Melemahnya Rupiah dan Ancaman PHK Massal: Saatnya Evaluasi Sistem Ekonomi yang Diterapkan
Politik | 2025-05-13 14:43:11
Oleh: Adila Zuhra, Aktivis Muslimah
Kondisi ekonomi Indonesia kembali diuji dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Fenomena ini bukan sekadar isu moneter, tetapi sudah menjadi problem struktural yang menekan berbagai sektor kehidupan masyarakat. Ketika rupiah melemah, maka secara otomatis biaya impor bahan baku akan meningkat—padahal negeri ini sangat bergantung pada impor, terutama untuk minyak mentah dan kebutuhan industri lainnya. Imbasnya, beban produksi naik dan ujungnya, perusahaan melakukan efisiensi dengan cara yang paling menyakitkan: pemutusan hubungan kerja (PHK).
Komisi IX DPR RI bahkan memperingatkan ancaman PHK massal sebagai akibat dari pelemahan rupiah dan tekanan inflasi yang tinggi. Ini merupakan alarm keras bagi pemerintah agar segera mencari solusi strategis, bukan sekadar kebijakan tambal sulam yang tidak menyentuh akar masalah.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa inflasi yang tinggi telah menggerus daya beli masyarakat. Padahal, daya beli masyarakat adalah tulang punggung perekonomian nasional—dengan konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50% terhadap PDB Indonesia. Ketika masyarakat mulai menahan belanja, aktivitas ekonomi melambat, dan akhirnya terjadi efek domino yang berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, selama negeri ini masih menganut sistem kapitalis yang bertumpu pada fiat money dan praktik ribawi, persoalan ini akan terus berulang. Sistem ini rapuh karena nilai mata uang sangat mudah terdepresiasi dan dikendalikan oleh kekuatan pasar global. Kita seperti hidup dalam ketergantungan yang tak berkesudahan.
Sebaliknya, sistem ekonomi Islam menawarkan pendekatan yang lebih stabil dan adil. Dengan basis mata uang dari emas dan perak (dinar-dirham), nilai tukar lebih stabil dan tidak mudah dimanipulasi. Emas dan perak memiliki keunggulan dari aspek fisik, keawetan, hingga kestabilan nilai yang terbukti sepanjang sejarah. Sistem ini mencegah praktik ribawi dan menempatkan nilai tukar pada sesuatu yang riil, bukan sekadar angka-angka digital yang bisa menguap nilainya sewaktu-waktu.
Krisis ini seharusnya menjadi momentum refleksi. Sudah saatnya Indonesia mempertimbangkan alternatif sistem yang lebih kokoh dan berkeadilan. Sistem ekonomi Islam bukan hanya utopia ideologis, tapi solusi nyata yang patut dikaji dan diuji penerapannya di tengah kegagalan kapitalisme dalam menyejahterakan rakyat secara merata.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
