Gen Z dan Kebangkitan Umat
Agama | 2025-09-22 22:30:52
Generasi Z atau gen Z biasa dikenal memiliki karakter mudah menyerah, lembek, dan sering 'kena mental'. Namun dibalik itu, ada potensi besar yang tidak dimiliki generasi sebelumnya. Generasi yang hidup berdampingan dengan gadget ini terbiasa berinteraksi secara global, sangat cepat menangkap isu-isu yang belum terjangkau generasi sebelumnya. Mereka juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan cepat dalam bereaksi.
Aksi demontrasi di beberapa negara motor penggeraknya adalah gen Z. Tahun 2022 terjadi unjuk rasa oleh gen Z di Sri Lanka. Tahun 2024 giliran gen Z Bangladesh yang beraksi. Tahun ini aksi demo maraton terjadi di Indonesia, Nepal, dan Peru. Gen Z Perancis pun tak ketinggalan.
Semua demo yang pecah di beberapa negara termasuk Indonesia memiliki relevansi yaitu digerakkan oleh gen Z. Pemicunya karena ketidakadilan, kesulitan ekonomi, pengangguran, pajak tinggi, pemangkasan anggaran untuk rakyat, korupsi, hingga nirempati para elit politik. Tak tanggung-tanggung efek dari demo di Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka sampai bisa menggulingkan kepala negara dari kursi kekuasaanya. Sedangkan di Indonesia dalam waktu singkat presiden harus mereshuffle beberapa menterinya hingga memangkas tunjangan anggota DPR demi meredam gejolak yang ada.
Begitu 'ngeri' gen Z jika sudah disulut amarahnya. Mereka akan cepat bereaksi untuk merespon tekanan yang mereka alami. Cara mereka mengekspresikan kemarahannya selain dengan demo turun ke jalan, juga menggunakan media sosial, meme, poster kreatif, dan estetika visual.
Sebenarnya sudah menjadi fitrah manusia yaitu ghorizah baqo' (naluri mempertahankan diri) yang melekat pada dirinya, jika tertekan maka naluri tersebut akan muncul untuk menolaknya. Tekanan yang dialami gen Z dan manusia seluruhnya berupa kezaliman, kesewenangan, ketidakadilan, dan berbagai kesulitan hidup yang terakumulasi sejak lama, menyebabkan berbagai reaksi dari pemuda. Mungkin generasi sebelumnya lebih banyak pertimbangan sebelum bertindak dan memilih menghindari konflik. Tapi tidak dengan gen Z yang cepat tanggap.
Gen Z memang memiliki potensi besar sebagai penggerak perubahan. Senada dengan pidato Ir. Soekarno "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". Pidato tersebut tersirat harapan besar yang ditujukan untuk pemuda. Ide-ide cemerlang dan semangat pemuda diharapkan mampu menciptakan kebangkitan.
Hanya saja gen Z perlu memahami penyebab terjadinya kezaliman, ketidakadilan, dan segala kesulitan hidup ini. Agar perjuangan pemuda benar-benar bisa merubah kondisi ini menjadi lebih baik. Bukan sekedar ganti orang namun keadaan tetap sama seperti yang terjadi di Bangladesh dan Sri Lanka yang sudah lebih dulu ganti penguasa.
Jika kita telaah perubahan yang diperlukan adalah perubahan yang sistemis. Sistem sekularisme kapitalisme yang saat ini digunakan sejatinya merupakan sumber permasalahan. Sistem sekular menafikkan peran Allah swt sebagai pengatur makhlukNya. Padahal Allah swt Maha Pengatur (syariat Islam). Manusia lebih suka membuat aturannya sendiri. Jika yang tidak dipakai adalah syariat untuk individu, maka yang rugi adalah individu itu sendiri. Tetapi jika syariat yang tidak dipakai adalah yang berhubungan dengan sesama manusia baik bermasyarakat maupun lebih parahnya level negara, maka kerusakan yang terjadi.
Sebagai contoh hukum Allah terkait SDA harusnya dimiliki umat tapi karena tidak diterapkan, akhirnya SDA yang melimpah ruah boleh dikuasai oleh korporasi. Rakyat hidup miskin, sedangkan yang kaya semakin kaya.
Ditambah kapitalisme yang diterapkan menjadikan orientasi hidup adalah materi. Apapun yang dilakukan baik oleh individu rakyat maupun penguasa tujuan utamanya adalah untuk memperoleh materi sebanyak-banyaknya. Menjadikan manusia rakus akan harta dan kekuasaan. Jabatan dipakai untuk memperkaya diri. Tak peduli halal haram, baik atau buruk. Padahal di dalam Islam penguasa adalah pelayanan yang mengurusi segala permasalahan umat. .
Maka perubahan yang benar tak cukup ganti orang. Gen Z harus menyontoh Rasulullah saw yang berhasil merubah kondisi jahiliyah menuju kebangkitan. Kondisi pada saat itu persis saat ini. Banyak penyembahan berhala, kesewenangan penguasa, ketidakadilan hukum, kesenjangan sosial dan ekonomi, kerusakan moral seperti seks bebas, judi, dan kamr. Rasulullah Muhammad saw tidak sekedar merubah cara peribadatan saja, namun Beliau juga merubah paradigma masyarakat menjadi terikat dengan syariat.
Rasulullah saw terlebih dulu menaikkan taraf berpikir umat, memahamkan mereka akan tauhid dan makna kehidupan. Bahwa hidup adalah untuk beribadah kepada Allah swt. Menjadikan segala aktivitas terikat dengan syariat bahkan sampai level negara. Ketika masyarakat sudah paham, maka mereka sendiri yang menginginkan perubahan sistem. Dari sistem jahiliyah menuju sistem Islam menyeluruh.
Rasulullah saw juga pernah ditawari oleh elit kafir Quraish untuk menjadi pemimpin suatu wilayah dengan syarat menghentikan dakwah. Tapi Rasulullah saw menolaknya. Untuk apa berkuasa jika tidak bisa memimpin dengan syariat.
Maka gen Z perlu menyadari bahwa perubahan itu harus diarahkan menuju sistem yang diridhoi Allah swt. Perubahan dimulai dari memahamkan masyarakat akan urgensitas penerapan syariat Islam. Dengan sendirinya pemimpin yang amanah akan lahir dari masyarakat yang sudah tercerahkan dengan Islam.
Seperti masyarakat Madinah dahulu, mereka menyambut kedatangan Rasulullah saw dan sahabat muhajirin dengan penuh suka cita karena akan diterapkan sistem Islam di tengah-tengah mereka. Mereka sendiri yang membai'at Rasulullah saw sebagai kepala negara. Tapi sebelumnya mereka sudah menerima dakwah Islam dari Mush'ab bin Umair.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
