Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti Nurannisa

Bidadari dan Penggoda: Kompleksitas Perempuan dalam Novel Student Hidjo

Sastra | 2025-05-28 13:52:07

Karya sastra lama sering kali mencerminkan pandangan masyarakat pada zamannya, terutama dalam menggambarkan peran perempuan. Novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo, yang terbit di awal abad ke-20, tidak terkecuali. Mari kita telusuri bagaimana novel ini menggambarkan tokoh-tokoh perempuannya.

Sumber: Gambar Milik Pribadi

Salah satu hal menarik dalam novel ini adalah bagaimana pengarang menggunakan oposisi biner antara budaya Jawa dan Belanda dalam menggambarkan perempuan. Perempuan Jawa seperti Biroe dan Woengoe sering kali diasosiasikan dengan sifat-sifat 'ketimuran' seperti kehalusan, kesopanan, dan kepatuhan. Mereka digambarkan sebagai 'bidadari' atau idealisasi perempuan yang lemah lembut. Di sisi lain, perempuan Belanda seperti Betje cenderung diasosiasikan dengan sifat-sifat 'kebaratan' seperti keberanian, keterbukaan, dan kemandirian. Mereka terkadang diposisikan sebagai 'penggoda' atau representasi perempuan yang lebih bebas. Oposisi biner ini menciptakan kontras yang tajam dan memperkuat tema benturan budaya dalam novel. Apa yang bisa kita pelajari tentang peran dan harapan masyarakat terhadap perempuan pada masa itu?"

“Waktu Biroe baru membaca separo, wajahnya bertambah manis. Sesudah Biroe membaca surat itu, dengan cepat ia meletakkan surat itu diatas meja dan tidak berani melihat wajah R.M. Wardojo. Ini satu bukti bahwa surat itu sangat cocok dengan keinginannya.”

Kutipan tersebut menggambarkan Biroe sebagai sosok yang pemalu dan menjaga kesopanan, terlihat dari sikapnya yang tidak berani menatap wajah Wardojo. Ia juga digambarkan sebagai pribadi yang halus perasaannya dan tertutup, dengan emosi yang terungkap melalui gestur. Selain itu, Biroe patuh pada adat dan tradisi, yang ditunjukkan dengan penerimaannya terhadap perjodohan.

“Ya, meski Biroe tunangan Hidjo, saya pun harus berkenalan dengan baik sama dia, sebab saya bukan tunangan hidjo, tetapi saya sangat senang berkenalan dengan dia”

Dialog Woengoe mencerminkan sikap halus dan sopan dalam tutur katanya, penerimaan terhadap status Hidjo sebagai tunangan Biroe, keramahan dan keterbukaan dalam menjalin perkenalan, serta kemampuan untuk menjaga batasan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

“Nee, saya lebih suka pergi berdua saja dengan Tuan!” jawab Betje mengandung maksud .”

“Mari kita pergi ke Hotel Scheveningen!” kata Betje kepada Hidjo sambil hatinya berdebar-debar.

“Nanti kamu sewa satu kamar dan minta untuk dua orang .”

Dialog Betje mencerminkan sosok yang berani dan terbuka dalam mengungkapkan keinginan, inisiatif dan agresif dalam bertindak, tidak konvensional dalam pandangan, serta penuh hasrat dalam mengekspresikan perasaan.

Dari penelusuran karakter Biroe, Woengoe, dan Betje, jelaslah bahwa novel Student Hidjo menawarkan representasi perempuan yang beragam, melampaui stereotip sederhana. Biroe mewakili ideal perempuan Jawa yang sopan dan patuh pada tradisi, Woengoe dengan kehalusan dan keramahannya, sementara Betje menantang norma dengan keberanian dan keterbukaannya. Namun, lebih dari sekadar potret perempuan pada masanya, novel ini mengajak kita untuk merenungkan tentang pentingnya memahami representasi perempuan dalam sastra, baik dulu maupun sekarang. Sastra adalah cermin masyarakat, yang memantulkan nilai-nilai, harapan, dan bahkan prasangka yang ada. Dengan menganalisis bagaimana perempuan digambarkan dalam karya sastra lama, kita dapat memahami akar dari berbagai stereotip dan ketidaksetaraan gender yang mungkin masih relevan hingga kini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image