Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image siti aisyah

Konsep Konsumsi dalam Islam: Antara Kebutuhan dan Keberkahan

Eduaksi | 2025-05-05 13:00:38

Dalam ajaran Islam, konsumsi bukan sekadar aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang mencerminkan ketaatan kepada Allah SWT. Islam memberikan panduan yang komprehensif dalam hal konsumsi, yang mencakup aspek halal, thayyib (baik), dan seimbang, serta menjauhkan diri dari pemborosan dan sifat rakus.


Konsumsi sebagai Sarana Ibadah
Konsumsi dalam Islam dipandang sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Setiap makanan, minuman, dan barang yang digunakan hendaknya berasal dari sumber yang halal dan digunakan untuk tujuan yang baik. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
> “Wahai sekalian manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi yang halal lagi baik ”(QS. Al-Baqarah: 168)
Ayat ini menegaskan pentingnya memilih makanan yang tidak hanya halal dari segi hukum, tetapi juga baik (thayyib) bagi tubuh dan jiwa.


Prinsip Keseimbangan dan Kecukupan
Islam menekankan keseimbangan (wasathiyah) dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam konsumsi. Umat Islam diajarkan untuk memenuhi kebutuhan secukupnya, tidak berlebihan (israf) dan tidak kikir. Allah melarang pemborosan dalam firman-Nya:
> “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A’raf: 31)

Keseimbangan ini menciptakan harmoni antara kebutuhan fisik, spiritual, dan sosial, serta mencegah munculnya ketimpangan sosial akibat gaya hidup konsumtif.


Konsumsi dan Tanggung Jawab Sosial
Konsumsi dalam Islam tidak bersifat individualistik semata, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab sosial. Harta yang dimiliki seseorang sejatinya adalah titipan dari Allah yang harus digunakan untuk kebaikan bersama. Membantu orang miskin, memberi sedekah, dan tidak hidup bermewah-mewahan ketika banyak yang kekurangan, adalah wujud nyata dari konsumsi yang berkeadilan.


Menuju Keberkahan dalam Konsumsi
Keberkahan dalam konsumsi bukan ditentukan oleh banyaknya jumlah yang dikonsumsi, tetapi dari niat, cara memperoleh, dan tujuan penggunaannya. Makanan yang sedikit namun halal dan disyukuri akan lebih membawa keberkahan daripada yang banyak namun haram atau diperoleh dengan cara yang batil.

Kesimpulan
Konsumsi dalam Islam bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga menjadi cermin kualitas iman dan akhlak seseorang. Dengan mengedepankan prinsip halal, thayyib, seimbang, dan bertanggung jawab secara sosial, umat Islam diharapkan dapat mencapai kehidupan yang berkah, baik di dunia maupun akhirat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image