Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fiqih Akhdiyatu Salam

Stop Jadi Korban! Panduan Anti-Tertipu Hoaks dan Framing di TikTok Facebook

Pendidikan dan Literasi | 2025-05-16 11:44:29
Ilustrasi Propaganda Media

Di zaman digital ini, platform media sosial seperti Facebook dan TikTok telah menjadi lebih dari sekadar tempat untuk berbagi foto dan video. Mereka kini berfungsi sebagai arena bagi penyebaran informasi, baik yang akurat maupun yang menyesatkan atau bersifat propaganda. Setiap harinya, jutaan orang menerima berita, cuplikan video, atau pandangan yang disebarkan tanpa adanya penyaringan. Sayangnya, banyak dari informasi tersebut telah dipengaruhi (framing) atau bahkan disajikan sebagai propaganda.

Apa itu Framing dan Propaganda?
Framing adalah metode untuk menyampaikan informasi dari perspektif tertentu yang dapat memengaruhi cara kita melihat masalah. Dengan framing, satu pihak bisa terlihat benar, sementara pihak lainnya tampak salah, tanpa harus mengubah fakta secara langsung.

Propaganda merujuk pada upaya yang disengaja untuk memengaruhi perasaan dan pikiran orang dengan menyampaikan informasi yang telah dimodifikasi, ditambah, atau dibuat sedemikian rupa, biasanya untuk tujuan politik, ideologis, atau untuk kepentingan kelompok tertentu.


Ciri-Ciri Informasi yang Mengandung Framing atau Propaganda


Supaya tidak terjebak, berikut adalah tanda-tanda informasi yang patut diwaspadai:
1. Memakai Bahasa yang Sangat Emosional. Istilah seperti “pengkhianat”, “kejam”, “pahlawan sejati”, atau “biadab” dimanfaatkan untuk memancing emosi, alih-alih menyajikan fakta.


2. Hanya Menampilkan Satu Sisi (Tidak Seimbang). Tidak ada kutipan dari pihak yang dituduh. Hanya satu sisi cerita dari kelompok tertentu yang disampaikan.


3. Judul yang Provokatif dan Mengundang Klik. Judul yang sangat sensasional, seperti “Terbongkar! ”, “Fakta Mengejutkan! ”, namun isi beritanya tidak sesuai.


4. Gambar atau Video yang Dipilih Secara Menipu. Memperlihatkan ekspresi marah, sedih, atau dramatis untuk mendukung narasi tertentu.


5. Tanpa Referensi yang JelasTidak ada link ke bukti resmi, narasumber tidak dikenal, atau klaim yang sulit untuk dibuktikan.


6. Mengandung Panggilan atau Tekanan Emosional. “Jika kamu mencintai negara ini, sebar berita ini! ” atau “Apabila kamu Muslim sejati, jangan diam! ”, ini adalah ciri khas propaganda.


Contoh Nyata di Lapangan
1. Framing dalam Berita Aksi Kolusi Mahasiswa. Saat mahasiswa mengadakan demonstrasi menolak RUU tertentu, berita yang disampaikan bisa bervariasi:


Media A: “Mahasiswa Mengamuk, Kericuhan Terjadi di Depan Gedung DPR”


Media B: “Mahasiswa Tertib Menyuarakan Aspirasi, Ketegangan Dipicu Aparat”


Kedua media meliput peristiwa yang sama, tetapi dengan framing yang berbeda, sehingga membentuk persepsi yang berbeda pula.


2. Framing Politik Menjelang Pemilu
Selama masa kampanye, dua pihak politik sering menyebar konten framing:
Salah satu pihak menuduh lawannya sebagai antek asing, menggunakan potongan video yang tidak memiliki konteks.


Pihak lainnya merespon dengan menampilkan pendukung ekstrem dari lawan untuk menunjukkan sikap intoleransi.


Konten-konten ini disebarkan secara luas di Facebook dan grup WhatsApp, memecah masyarakat berdasarkan persepsi, bukan fakta.


Mengapa Kita Harus Peduli?


Informasi yang kita terima memengaruhi cara kita berpikir, berperilaku, dan bahkan membuat keputusan. Jika kita terus-menerus terpapar konten dengan framing atau propaganda, kita bisa menjadi alat untuk kepentingan tertentu, tanpa kita sadari. Bahkan, dalam banyak situasi, konflik di masyarakat berawal dari informasi yang menyesatkan di media sosial.


Tips Agar Tidak Terjebak Hoaks dan Propaganda


1. Verifikasi Sumber Asli BeritaPastikan informasi berasal dari media yang terpercaya dan berpengalaman.


2. Bandingkan dengan Berita LainLihatlah informasi dari berbagai sumber dengan perspektif yang berbeda. Hindari hanya mengandalkan satu referensi.


3. Manfaatkan Situs Verifikasi FaktaCobalah Turn Back Hoax. id, Cek Fakta. com, atau situs resmi dari Kominfo.


4. Tidak Usah Terburu-buru Dalam Membagikan InformasiPertimbangkan dengan baik sebelum mengklik tombol “share”.


5. Berhati-hatilah Dengan Akun/Aktor Yang Tidak Jelas. Banyak akun anonim atau bot yang sengaja dibuat untuk menyebarluaskan informasi tertentu.


Penutup: Mari Kita Menjadi Masyarakat Digital yang Bijak


Media sosial memiliki dua sisi: dapat memberikan pencerahan, tetapi juga bisa menyesatkan. Kita mungkin tidak dapat menghilangkan semua hoaks dan propaganda, tetapi kita bisa memilih untuk tidak menyebarkannya.


Dengan menjadi pengguna media sosial yang bijak, kita tidak hanya menjaga diri sendiri, tetapi juga mendukung terciptanya ruang digital yang lebih positif dan beradab.


Apakah kamu sudah pernah menjadi target hoaks atau propaganda? Bagikan kisahmu di kolom komentar! Ayo belajar bersama untuk menjadi pembaca yang lebih cerdas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image