, setelah berbelanja, setelah memegang uang. Jika tidak air dan sabun, maka menggunakan hand sanitizier untuk membersihkan tangan dari kuman-kuman yang menempel.
c. Menjaga jarak. Dalam hal ini, dituntut untu melindungi diri dengan selalu menjaga jarak sedikitnya 1-2 meter.
d. Menjauhi kerumunan.
Setiap warga diminta untuk menjauhi kerumunan saat berada di luar rumah. Semakin banyak dan sering bertemu orang, maka kemungkinan terinfeksi virus corona pun semakin tinggi. Oleh sebab itu, hindari tempat keramaian.
e. Vaksinasi
Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah Covid-19. Setiap warga harus menyambut baik adanya vaksinasi Covid-19
DaftarPustaka
Website
- Covid19.go.id.2020.Data Sebaran Covid19. Diakses dari https://covid19.go.id/pada 1 Oktober 2021
- https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/jelita/membuka-kembali-sekolah-di-masa-pandemi-serius/
- https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60137077
#lombanulis
#nasibptm
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.