
Ketika Aku dibonceng Pak Guru
Sastra | 2025-02-15 14:11:50Sembari menikmati perjalanan kereta api dari Purwokerto menuju Jogjakarta ini, saya ingin berbagi secuil pengalaman zaman SD dulu. Mungkin tidak penting. Ya tidak penting, tapi tak apalah sekali-kali, masak serius melulu. Tiba-tiba saya ingin menulis sambil melihat hijau persawahan, nyiur melambai, aliran sungai, dan hamparan perbukitan yang menghiasi kanan kiri perjalanan. Semesta karunia dari Sang Pencipta.

Ada penggalan cerita yang masih melekat kuat dalam ingatan saya. Tentang kebaikan guru, motivasi, dan ide-idenya. Pun kebaikan hati teman-teman saya.
Suatu hari di saat jam istirahat, saya diajak Pak Bambang Siswanto (kini almarhum) dibonceng naik motor Honda L2 Super. Percaya nggak percaya, mungkin itulah saya pertama kali dibonceng sepeda motor, karena di rumah kami adanya sepeda onthel, itu pun sudah karatan. Saat itu sepeda motor termasuk barang kelas menengah ke atas.
"Mau diajak kemana, Pak?" tanyaku pada Pak Guru. "Ke warung di dekat Pasar Kedungasem," jawab Pak Bambang.
Saya pun naik ke atas motor, kayak anak dibonceng bapaknya. Teman-teman di depan kelas mungkin bertanya-tanya. Tidak lama kemudian, kami berhenti.
Ternyata ada sebuah warung es dan aneka jajanan di dekat sungai di samping jembatan. Warung berdinding anyaman bambu itu, pembelinya cukup ramai hari itu. Saya duduk di kursi panjang yang terbuat dari papan kayu. Pak Bambang memesan sekian bungkus es campur dan membungkus beberapa panganan. Setelah antri, pesanan dimasukkan kresek besar.
"San, kamu pingin apa? Ambil aja," kata Pak Guru sambil tersenyum. Saya pun mengambil jajanan kesukaanku. Sepotong tahu bacem dan arem-arem. Tas kresek berisi beberapa bungkus es campur dan sejumlah jajan tradisional diserahkan ke saya. Ternyata tugasku adalah memegangi kresek plastik itu. Imbalannya? Sebungkus es campur dan dua potong jajanan. Saya mendapat minum dan jajan bergizi sehat hari itu. Ajakan dibonceng ke warung itu tidak sekali dua kali tetapi berulangkali.
Dalam hati kadang saya bertanya, kenapa Pak Guru mentraktir saya. Apa beliau tahu kalau jam istirahat saya lebih sering ke lemari buku di ruang TU (bukan perpustakaan, karena belum ada) daripada ke kantin di pojok sekolah? Atau karena pernah melihat ayahku yang membetulkan tembok kelasku saat jam pelajaran? Karena ayahku adalah tukang bangunan. Saya tidak pernah bertanya langsung, asal dibonceng Pak Guru, langsung mau.
Suatu hari saya dibonceng Pak Bambang lagi, tetapi bukan untuk membeli es campur di warung, nanun diikutkan lomba cerdas cermat IPS di kecamatan. Dapat juara? Masih dapat pengalaman saja. Pulangnya saya diajak mampir ke warung nasi yang cukup ramai, lokasinya di pinggir jalan Pantura, sebelah timur kantor kecamatan Kaliori. Hari itu saya makan lauk perkedel dan ikan. Minumnya es teh. Dapat rejeki lagi. Di lain waktu, saya diikutkan lomba mengarang. Menulis cerita tulisan tangan di kertas folio bergaris. Saya pun menulisnya sekitar dua setengah halaman folio saat lomba. Kali itu masih belum bisa membanggakan Pak Bambang.
Meskipun berkali-kali mengikutkan saya untuk lomba dan belum mampu membawa pulang piala, Pak Guru tidak pernah marah. Bahkan ketika menjelang liburan, kami (beberapa murid) mendapatkan bingkisan. Meskipun kardus bersampul coklat itu bukan berupa barang mahal, namun terselip secarik kertas berisi tulisan tangan bertuliskan kalimat motivasi dan inspirasi yang sempat saya simpan sekian lama. Kertas itu memang akhirnya hilang ketika kami pindahan rumah, namun isi dan kenangan indahnya masih lekat kuat bagai prasasti, berumur panjang, sepanjang deretan teladan kebaikan Pak Bambang yang tiada lelah menginspirasi kami. Terima kasih Pak Guru, semoga segala kebaikanmu dan inspirasi yang engkau bagikan, dapat menjadi ilmu yang bermanfaat serta termasuk pundi-pundi pahala yang tak terputus waktu.
(Stasiun Kutoarjo, 15 Februari 2025)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook