Wayang Akhir Zaman #002: Wahyu Cakraningrat
Sastra | 2025-05-16 16:31:42“Benar nggak sich, Romo? Sudah ada woro-woro resmi dari Bathara Narada, jubir Kadewatan? Kabarnya tahun ini ditetapkan Wahyu Cakraningrat akan turun lagi ke Buana Panca Tengah?!”
“Wes-ewes-ewes! Kamu mendengar darimana itu, Gong?”
“Dari desas-desus santri padepokan di tepi hutan Krendayana, Mo! Konon menurut guru mereka, wahyu itu akan jatuh dan muncul di tengah rimba! Barangsiapa ksatria berjodoh dipilih raganya menjadi wadag kencana, dia akan mendapat anugerah agung dewata, menurunkan raja-raja besar di bumi Nusantara!”
“Keh-keh-keh-keh Kok tahu banget kamu, Gong?”
“Wah Romo kuper nih, kurang pergaulan! Kudet juga! Kurang update!”
“Opo meneh kuwi? Opo mau? Pedet?”
“Moooo, pedet itu anak sapi, Romoooo! Apdet! Artinya paling kekinian! Paling tahu duluan! Semacam Ngerti sak durunge winarah! Lha kuwi!”
“Wuihhh! Jadi waskita kamu, Gong! Meningkat daya linuwih!”
“Romo suka menggoda ah, padahal Romo mestinya sudah dapat bocoran, tahu duluan!”
“Lha kalo iya opo mesti kita umbar-umbar, Le? Itu khan termasuk ranah rahasia kadewatan!”
“Tapi banyak kok, Mo, yang sudah tahu, makanya sekarang pada bersiap-siap! Kemarin saya dengar dari keponakan sais kereta Hastinapura, kabarnya Prabu Duryudhana sendiri yang menitahkan putera manja pangeran dari Ksatrian Sarojabinangun, Raden Lesmana Mandrakumara, untuk berangkat bertapa brata dalam hutan Krendayana! Konon, beliau akan dijaga oleh Mahaguru Resi Drona dan Adipati Karna dari Awangga.”
“Memangnya Lesmana mau?”
“Ya gak mau awalnya, Mo! Dia malah minta gak usah di hutan, wahyu datang aja langsung ke rumahnya!”
“Keh-keh-keh-keh! Wenak tenan yo, Le?”
“Dia kira Wahyu itu tukang pijat? Bisa diundang bertandang ke istana kapan aja dibutuhkan?”
“Ya bukan begitu, barangkali dia itu tukang kebun!”
“Hehehehe Romo malah plesetan! Awas licin, Mo! Oh iya! Yang harus kita khawatirkan bukan Lesmana sebenarnya menurut Bagong, tapi Raden Samba! Bener gak, Mo?”
“Lhooo? Putera Sri Kresna mau ikut perebutan Wahyu Cakraningrat juga?! Hmmmm Ini bisa bahaya!”
“Nah, khan?! Iya, penantang serius ini buat Raden Abimanyu! Sudah gagah, cakap, tangkas, cerdas, anak kesayangan titisan Bathara Wisnu lagi!”
“Weleh-weleh! Kita tak boleh sampai keduluan, Gong! Kalau begitu gustimu pangeran Abimanyu juga harus segera diberitahu!”
“Nah, khan?! Berarti benar, khan? Itu bukan kabar burung? Kalau tidak, Romo tentu tak mencemaskan dan tidak mempedulikan pepesan kosong itu.”
“Pepes kok kosong, Gong? Terus apa yang dimakan? Romo malah jadi lapar ”
“Ah, Romo ini! Sedikit-sedikit lapar! Sedikit-sedikit makan! Makan kok sedikit-sedikit?”
“Yo ben tho, Le! Ini khan melatih diri, puasa menahan lapar, agar tumbuh rasa welas asih kepada yang kelaparan, mau meringankan penderitaan mereka dengan berderma memberi makan, atau setidaknya ikut bersimpati dengan latihan puasa itu tadi. Itulah jalan tirakat bagi para ksatria sejati agar tahan uji!”
“Jadi syaratnya, kuat puasa ya Mo? Kuat berderma juga ya? Menolong yang lemah lagi kesusahan!”
“Betul itu, wessss, kamu tambah pinter, Gong!”
“Kalau hanya itu sih, junjungan muda kita Raden Abimanyu sudah terbiasa laku prihatin begitu ”
“Maka daripada itu, daripada yang mana sudah begitu, daripada keduluan Lesmana, khan mending jatuh wahyu Cakraningrat pada Raden Abimanyu!”
“Kita harus membantu beliau, ya Mo!”
“Betul! Ayo, ayo! Kita berangkat ke Ksatrian Plangkawati sekarang juga! Jemput majikanmu! Bersiap untuk menyambut turun anugerah agung, Wahyu Cakraningrat!”[]
(Bersambung...)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
