Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adrian Lumban Gaol

Begal di Generasi Muda: Saat Hukuman tak Lagi Menakutkan, Etika pun Runtuh

Hukum | 2025-03-16 13:20:51
ilustrasi begal, sumber:https://pixabay.com/id/

Fenomena begal atau perampokan dengan kekerasan di jalanan bukan sekadar masalah kriminalitas biasa, melainkan cerminan dari ironi keadilan yang semakin tumpul di masyarakat.Banyak kasus begal yang dihukum ringan, bahkan pelaku di bawah umur sering kali hanya mendapat "hukuman sosial" seperti menyapu jalan. Hal ini menciptakan persepsi bahwa kejahatan jalanan "tidak berisiko tinggi".

Banyak pelaku begal adalah remaja yang tumbuh dalam lingkungan ekonomi sulit, minim pendidikan karakter, dan terpapar budaya kekerasan. Mereka memilih jalan kriminal karena sistem tidak menyediakan alternatif yang layak.

Banyak remaja yang terlibat aksi begal tersebut lahir dan tumbuh dalam lingkaran setan kemiskinan. Mereka hidup di lingkungan di mana kesempatan kerja minim, pendidikan terabaikan, dan kebutuhan dasar seringkali tak terpenuhi. Tanpa akses ke keterampilan atau pelatihan yang memadai, mereka melihat jalan kriminal sebagai satu-satunya cara untuk bertahan hidup. Ditambah lagi, minimnya pendidikan karakter di keluarga atau sekolah membuat mereka tidak memiliki pegangan moral yang kuat untuk membedakan benar dan salah.

Budaya kekerasan yang mereka konsumsi baik dari lingkungan sekitar, tayangan media, atau pergaulan semakin memperparah kondisi. Mereka belajar bahwa kekerasan adalah alat untuk mendapatkan kekuasaan atau uang, bukan sesuatu yang harus dihindari. Sementara itu, sistem yang seharusnya melindungi mereka justru gagal memberikan solusi. Program bantuan sosial sering tidak tepat sasaran, lapangan kerja untuk usia muda terbatas, dan lembaga rehabilitasi jarang menyentuh mereka yang sudah terjerumus. Akibatnya, jalan pintas seperti begal menjadi pilihan "realistis" meski berisiko tinggi

Hukuman yang Tak Lagi Menakutkan

Ironisnya, ketika hukum tidak lagi menakutkan, yang terjadi adalah runtuhnya etika dan rasa hormat terhadap norma sosial. Masyarakat mulai kehilangan kepercayaan pada kemampuan negara untuk melindungi mereka, dan pada akhirnya, banyak yang memilih untuk mengambil jalan main hakim sendiri. Ini adalah tanda bahaya yang serius, karena ketika masyarakat tidak lagi percaya pada hukum, yang muncul adalah kekacauan dan anarki.

Namun, menghukum begal secara keras tanpa melihat akar masalahnya juga bukan solusi yang tepat. Banyak pelaku begal adalah korban dari ketimpangan sosial, kemiskinan, dan kurangnya akses pendidikan. Menghukum mereka tanpa memberikan solusi jangka panjang hanya akan memperburuk siklus kekerasan dan kejahatan. Yang dibutuhkan adalah pendekatan yang holistik: penegakan hukum yang tegas dan adil, tetapi juga upaya untuk memperbaiki kondisi sosial-ekonomi yang melatarbelakangi tindakan kriminal tersebut.

Begal dan ironi keadilan adalah cerminan dari masalah yang lebih besar dalam sistem kita. Hukuman yang tidak lagi menakutkan adalah alarm bahwa kita perlu memperbaiki cara kita menegakkan keadilan. Tanpa itu, bukan hanya begal yang akan merajalela, tetapi juga erosi nilai-nilai kemanusiaan dan etika yang menjadi pondasi masyarakat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image