Efek Negatif Motherless dalam Cerpen Anak Kebanggaan
Sastra | 2025-05-22 17:14:27
Pembicaraan tentang motherless tidak ada habisnya. Peran kedua orang tua harus selalu ada dalam mendidik anak. Apabila yang berperan hanya salah satu di antaranya maka yang timbul hanyalah dampak negatif. Sejatinya mengasuh anak adalah tanggung jawab kedua orang tua, bukan salah satunya.
Penggambaran tentang motherless ini diabadikan pula dalam cerita karya sastra, salah satunya adalah cerpen yang berjudul Anak Kebanggaan karya A. A. Navis. Cerpen tersebut menceritakan kehidupan seorang bapak dengan anak laki-lakinya tanpa adanya sosok ibu yang si bapak ini memiliki keinginan yaitu anaknya menjadi seorang dokter dan memberikannya pendidikan. Namun, sang anak yang merantau menjalani pendidikan ini berbohong kepada bapaknya dengan mengirimkan nilai palsu kepada bapaknya dengan tujuan membuat hati bapaknya senang. Kebohongan juga dilakukan sang bapak kepada anaknya. Pada akhirnya cerita diakhiri dengan sang bapak yang masih mengidamkan keinginannya itu sepanjang hidupnya. Oleh karena itu di dalam artikel ini akan dibedah dampak negatif motherless yang dialami tokoh Eddy Indra Budiman dalam cerpen Anak Kebanggaan dengan pendekatan teori dampak negatif motherless yang dikemukakan oleh American Psychological Association yang dalam cerpen ini ditemukan dua dampak negatif motherless yaitu perilaku buruk dan memiliki masalah dengan hubungan sosial.
Perilaku Buruk
Dampak ini merupakan bentuk negatif berupa perbuatan tidak baik seperti tidak mengikuti arahan orang dewasa termasuk orang tua, melanggar aturan sosial, dan lain sebagainya. Dalam cerpen ini terdapat kutipan sebagai berikut.
“Tak teringat olehnya, bahwa bohongnya kepada ayahnya selama ini sudah diketahui oleh orang kampungnya. Lupa ia bahwa semua mata orang kampungnya yang tinggal di Jakarta selalu saja mempercermin hidupnya yang bejat.” (A. A. Navis, 1956: 4)
Kutipan di atas berisi perbuatan Eddy Indra Budiman berbohong kepada ayahnya dengan mengirim surat yang berisi laporan nilai Eddy yang bagus padahal kenyataannya ia mendapat nilai jelek. Selain itu, kutipan di atas juga menunjukkan bahwa Eddy melakukan perbuatan bejat selama perantauannya di Jakarta. Dengan demikian hal tersebut menunjukkan bahwa tokoh Eddy ini melakukan dampak negatif dari keadaan motherless yang dialaminya dengan membohongi ayahnya serta tidak mengikuti arahan ayahnya yang menyuruhnya menjadi dokter, lalu ia juga melanggar aturan sosial dengan melakukan perbuatan bejat.
Memiliki Masalah dengan Hubungan Sosial
Dampak ini merupakan bentuk negatif berupa hilangnya kepercayaan orang lain, orang lain yang tidak ingin berinteraksi, dan lain sebagainya. Dalam cerpen ini terdapat kutipan sebagai berikut.
“Lupa ia bahwa semua mata orang kampungnya yang tinggal di Jakarta selalu saja mempercermin hidupnya yang bejat.” (A. A. Navis, 1956: 4)
Kutipan di atas berisi orang kampung yang mengetahui bahwa Eddy Indra Budiman hanya melakukan hal bejat di Jakarta serta tidak mengikuti pendidikan dokter dengan baik. Dengan demikian hal tersebut menunjukkan bahwa tokoh Eddy tidak dipercayai oleh orang kampungnya dan tidak ingin bersosialisasi dengannya karena perbuatan bejat yang dilakukannya.
Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa keadaan Eddy yang kehilangan sosok ibu sejak kecil menimbulkan dampak negatif berupa perilaku buruk dan memiliki masalah dengan hubungan sosial. Dampak negatif yang ditimbulkan pun berkaitan tentang buruknya interaksi dan hubungan dengan orang lain. Cerpen Anak Kebanggan karya A. A Navis ini menunjukkan bahwa kehadiran sosok ayah seorang saja tidak cukup untuk pertumbuhan karakter anak meskipun sosok ayah ini sudah melengkapi semua kebutuhan materil anaknya. Hal tersebut memperkuat bahwa kehadiran kedua sosok ibu sangat dibutuhkan oleh seorang anak. Dengan kehadiran sosok kedua orang tua dapat memperbesar peluang untuk seorang anak dapat tumbuh menjadi manusia yang baik.
Daftar Pustaka
Navis, A. A. 1986. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
