
Memori-Memori Sahabat Nabi
Agama | 2025-02-02 07:44:26Seorang da'i Mesir yang tinggal di Birmingham, Inggris, menulis sebuah buku berjudul 'Akhlaqul Mu'min' yang dialihbahasakan menjadi 'Semulia Akhlak Nabi.' Pada gelaran Islamic Book Fair beberapa waktu lalu saya berkesempatan memperoleh buku buah pena Amru Khalid itu.
Sosok yang pernah mengisi kajian di berbagai negara itu menuliskan sebuah fragmen kehidupan sahabat Nabi di halaman 49 dan mengetuk-ketuk hati saya ketika membacanya pada suatu sore di sudut kamar kos saya yang sunyi.
Dituliskan, Abdullah bin Umar ra. bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayahku, apabila ada sesuatu yang engkau lupakan dari Rasulullah, maka adakah sesuatu yang tidak akan pernah engkau lupakan untuk selamanya?"
Umar bin Khattab ra. lantas menjawab, "Jika aku lupa terhadap sesuatu, maka aku tidak akan melupakan suatu hari ketika aku datang menemui Nabi Muhammad SAW sambil berkata, "Ya Rasulullah, izinkanlah aku untuk keluar mengerjakan umrah." Kemudian beliau berkata, "Wahai Saudaraku, janganlah engkau melupakan kami dari kemustajaban do'amu." Kata-kata yang beliau ucapkan itu membuatku bahagia melebihi seluruh harta yang ada di dunia ini."
Untaian kalimat tersebut bukan hanya indah ketika dibaca atau didengar tetapi sangat dirindukan oleh hati nurani yang mencintai Nabi, keduanya akan dapat menyatu dan bersenyawa dengan sempurna.
Pembaca, menitip do'a kepada saudara-saudara kita yang akan berangkat umrah itu ternyata bukan tradisi semata. "Kebiasaan baik menitip do'a kepada teman atau keluarga yang akan umrah itu ada sunnahnya," kata ustadz H. Syaiful Arifin, SS.MPd, ketua Dewan Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Ath-Thoyyibah Sidoarjo yang mengelola KB-TK-SD-SMP Nurul Fikri Sidoarjo.
"Tidak hanya itu, salahsatu cara memperkuat ukhuwah adalah meminta doa ketika akan berpisah dengan teman sesama muslim. Bersyukurnya lagi, orang Jawa itu mempunyai tradisi bagus yaitu 'dungo dinongo' atau saling mendoakan," tambahnya pada Sabtu, 1 Februari 2025.
Imam Al Ghazali dalam Ihya ‘Ulumiddin menuliskan ,“Sesungguhnya Rasulullah SAW mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya, Umar bin Khattab kemudian berkata (kepada Hajar Aswad), ‘Sungguh aku tahu bahwa kau hanyalah sebuah batu, tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat. Sungguh, andai aku tidak melihat Nabi SAW menciummu, niscaya aku pun tidak akan menciummu!” (HR. Bukhari).
Setelah Umar mencium batu itu, sosok tegas ini menangis dengan keras dan menoleh ke belakang. Teryata ada Ali bin Abi Thalib Ra. Umar berkata, “Wahai Abul Hasan (Ali bin Abi Thalib), di sinilah tempat menumpahkan air mata dan doa-doa yang dikabulkan.”
Ali bin Abi Thalib Ra lalu berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, Hajar Aswad ini bisa memberi mudharat dan manfaat.”
Kerelaan Umar mencium Hajar Aswad atas dasar ittiba’ (mengikuti perbuatan Nabi) merupakan bukti ketakwaannya. Umar tidak bertanya lagi apa sebabnya Nabi mencium batu tersebut, ia hanya mengikuti apa yang dilakukan Nabi. Dalam agama Islam terdapat banyak ibadah-ibadah yang dasarnya adalah ittiba’. (Ibnu Hajar, Fatḫul Bârî).
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra mengaplikasikan memori terindah bersama Nabi pun dengan tindakan nyata. Beliau pernah dengan suka hati membersihkan rumah seorang wanita tua renta.
Dalam sebuah atsar, Umar bin Khattab ra sampai-sampai mengungkapkan harapannya, "Mudah-mudahan saya dapat meniru Abu Bakar Ash-Shiddiq walaupun hanya seujung rambut." (hal.95)
Allah SWT menyembunyikan do'a orang yang akan dikabulkan doa-nya. Hikmahnya agar kita selalu memohon kepada-Nya dan tidak sombong atau memandang rendah orang lain. Boleh jadi seseorang yang kondisi, posisi atau status sosialnya- untuk sementara waktu- terlihat lebih rendah, ternyata do'anya lebih diterima dan dikabulkan oleh Al-Mujib, Sang Maha Pengabul Do'a.
Dari sudut kamar kos Ahad pagi ini, saya berharap dan memohon agar memori-memori indah sahabat Nabi dapat menular pada diri penulis, pembaca, dan keluarga semua untuk kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembaca mau umrah juga ya? Jangan lupakan kami dari kemustajaban do'a-do'a kalian ya. Titip doa agar kami sekeluarga diberikan keistiqomahan dalam ketaatan kepada-Nya, mendapatkan ampunan-Nya, sukses dan selamat dunia akhirat. Terima kasih pembaca budiman. (Palmerah, 2 Februari 2025)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.