Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zhafirah Najwa

Topi Helm: Sebuah Simbol

Eduaksi | 2025-05-30 07:41:02

Di tengah hiruk-pikuk dunia kerja, siapa sangka sebuah benda sederhana seperti topi helm bisa menjelma jadi lambang ketakutan, kekuasaan, bahkan kegilaan? Cerpen Topi Helm menggambarkan bagaimana kekuasaan yang simbolik bisa melumpuhkan akal sehat, membungkam kemanusiaan, dan membentuk budaya kerja yang penuh ketakutan.

Simbol Kekuasaan yang Menciptakan Ketundukan Semu

Topi Helm.

Awalnya, topi helm hanya milik seorang pemimpin bengkel kereta api di Padang Panjang, bernama Tuan O.M. Tapi topi itu tidak lagi dilihat sebagai alat pelindung kepala, melainkan simbol absolut dari kekuasaan. Saat orang menyebut “si topi helm”, seluruh pekerja langsung pura-pura sibuk. Ketakutan tidak lagi datang dari aturan atau kewajiban kerja, tapi dari bayang-bayang simbol yang menempel pada satu orang: pemimpin.

Inilah potret pertama dari kritik sosial terhadap sistem otoriter. Di mana ketertiban bukan lahir dari kesadaran, tapi dari rasa takut. Di mana pekerjaan dilakukan bukan karena semangat, tapi karena teror diam-diam yang mengintai lewat seragam, jabatan, atau benda tertentu.

Budaya Kerja yang Penuh Kepura-puraan

Lucunya, para pekerja juga bermain-main dengan ketakutan itu. Ada yang iseng meneriakkan “topi helm!” hanya untuk melihat semua orang panik. Lelucon ini mengungkap betapa kebudayaan kerja telah terjebak dalam kepalsuan, sebuah sistem di mana rasa aman dan kejujuran tak lagi punya tempat, tergantikan oleh sandiwara dan kepatuhan pura-pura.

Sampai akhirnya, sandiwara itu menelan korban: seorang masinis bertubuh besar yang kehilangan jabatan hanya karena salah membaca situasi. Ia tertawa saat seharusnya takut, ia mengejek saat seharusnya tunduk. Hasilnya? Turun pangkat. Di sinilah kita mulai melihat bahwa sistem kekuasaan yang bergantung pada simbol bisa menjadi senjata yang kejam.

Ketika Kekuasaan Menular dan Membutakan

Puncak ironi terjadi saat topi helm diwariskan kepada Pak Kari, seorang juru rem yang awalnya rendah hati dan sabar. Tapi sejak mengenakan topi itu, ia berubah: menjadi pemarah, mudah tersinggung, bahkan merasa lebih berkuasa. Ia mulai membenci hujan, sebab hujan “mengganggu” kehormatan topinya. Ia marah karena tidak bisa selalu memakainya saat bekerja.

Inilah sindiran telak terhadap bagaimana kekuasaan bisa mengubah manusia. Kekuasaan tak hanya menindas dari atas ke bawah, tapi bisa merasuki siapa saja yang merasa memilikinya. Pak Kari, yang dulunya sederhana, perlahan berubah menjadi tiran kecil.

Dan pada akhirnya, demi menyelamatkan topi helm yang terjatuh ke sungai, Pak Kari rela meninggalkan posnya. Padahal, keselamatan kereta dan para penumpang jauh lebih penting. Tapi obsesi pada simbol membuatnya kehilangan prioritas. Bahkan, ketika topi itu dibuang ke api oleh kepala masinis, ia membalas dendam dengan cara yang tragis, melempar bara panas hingga membuat atasannya buta.

Kritik terhadap Budaya Hierarki yang Tidak Sehat

Cerpen ini menyindir keras sistem sosial yang terlalu menuhankan hierarki dan simbol-simbol kekuasaan. Dalam masyarakat seperti itu, orang tak lagi dinilai dari kompetensi atau kepribadian, tapi dari “apa yang mereka kenakan” atau “di mana posisi mereka”.

Kita melihat ini dalam dunia nyata, dari karyawan yang takut pada bos hanya karena pangkatnya, hingga masyarakat yang menilai orang dari gelar atau seragam, bukan dari isi kepalanya. Topi Helm mengajak kita merenung bahwa kekuasaan yang tak diawasi bisa membutakan, bukan hanya yang dikuasai, tapi juga yang merasa berkuasa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image