
Masa Pencinta Buku, Akankah Segera Berlalu?
Sastra | 2025-01-31 23:23:37Ketika kunjungan kenegaraan ke India, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyempatkan diri singgah di toko buku langganannya di New Delhi, Jumat, (24/1/2025). Presiden Prabowo mengunggah momen itu di akun Instagram pribadinya. Presiden seperti hendak mengirim pesan bahwa seorang pemimpin harus memiliki wawasan keilmuan luas yang diantaranya diperoleh melalui buku. Penulis apresiatif atas kepedulian dan keteladanan para pemimpin bangsa untuk berinteraksi secara dekat dengan buku, selain dekat dengan rakyatnya tentu. Fokus kita adalah minat masyarakat membaca buku.
Saya tidak hendak membandingkan dengan siapa-siapa. Pun tiada gunanya pula. Saya hanya berbagi pengalaman nyata terkait kegemaran mengumpulkan buku. Melalui media komunikasi, beberapa hari lalu saya ditanya bapak Suyanto, pemilik toko buku Al-Huda Pamekasan Madura yang pernah saya kunjungi. "Pak Joko, apakah masih menjadi kutu buku?" tanyanya. "Sejak ada internet di Madura, penjualan buku-buku penunjang turun drastis, tetapi alhamdulillah rejeki ada saja," sambungnya. Ketika berkunjung ke perpustakaan umum, saya mendengar dari petugas bahwa jumlah pengunjung turun signifikan padahal kuantitas buku bertambah.
Saat mendatangi pameran buku, saya mendengar curhatan penjaga stand kalau jumlah pengunjung tidak seramai tahun sebelumnya. Tetapi sungguh saya bangga dengan perjuangan tiada kenal lelah teman-teman pendidik untuk terus menebar optimisme dunia literasi khususnya di sekolah.
Saya menyaksikan sendiri masih ada sekolah yang guru-gurunya menerbitkan buku antologi tentang pengalaman terbaiknya. Sempat-sempatnya pula mereka mengumpulkan tulisan para muridnya untuk diterbitkan menjadi buku di tengah kesibukan rutin yang sudah menyita waktu. Secara berkala mengajak anak didiknya ke perpustakaan dan toko buku. Sekolah yang maksud adalah KB-TK-SD-SMP Nurul Fikri Sidoarjo Jawa Timur.
Dalam keluarga perlu keteladanan dan kegigihan dari orang tua dan keluarga dengan suasana mengasyikkan, bukan membosankan. Mendorong dan menyadarkan urgensi interaksi dengan buku sejak dini dengan menyediakan fasilitasnya agar menjadi kebiasaan. Saya teringat perjuangan ayah saya yang ketika masih SD saya dibelikannya buku atlas Indonesia sepulang kerja dari luar daerah.
Suka terhadap buku bukanlah identik dengan kebutuhan para akademisi belaka. Semua berhak dan bisa pintar, dan buku adalah jendela ilmu. Mari kita membukanya, bersemangat mereguknya dengan semangat iqra'. Membaca adalah kebiasaan baik yang tetap relevan kapan pun dan di mana pun. Semoga masa atau musim para pencinta buku tidaklah cepat berlalu. Teruslah bergerak maju Bagaimana pembaca, Anda setuju?
*)Joko Susanto, Penulis Buku 'Kisah Inspiratif Keluarga Penulis' Real Books.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.