Analisis Tokoh Kakek dalam Cerpen Robohnya Surau Kami
Sastra | 2025-05-20 10:05:08
Cerpen “Robohnya Surau Kami” adalah salah satu cerpen dari banyaknya cerpen karya A.A Navis. Cerpen ini berkisah tentang sebuah surau tua yang dijaga oleh seorang kakek. Sudah bertahun-tahun kakek ini menjadi garin, penjaga surau tua tersebut. Kakek ini tidak bekerja, bahkan dia tidak peduli oleh keadaan warga yang ada disekitarnya. Dia hanya sibuk beribah dan terus beribadah.
Namun, di balik pribadi kakek tersebut apakah dia sudah termasuk seorang hamba yang taat terhadap Tuhannya, sedangkan Tuhannya mengajarkan arti kasih sayang dan peduli terhadap sesama? Oh, tentu tidak. Kakek tersebut egois, dia hanya mementingkan dirinya sendiri dengan mengatasnamakan Tuhan dan agama. Sedangkan ajaran agama Islam tidak mengajarkan seperti itu.
Agama Islam adalah agama yang mengajarkan bagaimana kasih sayang seseorang terhadap sesama, bukan hanya mementingkan dirinya sendiri. Bahkan bukan hanya agama Islam, tetapi semua agama yang ada mengajarkan kasih sayang, tolong menolong, dan peduli terhadap sesama.
Kemudian ketika kakek ini mendengar bualan yang dibuat oleh Aji Sidi, dia merasa tersinggung sampai ia ingin membunuh dirinya sendiri. Lalu untuk apa ia beribadah? Untuk apa ia berdiam diri di sebuah surau dengan alasan taat beribadah kepada Tuhannya dan agamanya? Apakah sudah pasti ibadah yang kita laksanakan diterima langsung oleh Tuhan? sedangkan tugas kita hanya beribadah dan menyembah tanpa tahu diterima atau tidaknya.
Ada sebuah pepatah Arab yang mengatakan, “Sebaik-baiknya manusia adalah ia yang dirinya bermanfaat untuk orang lain.” Maka, jadilah manusia yang peduli akan sesama dengan penuh kasih sayang dan semata-mata ikhlas karena Tuhan, senantiasa diri kita akan selalu berkah dan bermanfaat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
